“Kami telah memberikan pernyataan bahwa, terlepas terjadinya perubahan berulang terkait pengiriman (S-300), pelaksanaan kontrak perjanjian kini telah dimulai, dan kini saya dapat menyampaikan bahwa pengiriman tahap pertama sistem tersebut telah dikirimkan ke Iran,” kata perwakilan resmi Republik Islam Iran.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov dan perwakilan dari Rosoboronexport selaku perusahaan yang terlibat dalam pengeskporan senjata buatan Rusia menolak untuk mengomentari informasi pengiriman tahap pertama S-300 ke Iran. Namun, berdasarkan pernyataan narasumber dari kompleks industri militer Rusia kepada kantor berita Rusia Interfax, Moskow telah memulai pelaksanaan perjanjian tersebut sejak Maret 2016. Pada awal bulan ini, Rosoboronexport menegaskan bahwa pengiriman akan dilakukan dalam waktu dekat.
Menurut informasi yang didapat Interfax, angkatan bersenjata Republik Islam Iran akan menempatkan resimen pertama S-300 ke dalam sistem pasukan militer mereka pada musim panas tahun ini. Saat ini, pasukan militer Iran yang nantinya akan ditugaskan pada layanan kompleks ini sedang dilatih.
Setelah S-300, S-400?
Menurut informasi narasumber di kompleks industri militer kepada RBTH, saat ini Moskow dan Teheran sedang melanjutkan pembicaraan terkait pengembangan sistem pertahanan udara terpadu Iran. Karena itu, pada kunjungan Menteri Pertahanan Hossein Dehgan ke Moskow bulan Februari lalu, kerja sama teknis-militer dan kemungkinan pasokan S-400 sempat dibahas.
Namun menurut sang narasumber, Moskow tidak akan mengirimkan sistem tersebut kepada mitra asingnya sebelum menempatkan 18 resimen S-400 untuk angkatan bersenjata Rusia. Dalam kasus ini, Iran pun diharuskan untuk mengantre setelah Tiongkok, India, dan beberapa negara lainnya yang juga ingin mendapatkan S-400 Rusia.
“Iran juga tertarik dengan pesawat tempur multifungsi Su-30, sistem artileri 2S19 ‘Msta-S’, tank T-90S, sistem rudal Buk-M2, rudal jarak pendek ‘Pantsir-S1’ dan beberapa senjata buatan Rusia lainnya. Namun, sehubungan dengan adanya sanksi oleh Dewan Keamanan PBB, Moskow tidak akan memasok sistem ini kepada Republik Islam Iran,” kata sang narasumber kepada RBTH.
Sejarah Perjanjian Pengiriman S-300 Antara Rusia-Iran
Pada 2007 lalu, Moskow dan Teheran menandatangani perjanjian senilai 800 juta dolar AS untuk pasokan lima batalion S-300 PMU-1 dengan 40 peluncur. Namun, akibat dijatuhkannya sanksi terhadap Iran oleh Dewan Keamanan PBB pada 2010 lalu, Rusia tidak bisa memenuhi kewajibannya di bawah kontrak tersebut. Menanggapi hal ini, pimpinan militer-politik Republik Islam Iran mengajukan banding ke pengadilan arbitrase internasional atas hak sebesar empat miliar dolar AS kepada Moskow sehubungan dengan gagalnya kontrak.
Setelah penandatanganan “kesepakatan nuklir” antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Jerman pada April 2015, Presiden Rusia Vladimir Putin membatalkan dekrit tahun 2010 mengenai larangan pasokan sistem pertahanan S-300 untuk Republik Islam Iran.
Sehubungan dengan hal tersebut, pimpinan militer-politik Teheran menarik gugatannya terhadap Rusia di pengadilan Swiss.
Spesifikasi Sistem Pertahanan Udara S-300
Rentang jangkauan target:
- Aerodinamis (pesawat musuh): 150 kilometer
- Balistik (rudal): 40 kilometer
- Pesawat terbang rendah (ketinggian dari 50 – 100 meter): 28 – 38 kilometer
Kecepatan maksimum tembakan terhadap musuh: 2.800 meter per detik
Jumlah target yang bisa disasar: hingga 12 unit
Jumlah target bergerak: hingga 6 unit
Jumlah rudal yang bisa ditembakkan dalam satu waktu: hingga 12 unit
Kecepatan tembak: 3 rudal per detik
Waktu penyebaran kompleks: 5 menit
Jumlah rudal dalam kompleks amunisi: 48 unit
(RBTH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar