Senin, 03 Agustus 2015

Menuju Indonesia yang lebih baik


Su 35 [google] ○
Berita perihal penjualan alutsista Rusia baru baru ini menarik untuk di bahas. Diberitakan Rusia siap menjual alutsista dengan barter komoditi. Rusia membuka diri atas sanksi barat akibat krisis di Ukraina, dan mencari cara untuk menaikan perekonomian dalam negerinya.
 


Atas sanksi barat, Rusia banyak kehilangan bahan dasar untuk keperluan dalam negerinya, alhasil Moskow harus berpikir keras mencari akal agar kebutuhan dalam negerinya dapat dipenuhi. Dan salah satunya melakukan perdagangan dengan negara yang tidak secara langsung dibawah kendali barat. 

Menteri Perdagangan Denis Manturov pun memberi lampu hijau untuk melakukan perdagangan dengan cara barter barang komoditi. Thailand yang memerlukan modernisasi alutsista untuk kepentingan negerinya, menangkap sinyal ini dan akan merealisasikan secepatnya. Selain Thailand, Rusia juga dikabarkan melirik Vietnam karena kedua negara di Asia Tenggara ini bergabung dengan perdagangan bebas EEU [Euroasian Economic Union]. 

Indonesia beberapa tahun ini melakukan modernisasi alutsista yang dikenal MEF [Minimum Essensial Force]. Sampai tahun ini, Indonesia sudah melakukan pergantian alutsista sekitar 30-40% yang sekarang masuk dalam tahap MEF jilid II dan akan terus sampai jilid III. 

Namun berjalannya MEF ini, Indonesia harus menambah alutsista bukan minimum tapi menuju ideal. Kembali semua rencana itu tersendat karena Indonesia memfokuskan pembangunan dan ekonomi rakyat dibanding alutsista yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. 

Kembali dana yang menjadi penyebab negeri ini membeli alutsista secara sedikit sedikit (atau bahasa gaulnya ngeteng). Betul, bila tidak semua alutsista dibeli secara ngeteng, namun banyak alutsista kita dibeli tidak komplit dan hanya platform saja atau biasa dikenal dengan FBNW (Fitted But Not With). 

Dari berita Rusia menawarkan keringanan pembayaran dengan komoditi, Indonesia harus tampil aktif dan menawarkan opsi yang bisa direalisasikan untuk menutup kekurangan dana dengan cara barter komoditi. Barter komoditi ini bukan pertama kali, dulu Indonesia juga melakukan hal yang sama dalam pembelajaan alutsista. Namun waktu yang berbeda, sekarang Rusia butuh bahan dasar, dan ini merupakan kemudahan tersendiri dalam hal negoisasi jual beli.

Kelapa Sawit 

Rudal pertahanan S300 [google] ○ 

Indonesia dikenal sebagai pengekspor besar kelapa sawit bersama Malaysia. Komoditi ini sempat dicekal Eropa, karena alasan bermacam-macam. 

Apalagi Indonesia sempat mencanangkan minyak kelapa sawit sebagai sumber energi. Produksi kelapa sawit yang berlimpah ini menjadi salah satu senjata untuk barter alutsista. 

Menurut gosip warung kopi formil, Indonesia sempat menawarkan komoditi ini sebagai alat bayar pengadaan rudal pertahanan jarak sedang. Namun tidak diketahui bagaimana hasil akhirnya. Kembali Indonesia harus melihat semua kemungkinan, mumpung ada lawan yang butuh.

Teknologi terkini itu penting 

Melirik kapal selam Kilo [google] ○

Menuju Indonesia yang lebih baik, Indonesia harus terus memodernisasi semua alutsista nya, bukan hanya cukup ada tapi harus berkualitas. Bila ada pejabat yang anggap bahwa kita kuat karena rakyat banyak, menjadi satu pertanyaan penting. 

Apakah kita mau seperti dahulu ditekan karena kekurangan alutsista dan ketergantungan kepada pihak luar? Apakah kita akan korbankan personil karena teknologi yang uzur? Dan perang kedepan adalah perang teknologi bukan lagi seperti era perang dunia kedua. 

Sekarang ini era Teknologi canggih, bila Indonesia bisa mendapatkannya, bangsa ini akan lebih disegani daripada hanya mengandalkan otot. Bila barat banyak perhitungan kepada Indonesia untuk mendapatkan teknologi terkini, kita harus bisa mengambil dari pihak Timur dan begitu sebaliknya. 

Dalam MEF saja semua bermuara kepada dana, maka antisipasi itu menjadi acuan kita kedepan. Ulasan ini hanya spontan keluar melihat peluang yang ada, dan berharap kesempatan ini menjadi opsi Indonesia menjadi lebih baik.  


Sumber: Garuda Militer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar