Demikian
di kemukakan pengamat masalah luar negeri, Hernoto Ramlan seraya
menambahkan dalam etika pergaulan dan persahabatan internasional,
praktik sadap menyadap tersebut bukanlah praktek yang etis.
Hernoto
menyatakan setuju dengan pernyataan Staf Khusus Presiden Bidang Luar
Negeri, Teuku Faizasyah yang pada 28/7/2013 menyatakan, "Kalaulah hal
tersebut benar terjadi, penyadapan bukanlah sesuatu tindakan yang etis
dalam kehidupan antar dua negara bersahabat,"ujar Staf Khusus Presiden
Bidang Luar Negeri Teuku Faizasyah kepada detikcom, Minggu (28/7/2013).
Menurut HernotoRamlan, jika benar informasi yang disampaikan media Australia yang mengutip sumber anonym
dari intelijen Australia dengan memberitakan bahwa kelompok Fairfax
Media yang membawahi The Age dan The Sydney Morning Herald, seperti
dikutip dari dua media itu yang ditulis pada Jumat (26/7/2013), maka
kegiatan penyadapan tersebut menunjukkan Inggris bukanlah negara yang
memiliki tingkat demokrasi yang lebih rendah dibandingkan
Indonesia,”tambahnya seraya mewanti-wanti Inggris akan fenomena Edward
Snowden yang kemungkinan dapat terjadi di Inggris dan beberapa tahun
kedepan.
“Indonesia selama ini menganut prinsip dalam hubungan internasional yang bersifat dynamic equilibrium serta zero enemies, thousand friends,
sehingga penyadapan tersebut tidak bermakna apapun, karena Indonesia
bukanlah negara yang mengancam negara manapun juga,” tambahnya.
Sementara
itu, Datuak Ali Tjumano menegaskan, proses penyadapan tersebut juga
menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara terkuat ditengah kebangkitan
Asia Pasifik, sehingga apapun yang dilakukan dan direncanakan Indonesia
pantas dicurigai.
“Oleh karena itu, jika proses penyadapan ini benar setelah di cross check
oleh jajaran pemerintah dan intelijen di luar negeri, maka Indonesia
tidak perlu melaksanakan atau menepati seluruh pernyataan yang
dilontarkan pada saat G-20 dengan alasan kebijakan telah berubah karena
ancaman lingkungan strategis yang berubah,” tambah lelaki asal
Minangini.
Menurut
pengamat politik dari Lembaga Analisa Politik dan Demokras ini, ada
pelajaran penting bagi seluruh komponen bangsa Indonesia bahwa untuk
kepentingan nasional negaranya, negara lain melakukan penyadapan bahkan
terhadap tamu negara sekalipun.
“Mereka
kurang memperhatikan soal etika diplomasi, yang penting bagi mereka
kepentingan nasional tetap terjaga,” tegasnya seraya mencontohkan
sebaliknya di Indonesia beberapa komponen masyarakatnya malah memprotes
praktik penyadapan yang dilakukan institusi negara walaupun itu untuk
kepentingan nasional, misalnya dalam pemberantasan korupsi.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar