Rabu, 26 Agustus 2015

Empat strategi militer Amerika Serikat hadang Rusia di Eropa

Memanasnya situasi di Ukraina saat ini membuat cemas Amerika Serikat. Rusia yang selama ini mendukung pemberontak di Ukraina semakin menunjukkan kekuatan peralatan militernya di wilayah itu.



Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan militernya untuk penambahan alutsista. Hal ini dinilai Sekretaris Jendral NATO Jens Stoltenberg sebagai aksi hasutan perang, membuat situasi tidak stabil dan berbahaya.

Merasa terancam dan khawatir, akhirnya AS tidak tinggal diam, berikut empat strategi militer Negeri Paman Sam dalam menghadang Rusia di Eropa yang dikumpulkan dari bermacam sumber.




1. Amerika Serikat siagakan 250 tank di perbatasan Rusia

Merdeka.com - Amerika Serikat diketahui mengirimkan 250 tank ke enam negara Eropa yang berbatasan dengan Rusia. Hal tersebut akan diklaim sebagai 'respon atas agresi Rusia di tanah Eropa'.

Langkah ini dilakukan AS setelah Rusia mencaplok wilayah Krimea dari Ukraina pada tahun lalu.

"Kami bermaksud untuk menempatkan mereka sebagai tim latihan militer di Eropa agar bisa bergerak bebas dalam mobilitasnya melatih pasukan tempur di Eropa," ucap Sekretaris Pertahanan AS, Ash Carter, seperti dikutip dari koran the Independent, Selasa (23/6).

Enam negara sudah melakukan konfirmasi akan datangya 250 tank itu seperti
Estonia, Lithuania, Latvia, Bulgaria, Romania dan Polandia.


2. Latihan rutin bareng tentara NATO

Merdeka.com - Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan mengerahkan latihan amfibi bersama 30 negara dan 36 ribu pasukan yang turut bergabung, termasuk pasukan AS yang terdiri dari tentara, pelaut, pasukan udara, dan marinirnya.

Diberitakan lewat situs marinecorpstimes.com, (24/8), sejak AS tidak lagi disibukkan oleh operasi militer mereka di Afghanistan dan Irak, negara sekutu ingin membangun sebuah latihan berkelanjutan dalam persiapan menghadapi sebuah pertempuran.

Latihan militer ini dipandang sebagai bentuk respon atas pergerakan pasukan Rusia.

"Apapun hasilnya nanti hal ini akan menjadikan tentara NATO akan lebih terlatih," kata Luke Coffey, mantan tentara AS sekaligus pengamat di lembaga Heritage Foundation.


3. Pasang artileri berat kepung Eropa Timur

Merdeka.com - Menteri Pertahanan Rusia Yuri Yakubov mengatakan dia khawatir atas rencana Amerika Serikat yang akan menempatkan sejumlah peralatan perangnya seperti tank dan alat berat lainnya di sejumlah negara yang tergabung dalam Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

"Jika peralatan militer Amerika Serikat, termasuk tank, artileri dan peralatan tempur lainnya benar-benar ditempatkan di sejumlah negara di Eropa Timur dan Baltik, maka itu akan menjadi langkah paling agresif dari Pentagon dan NATO sejak Perang Dingin," kata Yakubov, seperti dilansir kantor berita Reuters, Senin (15/6).

Kendati demikian, pejabat militer Amerika Serikat Deborah James mengatakan Angkatan Udara Negeri Paman Sam itu bisa saja mengirimkan sejumlah jet tempurnya ke Eropa sebagai respon tindakan Rusia terhadap Ukraina.


4. Khawatir pada Rusia, AS kirim jet tempur terkuat F-22 ke Eropa

Merdeka.com - Amerika Serikat segera mengirim beberapa unit jet tempur F-22 Raptor ke salah satu negara sekutu mereka di Eropa. Kebijakan ini diambil lantaran manuver Rusia di kawasan timur semakin mengkhawatirkan Pentagon.

Marsekal Angkatan Udara AS, Deborah Lee James, mengatakan pertimbangan utama atas pengiriman itu adalah memperkuat keamanan Eropa. Dia tidak merinci berapa skuadron jet tempur terkuat sedunia itu diperbantukan ke Benua Biru, termasuk kapan tanggal pengiriman dilakukan.

"Faktor utama (pengiriman jet tempur) adalah aktivitas militer Rusia di Ukraina yang mengkhawatirkan kami," kata James seperti dilansir Russian Times, Selasa (25/8).

Langkah Pentagon membuktikan pernyataan Menteri Pertahanan AS Ash Carter yang pekan lalu memperingatkan Rusia agar tidak macam-macam. Jika Presiden Vladimir Putin terus menekan Ukraina, sebagai sekutu AS, "maka pendekatan kita ke Rusia harus lebih keras dan seimbang," kata Carter.

Pengiriman jet ini sesuai dengan permintaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang merasa terancam melihat kehadiran alutsista Rusia di Crimea. Kawasan yang abu-abu yang dikuasai kelompok separatis itu sangat mudah menjangkau Ukraina maupun negara Eropa timur lainnya.

Sejak Februari lalu, NATO sudah meminta AS menambah pasukannya di Eropa. Terbukti, Negeri Paman Sam kemudian mengirim dua unit F-15 C, diiringi tambahan 300 pasukan AU. Di Benua Biru, AS menempatkan 65 ribu pasukan siaga, baik itu di Inggris, Prancis, maupun Jerman.

Keunggulan utama F-22 adalah teknologi antiradar (mode stealth), sehingga bisa digunakan untuk operasi pengeboman senyap. kendati begitu, Sukhoi Su-35 milik Rusia sebetulnya lebih berbahaya dari Raptor yang dibuat oleh Lockheed Martin.

Namun, F-22 lebih teruji dalam pertempuran sesungguhnya. Militer AS menggunakan jasa Raptor saat menginvasi Irak maupun membombardir Taliban di pegunungan Afghanistan. Setiap unit F-22 dapat mencapai kecepatan 2.410 km per jam dengan daya jelajah hingga 2.000 km. Jet tempur generasi kelima ini bisa menembak tepat sasaran dari jarak 24 kilometer. (Merdeka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar