Selasa, 08 Oktober 2013

Tim PBB Mulai Musnahkan 1.000 Ton Senjata Kimia Suriah



http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/ledakan-senjata-kimia.jpg

Tim ahli dari PBB mulai melakukan pemusnahan senjata kimia milik pemerintah Suriah yang jumlahnya diperkirakan 1.000 ton. Senjata ini terdiri dari gas sarin, mustard dan bahan kimia lainnya yang diduga digunakan membantai rakyat Suriah Agustus lalu.Diberitakan News.com.au, Minggu 6 Oktober 2013, tim ahli perlucutan senjata kimia dari PBB dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) yang berbasis di Hague telah tiba di Damaskus Selasa pekan lalu. Sejak itu, mereka meneliti puluhan gudang senjata kimia Suriah.


Salah seorang ahli dalam tim itu mengatakan bahwa Minggu kemarin, mereka mulai melakukan verifikasi dan pemusnahan. Menurut resolusi PBB, pemusnahan harus rampung dilakukan pada pertengahan tahun 2014. "Hari ini adalah hari pertama pemusnahan, menggunakan kendaraan berat untuk melindas hulu ledak rudal, bom kimia udara dan unit-unit pencampuran statis dan mobile," ujarnya yang tidak ingin disebut namanya. Selain menggunakan alat berat, kata dia, mereka juga akan melakukan penghancuran sarana pembuat senjata kimia agar tidak bisa lagi digunakan, termasuk meledakkannya, melumatnya atau menguburnya di dalam beton.

Pemusnahan senjata kimia ini dilakukan atas persetujuan pemerintah Bashar al-Assad. Langkah ini dilakukan menyusul pembantaian di wilayah Ghouta, pinggiran Damaskus, pada 21 Agustus lalu dengan senjata kimia. Peristiwa ini menewaskan lebih dari 1.700 orang, dan melukai 3.000 lainnya. Penyelidikan PBB di lokasi tersebut membenarkan penggunaan senjata kimia, semua tangan menuding pada Assad. Pemerintah Amerika Serikat mengancam akan membombardir Suriah karena hal ini. Namun, Rusia, sekutu Suriah, memberikan opsi pemusnahan senjata kimia yang disanggupi Assad.

Sudah dua setengah tahun konflik berdarah di Suriah berlangung, lebih dari 115.000 orang dilaporkan terbunuh, termasuk warga sipil yang terdiri dari wanita dan anak-anak. Dua juta warga Suriah lainnya dilaporkan mengungsi di negara-negara tetangga dalam keadaan yang serba kekurangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar