ANALISIS-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, pemerintah
Indonesia mendapatkan tawaran untuk membeli sekitar 10 unit kapal selam
dari Rusia. Jumlah ini di luar rencana pembelian tiga unit kapal selam
dari Korea Selatan yang akan datang pada 2014.
“
Kapal selam dari Rusia sudah ada. Mereka membuka kesempatan karena kedekatan dengan kita,” kata Purnomo saat ditemui di Istana Merdeka, Sabtu, 17 Agustus 2013.
Dalam kalimat langsung yang dikutip tempo.co itu, Menteri Pertahanan menyatakan: “Kapal selam dari Rusia sudah ada”.
Menteri Pertahanan menyampaikannya dengan kalimat multi tafsir. “Sudah
ada” dalam artian telah ditawarkan atau “sudah ada” dengan arti
Indonesia telah memiliki kapal selam Rusia.
Dia menyampaikan sebuah clue, namun tidak menjelaskannya lebih lanjut.
Informasi tentang tawaran 10 kapal selam Rusia, juga ditulis
beritasatu.com. Menteri Pertahanan kembali menyampaikan kalimat yang
multi tafsir:
“Memang ada tawaran lagi 10 kapal selama dari Rusia,” kata Menteri Pertahanan (menhan) Purnomo Yusgiantoro, Purnomo di kompleks Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (17/8).
Logika kalimat Menteri Pertahanan tentang “tawaran lagi”, adalah,
Indonesia sudah pernah ditawarkan dan membelinya atau setidaknya
Indonesia punya track record yang bagus dengan produsen kapal selam
Rusia. Kalau tidak memiliki rekam jejak yang bagus, tidak mungkin
ditawarkan langsung 10 kapal selam (refurbish).
Kalau belum pernah membeli, seharusnya bunyi tawarannya begini: :Ini
coba 2 kapal selam refurbish Rusia, kalau suka bisa tambah lagi”. Orang
yang ditawarkan pun tidak akan terkejut.
Mengapa Rusia menawarkan langsung 10 kapal selam refurbish?. Karena
tawaran mengambil 2 kapal selam dengan opsi bisa menambahnya hingga 10,
telah dilakukan tahun 2007: In September 2007, it was announced that Indonesia had placed an order for two Kilo Type 636 submarines, plus options to purchase up to eight more.
Dalam berbagai catatan, Indonesia pernah menandatangani kontrak
pembelian kapal selam dari Rusia, yang langsung disaksikan Presiden SBY
dan Vladimir Putin. Namun kelanjutan dari kontrak tersebut, tidak
pernah dibuka secara terang ke publik, apakah dieksekusi atau batal.
Dengan adanya tawaran dari Rusia untuk pembelian 10 kapal selam
refurbish, kontrak terdahulu semakin jelas seperti apa ENDING-nya.
Hal lain yang bisa ditangkap dengan tawaran 10 kapal selam dari
Rusia, tersirat Indonesia sudah familiar/tidak merasa asing, dengan
jenis kapal selam tersebut.
Padanannya kita rujuk kasus pembelian 30 pesawat refurbish F-16 eks
AS. Indonesia tadinya hendak membeli 8 pesawat baru F-16 Block 52,
namun AS menawarkan 30 F-16 block 32 rekondisi dan Indonesia
mengambilnya, untuk mengisi kekosongan fighter, dengan harapan KFX/IFX
bisa terwujud sesuai waktu yang ditentukan.
Mengapa AS langsung menawarkan 30 pesawat tempur F-16 refurbish ?.
Karena Indonesia adalah pengguna lama dari F-16, sehingga tidak ada
perdebatan tentang kualitas pesawat, apakah pesawat itu bagus atau
tidak.
Nah sekarang Rusia langsung menawarkann 10 kapal selam. Logikanya,
Indonesia merupakan user / sudah terbiasa dengan kapal selam yang
ditawarkan.
Kasus pengguna baru, seperti Malaysia ditawarkan 2 Scorpene oleh
Perancis. Singapura yang selama ini pengguna kapal selam Swedia, juga
mencoba membeli 4 scorpene dari Perancis. Sementara Vietnam yang
memiliki ikatan militer kuat dengan Rusia, membeli 6 kapal selam Kilo.
Nah, untuk kasus Indonesia, Rusia langsung menawarkan 10 kapal selam
refurbish. Tawaran ini bisa diartikan, Indonesia dianggap tidak asing
dengan kapal selam tersebut. Apalagi operator kapal selam berjumlah
puluhan, berbeda dengan pesawat tempur yang hanya dioperasikan oleh 1
atau 2 pilot.
Sejumlah dokumen tentang pelatihan TNI AL untuk menyambut kapal selam
Kilo dari Rusia, sempat beredar. Dokumen itu dibuat tahun 2007. Jika
dikaitkan dengan dokumen pelatihan awak kapal selam Kilo Indonesia,
tawaran penjualan 10 kapal selam oleh Rusia menjadi klop dan nyambung.
Artinya proyek pengadaan kapal selam Rusia dan pelatihannya yang
ditandatangani tahun 2006-2007, tidak pernah berhenti.
Indonesia tampaknya memiliki program berkesinambungan dengan kapal selam Rusia.
Pengadaan 10 kapal selam refurbish dari Rusia (kalau jadi dibeli),
akan memiliki positioning yang sama dengan 30 F-16 refurbish AS. 10
kapal selam itu, untuk menngisi kekosongan/ stopgap, hingga Indonesia
bisa membuat kapal selam Changbogo Korea Selatan, atau dengan kata lain,
hingga Indonesia membuktikan ketangguhan Kapal Selam Changbogo, saat
mengoperasikannya nanti.
Berbicara tentang pembangunan kapal selam Changbogo, Indonesia
mestinya optimis bisa membangun sendiri kapal selam tersebut. Militer
Korea Selatan telah mengoperasikan 12 kapal selam Changbogo, sehingga
tidak perlu dikhawatirkan, apakah kapal selam ini akan berwujud atau
tidak. Dan Indonesia memesan 3 kapal selam Changbogo yang baru ke Korea
Selatan.
Kembali
tentang kapal selam dari Rusia. Saya jadi teringat dengan tulisan
wartawan Radar Timika tentang kunjungan kapal selam 402 ke Sorong.
Di situ sang wartawan berbicara cukup detil tentang spesifikasi dan
kemampuan kapal selam tersebut, seperti: jumlah kru, kedalaman menyelam,
serta lama perjalanan. Wakil Komandan Kapal Selam juga tidak
ketinggalan menyebutkan jumlah kapal selam Indonesia.
Sang Wartawan pun memberi detil bahwa dia melihat langsung kapal selam tersebut dengan tulisan: Kapal selam sendiri sandar di pelabuhan Sorong, tepatnya di pelabuhan sebelah kanan disamping kapal pengangkut container.
Namun dari penjelasan itu semua, ada hal ganjil. Tulisan itu tidak
menyebut jenis kapal selam yang dia lihat dan juga wawancarai Wakil
Komandan Kapal-nya.
Jka anda menjadi wartawan dan bertanya tanya tentang sebuah
mobil/motor di satu showroom, apakah l/motor tersebut, sementara anda
telah melakukan pembicaraan cukup detil ?.
Yang paling mungkin terjadi, sang wartawan diminta tidak menyebutkan
jenis kapal selam tersebut, kecuali nomer lambungnya 402. Kenapa ?.
Wakil Komandan Kapal menyebutkan awak kapal selam tersebut berjumlah
66 orang. Jumlah awak tersebut bukanlah muatan dari KRI Nanggala 402
type U-209 buatan Jerman Barat. KRI Nanggala 402 type 209, hanya mampu
mengangkut 30-an awak kapal.
Agar tidak berbohong, sang wartawan hanya menuliskan nomer lambung
kapal selam, menyebut jumlah muatan kapal, namun tidak menyebutkan jenis
kapal selam tersebut. Mengapa jenis kapal selam tidak disebutkan,
karena memang ada yang harus dirahasiakan.
Kapal selam sendiri sandar di pelabuhan Sorong, tepatnya di pelabuhan sebelah kanan disamping kapal pengangkut container…..
Kita jadi teringat dengan kalender TNI AL yang memasang disain photo kapal selam Kilo yang diberi nomer lambung 412.
Sumber : JKGR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar