Sekilas Kehebatan Pesawat CN-295 Buatan PT.Dirgantarai Indonesia dan Airbus Military
TNI
Angkatan Udara memperbarui armadanya dari Fokker 27 menjadi CN-295.
Sudah ada 2 pesawat CN-295 yang tiba dari 9 pesawat yang dipesan TNI AU.
Pesawat ini juga penanda kebangkitan industri dirgantara Indonesia
pasca krisis ekonomi tahun 1998.
Pesawat
ini adalah pesawat pengembangan dari pesawat CN-235 yang menangguk
sukses di pasaran sejak diluncurkan tahun 1983, terbanyak digunakan di
Turki, 61 pesawat. CN-235 merupakan proyek Casa, pabrikan pesawat
Spanyol dan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Indonesia. Pesawat
CN-295M merupakan pesawat angkut sedang taktis (medium airlifter)
generasi terbaru yang sudah menggunakan full glass cockpit, digital
avionic dan sepenuhnya kompatibel menggunakan night vision goggles
(NVG), sehingga CN-295M merupakan pesawat angkut sedang versi militer
yang dapat diandalkan di kelasnya. CN-295M mampu membawa sampai dengan
total sembilan ton kargo atau kurang lebih 71 personel.
Pesawat
ini juga mampu terbang sampai ketinggian 25 ribu kaki dengan kecepatan
jelajah maksium 260 Knot (480 Km/Jam) serta dapat diterbangkan dan
dikendalikan dengan aman dan sangat baik pada kecepatan rendah sampai
dengan 110 Knots (203 Km/Jam). Dengan menggunakan 2 Mesin Turboprop
Pratt & Whitney Canada (PW 127G), pesawat ini mampu melaksanakan
lepas landas dan melaksanakan pendaratan pada landasan yang pendek
(STOL/ Short Take Off & Landing) yaitu 670 m/2.200 kaki dengan berat
tertentu. “Kemampuan Pesawat C-295 M dinilai sangat cocok dan ideal
dikaitkan dengan tugas dan misi yang diemban oleh skadron Udara 2,” ujar
Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Silaen di sela-sela penyerahan
pesawat tersebut dalam dalam siaran pers TNI AU, Kamis (4/4/2013).
Lebih
lanjut ia mengatakan bawa kemampuan pesawat ini di antaranya:
melaksanakan angkutan personel dan logistik, penerjunan pasukan dan
logistik, evakuasi medis udara, patroli udara terbatas, serta penugasan
militer maupun misi kemanusian lainnya.
CN,
adalah singkatan dari Casa Nusantara. Casa yang kependekan
Construcciones Aeronauticas SA adalah pabrikan pesawat dari Spanyol,
yang sekarang menjadi EADS CASA,cabang dari perusahaan induk dirgantara
dan luar angkasa Eropa, European Aeronautic Defence and Space Company
N.V (EADS). EADS CASA diakuisisi oleh unit militer Airbus, Airbus
Military, tahun 2009. Nusantara di belakang nama itu menunjukkan
identitas bangsa Indonesia, Nusa dan Antara, dalam hal ini IPTN yang
kini menjadi PT DI. Pesawat CN 295 ini adalah pesawat buatan PT DI yang
berhasil diproduksi pasca krisis ekonomi.
2
Prototipe pesawat setelah CN 235, yakni N 250 dan N 2130, tak berhasil
diproduksi karena diterpa krisis ekonomi. Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) pun mengakui bahwa CN 295 ini menandakan bangkitnya
industri dirgantara Indonesia. "Kiranya hari ini adalah awal tonggak
baru kebangkitan PT DI menuju masa depan lebih baik dan sekaligus
menandai revitalisasi industri pertahanan kita," kata Presiden saat
memberikan sambutan di hadapan ratusan hadirin di hanggar CN 295,
kompleks PT DI, Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/10/2011) lalu.
Sementara
itu, staf Humas PT DI Johan Karyansyah mengatakan pesawat angkut
militer baru milik TNI AU tersebut merupakan hasil kerjasama PT DI
dengan Airbus Military di Spanyol. Selama setahun, PT DI sanggup
menyelesaikan tiga pesawat yang mampu menampung hingga 60 personel
tersebut. "Maksimal tiga pesawat setahun. Jadi ini kerjasama
masing-masing 50 persen antara PT DI dengan Airbus Spanyol," jelas Johan
di Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Kamis (4/10/2012) kemarin. Di
dunia, pesawat CN 295 atau serinya C 295 ini, sudah digunakan di 13
negara. Pengguna utamanya seperti AU Spanyol, Polandia, Brasil, dan
Portugis. Selain itu pesawat ini selain menggantikan Fokker 27 milik TNI
AU, juga kandidat menggantikan pesawat DHC-5 Buffalos milik AU Kanada,
pesawat Antonov AN-32S milik AU Peru dan de Havilland Canada DHC-4
Caribou milik AU Australia.
PT DI Siapkan Lini Produksi Pesawat Transpor Militer CN 295
PT
Dirgantara Indonesia saat ini tengah menyiapkan lini produksi untuk
pesawat transport menengah CN 295. Pesawat ini sudah memperkuat jajaran
armada TNI AU dab merupakan pengembangan dari CN235.
“Pesawat
CN235 dirancang dan mulai terbang pada 1980-an, kini tercatat salah
satu jenis pesawat transpor populer dan banyak digunakan di seluruh
dunia. CN295 adalah pengembangannya,” kata IP Windu Nugroho, staf senior
Divisi Komunikasi PT Dirgantara Indonesia (Persero). Windu mengatakan
karena merupakan pengembangan dari CN235 yang dirancang bangun bersama
Indonesia dan Spanyol, maka bagi pihaknya rincian pembuatan CN295 di
PTDI bukan sesuatu yang memerlukan pengetahuan asing sama sekali.
Windu
menjelaskan CN 295 telah memasuki pasar dunia sejak 1996 oleh Airbus
Military (konsorsium Eropa dan CASA terlebur di dalamnya), merupakan
pesawat yang mempunyai kapasitas dan jangkauan lebih besar serta
memiliki tingkat kehandalan dan dukungan operasional yang sama dengan CN
235.
Pesawat CN295 pun mampu membawa beban muatan hingga 9 ton
dengan kecepatan terbang normal hingga 260 knot (480 km/jam). Pesawat
ini juga mempunyai bentuk yang kokoh, kualitas terbang serta multifungsi
yang menawarkan biaya operasinal rendah, termasuk bahan bakar dan
pemeliharaan.
Sebagai pesawat generasi baru dari hasil
pengembangan CN 235, pesawat CN 295 dengan segala kemampuan serta sistem
yang dimilikinya, sangat cocok untuk tugas-tugas yang diemban TNI AU.
Desain dan kontruksi yang dibuat menggabungkan kekuatan, ketahanan dan
karakteristik operasi militer dengan tingkat keselamatan dan kehandalan
tinggi.
Selain itu, kapabilitas STOL (Short Take Off &
Landing) membuat CN 295 mampu lepas landas dan mendarat pada landasan
paling buruk sekalipun. Dengan muatan penuh, CN 295 bisa lepas landas
dari lapangan terbang sepanjang hanya berkisar 600 meter. “Untuk menjadi
CN 295, beberapa struktur pesawat yang ada di tubuh CN 235 diperkuat
dan dilakukan beberapa perubahan, di antaranya perangkat pendarat, sayap
tengah, mesin dan baling-baling, selain badan pesawat diperpanjang tiga
meter,” kata Windu.
Kementerian Pertahanan RI membeli sembilan
unit CN 295 hasil kerja sama antara PTDI dan Airbus Military ini. Dua
unit telah diserahkan pada 4 Oktober 2012 yang dibuat di Spanyol,
sedangkan sisanya tujuh unit akan diproduksi di Bandung dengan rencana
penyerahan empat unit pada 2013 dan tiga unit pada 2014.
“Guna
mendukung program plan tersebut, saat ini kami sedang melakukan beberapa
persiapan, di antaranya menyiapkan pencetakan badan pesawat (jig
fuselage) untuk yang kelebihan panjang badan tiga meter serta
pembangunan pusat lini perakitan,” katanya. Dengan menggunakan
manufaktur dan lini perakitan terbaru, PTDI dan Airbus Military berharap
dapat mengirimkan pesanan pesawatnya ke customer dalam kurun waktu 12
bulan, atau bahkan lebih cepat.
Indonesia dapat memproduksi pesawat sendiri
BalasHapusteknologi dirgantara Indonesia sangat berkembang, komentar balik ya ke blog saya www.goocap.com
BalasHapus