Salah satu hal penting dan yang paling jarang disebut-sebut dalam revolusi pertempuran udara adalah kemunculan helm pilot pesawat tempur
yang dilengkapi dengan layar (mount display). Helm ini akan
memungkinkan sang pilot untuk melihat dan menembak tanpa terganggu
karena pergerakan kepala mereka dan menjadikan pilot lebih cepat
mengambil keputusan dalam pertempuran udara.
JHMCS (Foto : US Navy) |
Perubahan besar dalam revolusi pertempuran udara ini belum banyak
dipublikasi karena saat ini memang sudah langka sekali kita temui
pertempuran antara dua pesawat tempur. Namun dalam simulasi latihan
perang, terdapat banyak perbedaan bagi yang menggunakan dan yang tidak
menggunakan helm ini. Hal ini telah didokumentasikan secara rinci (dan
diklasifikasikan) di Amerika Serikat karena sejak tahun 1970-an, pilot
pesawat tempur Amerika telah melakukan latihan reguler di ruang udara
instrumentasi, di mana setiap gerakan pesawat dan keputusan yang diambil
oleh pilot dicatat. Dokumentasi ini menyediakan segala macam data
tentang perkembangan pesawat dan kinerjanya selama beberapa dekade.
Salah satu contoh terbaik dari helm jenis ini adalah versi terbaru dari JHMCS (Joint Helmet Mounted Cueing System) Amerika Serikat yang baru diperkenalkan tahun lalu. Adalah helm JHMCS II yang memungkinkan pilot menembak kemanapun mata mereka tertuju, tidak peduli ke arah mana helm itu menghadap. Versi helm baru ini menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang lebih baik untuk melacak gerakan mata pilot. JHMCS baru lebih seimbang dan lebih nyaman dipakai dan digunakan, lebih andal sekaligus lebih murah dari versi sebelumnya. Versi baru JHMCS ini dihargai sekitar satu juta dolar. Sebuah cara menutup kepala yang sangat mahal. Biaya ini tentu saja bukan biaya helmnya saja tapi sudah termasuk peralatan tambahan untuk dipasang pada kokpit pesawat tempur, pelatihan dan dukungan teknis.
JHMCS juga memungkinkan pilot untuk melihat informasi penerbangan dan navigasi yang ditampilkan langsung pada kaca helmnya. Semacam monitor komputer tembus pandang atau Head Up Display. Ini membuat pilot bisa melihat sesering mungkin tanpa harus melihat melalui bagain bawah kaca helm. Helm ini jelas memberikan kebebasan bagi pilot sekaligus memberikan keunggulan tamabahan dalam mencari pesawat tempur musuh atau target atau manuver agar bisa masuk ke posisi yang menguntungkan guna melancarkan serangan. JHMCS juga berguna untuk serangan dari udara ke darat.
Sistem helm seperti JHMCS versi sebelumnya sebenarnya sudah sangat efektif, tapi versi terbarunya JHMCS II jauh lebih ringan dan lebih mudah untuk dipakai (berat merupakan masalah utama JHMCS sebelumnya), lebih mudah dioperasikan, dan lebih dapat diandalkan (jika anda tidak terbentur kanopi).
Salah satu contoh terbaik dari helm jenis ini adalah versi terbaru dari JHMCS (Joint Helmet Mounted Cueing System) Amerika Serikat yang baru diperkenalkan tahun lalu. Adalah helm JHMCS II yang memungkinkan pilot menembak kemanapun mata mereka tertuju, tidak peduli ke arah mana helm itu menghadap. Versi helm baru ini menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang lebih baik untuk melacak gerakan mata pilot. JHMCS baru lebih seimbang dan lebih nyaman dipakai dan digunakan, lebih andal sekaligus lebih murah dari versi sebelumnya. Versi baru JHMCS ini dihargai sekitar satu juta dolar. Sebuah cara menutup kepala yang sangat mahal. Biaya ini tentu saja bukan biaya helmnya saja tapi sudah termasuk peralatan tambahan untuk dipasang pada kokpit pesawat tempur, pelatihan dan dukungan teknis.
JHMCS juga memungkinkan pilot untuk melihat informasi penerbangan dan navigasi yang ditampilkan langsung pada kaca helmnya. Semacam monitor komputer tembus pandang atau Head Up Display. Ini membuat pilot bisa melihat sesering mungkin tanpa harus melihat melalui bagain bawah kaca helm. Helm ini jelas memberikan kebebasan bagi pilot sekaligus memberikan keunggulan tamabahan dalam mencari pesawat tempur musuh atau target atau manuver agar bisa masuk ke posisi yang menguntungkan guna melancarkan serangan. JHMCS juga berguna untuk serangan dari udara ke darat.
Sistem helm seperti JHMCS versi sebelumnya sebenarnya sudah sangat efektif, tapi versi terbarunya JHMCS II jauh lebih ringan dan lebih mudah untuk dipakai (berat merupakan masalah utama JHMCS sebelumnya), lebih mudah dioperasikan, dan lebih dapat diandalkan (jika anda tidak terbentur kanopi).
Perusahaan pertahanan Elbit Israel memimpin dalam pengembanan teknologi
ini dan membuat berbagai terobosan teknis dengan sistem mereka
sebelumnya yaitu DASH (Display and Sight Helmet). Elbit bekerjasama
dengan perusahaan-perusahaan Amerika guna mengembangkan dan memasarkan
JHMCS, yang sebagian besar teknologinya berdasarkan sistem DASH yang
telah dimutakhirkan. Helm baru ini akhirnya telah berubah menjadi
sebuah inovasi besar dalam pertempuran udara.
Helm semacam ini pertama kali dikembangkan di Afrika Selatan pada tahun
1970-an. Rusia sendiri telah mengalami kepahitan kehilangan beberapa jet
tempur mereka di Angola karena berhadapan dengan pilot Afrika Selatan
Selatan yang menggunakan helm ini. Sejak itu, Rusia mulai
mengembangkannya dan baru pada lima tahun kemudian helm mount display
bisa mereka ciptakan. Helm Rusia ini tebukti sangat efektif dan Angkatan
Udara NATO takut ketika helm Rusia ini digunakan oleh pilot pesawat
tempur Jerman Timur (Jerman Timur dan Barat bersatu pada tahun 1991)
terhadap pilot F-16 Amerika. Israel adalah angkatan udara Barat yang
pertama mengembangkan helm semacam ini dan hingga kini masih memimpin
dalam teknologinya.
Dalam tiga dekade terakhir, helm ini akhirnya bisa menangani data yang lebih banyak dan lebih mudah untuk dipakai. Tapi meskipun begitu, helm masih terlalu berat. Itulah sebabnya munculnya JHMCS II menjadi sangat penting. Sehingga, enam tahun lalu Angkatan Udara AS memperkenalkan mesin latihan untuk memperkuat otot leher di gym angkatan udara yang sering dikunjungi oleh pilot-pilot pesawat tempur. Ini karena helm baru ini masih berbobot 2 kg, yang sekitar 50 persen lebih berat daripada helm biasa.
Mungkin kita pikir 2 kg itu memang tidak cukup berat, yang menjadi masalah adalah bagaimana jika sang pilot melakukan manuver atau gerakan-gerakan lainnya? Tarikan gravitasi akan menjadikan helm 2 kg itu seperti helm yang berbobot 17 kg. Oleh karena itu diperlukan otot leher yang kuat untuk menghadapi hal itu. Dalam dekade terakhir, kebanyakan pilot pesawat tempur harus menghabiskan banyak waktu untuk membangun kekuatan tubuh bagian atas di gym, agar mampu mengatasi kekuatan gravitasi. Jika tidak, pilot akan grogi, otot tegang atau bahkan pingsan dalam penerbangan.
Sebelum helm mount display dan sistem terkait hadir, pilot harus terus
menerus mengecek instrumen di kokpit dan menggunakan sistem penargetan
tetap. Cenderung tidak memiliki kesempatan untuk melihat melalui kokpit
dalam pertempuran udara yang biasanya hanya berlangsung hingga 10 detik
saja. Latihan tempur (dan pertempuran yang sesungguhnya) antara pilot
yang menggunakan helm ini dan yang tidak menggunakan helm jelas-jelas
berbeda. Ini merupakan perkembangan revolusioner dalam pertempuran
udara.
Dalam pertempuran udara, inovasi terkadang memang menjadi faktor penentu kemenangan dan, bagi mereka yang tidak berinovasi, merupakan suatu kerugian. Untuk memperoleh keunggulan semacam ini juga tidak hanya bergantung pada helm dan instrumen terkait, sang pilot juga harus menghabiskan ratusan jam latihan di udara dengan meggunakan helm ini. Inilah salah satu alasan mengapa China dan Rusia mengadopsi gaya pelatihan pilot Barat yang lebih mahal untuk melatih pilot mereka dalam beberapa dekade terakhir.
IHADSS tahun 1982 (Foto : US Army) |
Dalam tiga dekade terakhir, helm ini akhirnya bisa menangani data yang lebih banyak dan lebih mudah untuk dipakai. Tapi meskipun begitu, helm masih terlalu berat. Itulah sebabnya munculnya JHMCS II menjadi sangat penting. Sehingga, enam tahun lalu Angkatan Udara AS memperkenalkan mesin latihan untuk memperkuat otot leher di gym angkatan udara yang sering dikunjungi oleh pilot-pilot pesawat tempur. Ini karena helm baru ini masih berbobot 2 kg, yang sekitar 50 persen lebih berat daripada helm biasa.
Mungkin kita pikir 2 kg itu memang tidak cukup berat, yang menjadi masalah adalah bagaimana jika sang pilot melakukan manuver atau gerakan-gerakan lainnya? Tarikan gravitasi akan menjadikan helm 2 kg itu seperti helm yang berbobot 17 kg. Oleh karena itu diperlukan otot leher yang kuat untuk menghadapi hal itu. Dalam dekade terakhir, kebanyakan pilot pesawat tempur harus menghabiskan banyak waktu untuk membangun kekuatan tubuh bagian atas di gym, agar mampu mengatasi kekuatan gravitasi. Jika tidak, pilot akan grogi, otot tegang atau bahkan pingsan dalam penerbangan.
HMDS untuk F-35 Lightning II (Foto : USMC employee) |
Dalam pertempuran udara, inovasi terkadang memang menjadi faktor penentu kemenangan dan, bagi mereka yang tidak berinovasi, merupakan suatu kerugian. Untuk memperoleh keunggulan semacam ini juga tidak hanya bergantung pada helm dan instrumen terkait, sang pilot juga harus menghabiskan ratusan jam latihan di udara dengan meggunakan helm ini. Inilah salah satu alasan mengapa China dan Rusia mengadopsi gaya pelatihan pilot Barat yang lebih mahal untuk melatih pilot mereka dalam beberapa dekade terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar