Senin, 28 November 2016

Proyek Kapal Selam Mini akan Dimulai 2017



Kapal selam mini 22 meter (photo : Ijal Lubis)

Di sela-sela pameran Indo Defence 2016 Defense Studies sempat mendatangi dan berbincang-bincang dengan beberapa pihak yang akan terlibat dalam Proyek Kapal Selam Mini. Proyek ini akan memakan waktu tiga tahun dan sedapat mungkin akan menggunakan komponen dari dalam negeri.


Proyek kapal selam mini dengan biaya berkisar Rp 200 - 300 milyar ini akan dilakukan selama tiga tahun (2017-2019), pada tahun 2017 akan dibangun badan bagian tengah (mid body), sedangkan pada tahun 2018 dibangun bagian ujung depan dan belakang (edge body), tahun 2019 kapal selam ini sudah utuh dan akan mengalami pengujian berlayar dan menyelam untuk memperoleh sertifikasi kelaikan.

Pembuatan kapal selam ini merupakan kerja keroyokan dari Balitbang Kementerian Pertahanan bersama dengan Palindo Marine, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya dan Balai Teknologi Hidrodinamika-BPPT. Balitbang Kemhan merupakan pihak yang memprakarsai dan menyiapkan anggaran, Palindo Marine adalah galangan yang akan membuat kapal selam ini. ITS yang membuat detail desain dari konsep kapal selam 22m, UI yang membuat welding procedure dan melakukan tes, sedangkan BPPT yang akan menguji kapal selam ini.

Kapal dengan panjang 22m dan lebar 3m ini dirancang untuk sanggup menyelam hingga kedalaman 150m, kecepatan maksimal di air adalah 10 knot, baik ketika sedang menyelam atau di permukaan air. Kapal mempunyai endurance selama 6 hari, kapal dapat melaksanakan regenerasi udara selama 3 hari tanpa melakukan snorkeling. Berat total kapal saat menyelam adalah 127,1 ton.



Screw propeller berbilah tujuh dan thruster sebagai secondary propeller (photo : reddit kamome)

Untuk mengawaki kapal selam ini cukup dibutuhkan 5 orang saja. Kapal juga masih dapat menampung 7 hingga 9 orang penyelam untuk dapat melakukan operasi khusus berupa penyusupan.


Badan kapal selam akan menggunakan bahan baja HY-80 22mm, ini merupakan jenis high-tensile alloy steel yang biasa digunakan untuk membuat badan (hull) kapal selam. Khusus untuk bahan baja ini akan minta kesediaan PT. Krakatau-Posco (joint venture antara PT Krakatau Steel dan Posco Korea) untuk memasoknya.

Kapal selam ini akan menggunakan baling-baling tunggal berbilah tujuh berjenis high screw propeller, juga akan dilengkapi dengan 2 buah thruster sebagai secondary propeller. 1 thruster diletakkan di depan (bawah bodi), dan satu lagi di belakang (atas bodi). Belum ada info untuk pabrikan lokal yang sanggup memasok propeller ini.

Untuk peralatan periskop dan optronics masih dikaji jenis non-hull penetrating optronics periscopes (periskop yang tidak perlu melubangi bodi). Sementara ini yang dikaji adalah produk buatan Prancis, namun peluang terbuka bila PT Len sanggup untuk membuatnya.



Thruster kapal selam mini ini 1 terletak di bagian belakang (atas bodi) dan satu di bagian depan (bawah bodi) (photo : Jane's)

Desain asli kapal selam ini adalah tanpa persenjataan, namun pihak calon pengguna yang dalam hal ini adalah TNI AL menginginkan kapal selam ini dilengkapi dengan 2 torpedo. Mengingat bagian dalam kapal yang sudah penuh maka torpedo akan diletakkan di luar bodi, jenis yang dipilih adalah 2 torpedo ringan. Posisi torpedo di luar bodi adalah umum digunakan untuk desain kapal selam mini.

Untuk mission system baik Len maupun Infoglobal menyatakan sanggup untuk memasok 4 peralatan utama kapal selam ini yaitu : inertial navigation unit, sistem deteksi, torpedo control system, dan combat management system.

Sperti halnya kapal selam tipe diesel elektrik pada umumnya, komponen penggerak kapal selam ini memerlukan generator diesel, elektrik motor dan baterai. Untuk generator diesel dan elektrik motor direncanakan masih import.


Untuk baterai kapal selam ini tidak perlu import, karena pabrikan lokal yaitu PT Garda Persada sanggup untuk memasoknya. Perusahaan ini merupakan perusahaan anak dari PT Nipress Tbk. Perusahaan masih menimbang untuk menggunakan baterai jenis Lithium atau Lead Acid, karena dari sisi teknologi keduanya memungkinkan, hanya tinggal masalah ukuran ruangan yang tersedia.

(Defense Studies)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar