"Vietnam telah memesan lima unit CN-295 dari Airbus Military, namun belakangan dikurangi jadi tiga. Sampai sekarang pesanan itu belum dikerjakan oleh Airbus Military," kata Direktur Niaga PT Dirgantara Indonesia, Budiman Saleh, Selasa (28/5/2013) di Nay Pyi Taw, Myanmar.
Budiman menjadi salah satu anggota rombongan road show CN 295 yang dipimpin Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin ke enam negara Asean.
Setelah kemarin di Vietnam, hari ini rombongan berada di Nay Pyi Taw, Myanmar. Ketika bertemu dengan Sjafrie pada Senin (27/5/2013) di Hanoi, Vietnam, Menteri Pertahanan Vietnam Jenderal Phung Quang Thanh, menyatakan, negaranya membutuhkan pesawat terbang yang mampu menerjunkan pasukan, mengangkut pasukan, punya daya angkut maksimal 10 ton, dan memiliki pintu di bagian belakang.
Secara eksplisit, Phung Quang lalu menyatakan ketertarikannya dengan CN-295 yang memenuhi kualifikasi pesawat yang dibutuhkan negaranya tersebut.
Menurut Budiman, pengalihan produksi pesawat CN-295 pesanan Vietnam dari Airbus Military ke PT Dirgantara Indonesia amat dimungkinkan karena sudah ada kolaborasi antara Airbus Military dan PT Dirgantara Indonesia untuk memproduksi pesawat tersebut.
Indonesia juga ditunjuk sebagai main dealer pesawat itu untuk kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.
Ada sejumlah keuntungan bagi Indonesia dan Vietnam jika pesawat itu diproduksi di PT Dirgantara Indonesia.
"Jika dibuat di Indonesia, 50 persen dari komponen pesawat tersebut, yaitu bagian sayap, dibuat di Indonesia. Untuk Vietnam, mereka juga akan dimudahkan dalam pemeliharaan karena kami punya pusat pemeliharaan CN-295 di Bandung. Jika ada kebutuhan suku cadang, hanya butuh waktu sekitar empat jam untuk mengirimkannya ke Vietnam," jelas Budiman. (Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar