MAMUJU-(IDB) : Pakar ekonomi dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi
Selatan, Syarkawi Rauf mengatakan, kandungan tambang uranium di
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, kini menjadi incaran beberapa negara
asing.
"Potensi tambang uranium di Mamuju merupakan yang terbaik di
Indonesia. Sehingga pemanfaatannya harus hati-hati dan dikelola untuk
kemakmuran rakyat, bukan menguntungkan pihak asing," kata Syarkawi Rauf
ketika dihubungi di Makassar, Senin (13/5).
Menurutnya, pemanfaatan uranium bukan hanya untuk menghasilkan tenaga
nuklir untuk kepentingan pertahanan, tapi juga untuk dikelola sebagai
bagian pengembangan ekonomi.
"Misalnya, sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dalam
mendukung ketersediaan listrik di provinsi hasil pemekaran Sulsel ini,"
katanya.
Dia mengatakan, sadar atau tidak, kandungan uranium di Sulbar telah
diketahui banyak negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat (AS),
Rusia, China, dan banyak negara besar lainnya. Karenanya, tambah
Syarkawi, pemerintah RI tidak boleh gegabah jika memiliki rencana
mengelola sumber energi tersebut.
Kalau untuk kepentingan ekonomi domestik dan memenuhi kebutuhan
ketersediaan pasokan listrik, kata Syarkawi, maka reaktor nuklir untuk
pembangkit listrik bisa didirikan di Sulbar.
"Kalau kita bisa memanfaatkan uraium sebagai sumber energi listrik,
daerah ini akan maju dan tidak akan pernah kekurangan listrik. Hanya
saja kita belum punya teknologi untuk memanfaatkan uranium," kata
Syarkawi.
Syarkawi yang juga anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
pusat ini mengatakan kebutuhan akan energi sampai saat ini mengalami
peningkatan yang sangat pesat.
"Peningkatan kebutuhan akan energi merupakan sebuah bentuk
penyesuaian dengan kemajuan zaman. Satu sumber energi yang posisinya
sangat vital bagi masyarakat adalah energi listrik," katanya.
Dia menjelaskan, listrik bisa dihasilkan dengan mendirikan PLTN.
Jenis pembangkit listrik seperti itu menggunakan proses pembelahan inti
atom uranium yang akan menghasilkan energi nuklir yang sangat besar.
"Itu sebabnya, Iran sangat ngotot mengembangkan dan mengelola sendiri
nuklirnya. Karena listrik yang dihasilkan sangat besar dan mampu
memenuhi kebutuhan negaranya," kata Syarkawi.
Sikap Iran untuk tidak menyerahkan pengelolaan uraniumnya kepada
negara asing, kata dia, patut dijadikan contoh sehingga pemerintah RI
harus berhati-hati.
Kedatangan utusan Pemerintah Amerika Serikat (AS) ke Sulbar, ungkap
Syarkawi, harus benar-benar dimanfaatkan untuk membangun kerjasama yang
saling menguntungkan.
"Mereka boleh bawa bantuan masuk, tapi tidak berarti boleh mengambil
apa saja yang mereka mau. Kalau memang ada kerjasama maka harus saling
menguntungkan. AS bisa masuk dalam bantuan teknologi dan dana.
Kerjasamanya harus berbentuk 'mutual partnership'," ujar Syarkawi.
Sumber : Beritasatu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar