Bahkan di masa pemotongan anggaran pertahanan dan pembelian perangkat
keras militer menurun tajam, petinggi-petinggi Angkatan Darat AS
menekankan bahwa tank ringan adalah prioritas tinggi yang harus dibeli.
Seorang tentara AS dari Divisi Airborne 82 menjabarkan peralatan dan senjata tank Sheridan sebelum Operasi Perisai Gurun. |
Di dalam perang, mereka berpendapat bahwa pasukan udara Angkatan Darat
AS akan terjun dengan parasut di zona tempur hanya dilengkapi dengan
senjata ringan, dan mungkin harus menghadapi musuh yang bersenjata
berat. Sedangkan Pasukan Payung Angkatan Darat AS sejak tahun 1997 sudah
tidak lagi menggunakan tank Sheridan mereka. Karena itulah mereka
menginginkannya kembali. Rencananya adalah dengan melengkapi Korps
Pasukan Udara XVIII (XVIII Airborne Corps) dengan armada tank ringan
yang dapat diangkut dengan pesawat kargo C-130 dan diterjunkan ke medan
perang.
Tank ringan ada dalam arsenal Angkatan Darat AS sejak Perang Dunia I hingga akhir Perang Dingin. Produksi tank Sheridan (16 ton) telah terhenti sejak tahun 1970 setelah sebelumnya memproduksi 1.700 unit untuk Angkatan Darat. Unit terakhir yang mengoperasikan tank Sheridan adalah Batalion 3, Resimen Armor 73d dari Divisi Airborne 82, yang kemudian tank ini dinonaktifkan menyusul "bencana" pemotongan anggaran pertahanan. Angkatan Darat AS sejatinya direncanakan mengganti tank Sheridan dengan Armored Gun System, namun baru 6 unit kendaraan diterima Angkatan Darat, program ini kemudian dihentikan.
Petinggi Angkatan Darat AS mengatakan bahwa akan sulit menemukan tank yang lebih modern dari tank Sheridan. Maksudnya bukan tidak ada tank yang lebih modern dari tank Sheridan, tetapi kesulitannya adalah menemukan tank yang muat di belakang pesawat kargo C-130 dan dapat diterjunkan dengan parasut. Sedangkan tank Sheridan melakukannya dengan sangat baik di era 1990 an.
Hingga saat ini, setidaknya sudah ada puluhan kandidat pengganti Sheridan yang tengah dipertimbangkan. Meskipun tank yang dimaksud adalah tracked (roda lazim tank), namun Angkatan Darat juga membuka kemungkinan tawaran tank beroda. Dengan syarat, tank harus droppable, memiliki perlindungan yang cukup dari serangan kaliber 14,5mm dan kaliber .50, dan mampu untuk off road.
Tank ringan ada dalam arsenal Angkatan Darat AS sejak Perang Dunia I hingga akhir Perang Dingin. Produksi tank Sheridan (16 ton) telah terhenti sejak tahun 1970 setelah sebelumnya memproduksi 1.700 unit untuk Angkatan Darat. Unit terakhir yang mengoperasikan tank Sheridan adalah Batalion 3, Resimen Armor 73d dari Divisi Airborne 82, yang kemudian tank ini dinonaktifkan menyusul "bencana" pemotongan anggaran pertahanan. Angkatan Darat AS sejatinya direncanakan mengganti tank Sheridan dengan Armored Gun System, namun baru 6 unit kendaraan diterima Angkatan Darat, program ini kemudian dihentikan.
Petinggi Angkatan Darat AS mengatakan bahwa akan sulit menemukan tank yang lebih modern dari tank Sheridan. Maksudnya bukan tidak ada tank yang lebih modern dari tank Sheridan, tetapi kesulitannya adalah menemukan tank yang muat di belakang pesawat kargo C-130 dan dapat diterjunkan dengan parasut. Sedangkan tank Sheridan melakukannya dengan sangat baik di era 1990 an.
Hingga saat ini, setidaknya sudah ada puluhan kandidat pengganti Sheridan yang tengah dipertimbangkan. Meskipun tank yang dimaksud adalah tracked (roda lazim tank), namun Angkatan Darat juga membuka kemungkinan tawaran tank beroda. Dengan syarat, tank harus droppable, memiliki perlindungan yang cukup dari serangan kaliber 14,5mm dan kaliber .50, dan mampu untuk off road.
Tentara AS menembakkan kanon kendaraan lapis baja Stryker saat demonstrasi senjata di Fasilitas Latihan Grafenwoehr, Jerman. |
Analis menilai, salah satu kendaraan yang mungkin menjadi pertimbangan
Angkatan Darat AS adalah Mobile Gun System (MGS) M1128 roda delapan, kendaraan lapis baja ringan Stryker
yang dipasangi kanon tank 105 mm yang dibuat oleh General Dynamics Land
Systems. Namun Angkatan Darat AS menilai tingkat perlindungan MGS harus
ditingkatkan lagi agar bisa bertahan dari ledakan yang lebih kuat dan
perlu untuk upgrade suspensi agar lebih mobile.
Upaya AS untuk mendapatkan tank ringan ini membawa kita kilas balik ke
Oktober 1999 yaitu ketika Kepala Staf Angkatan Darat AS kala itu
mengumumkan bahwa Angkatan Darat AS akan bertransisi ke tank ringan dan
menempatkan tank berat (seperti Abrams) di "belakang". Dia menginginkan
tank ringan karena akan lebih mudah diangkut ke zona tempur, menjadikan
Angkatan Darat cepat menanggapi ancaman/melaksanakan misi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar