Armada kapal selam Australia tengah menghadapi masalah yang besar. Diganggu oleh masalah reliabilitas hampir sejak Collins menyentuh air pada 1996, enam kapal kelas Collins yang diproduksi Australia hampir mengembuskan nafas terakhir mereka. Namun, kapal selam modern yang akan menggantikan Collins masih jauh, karena kepemimpinan politik dan militer negara tersebut belum bisa memutuskan apa yang sesungguhnya mereka inginkan.
Pemerintah Australia kesulitan mengambil keputusan karena tak berpengalaman mencari perangkat militer berefek deterent sangat tinggi. Australia juga tak punya uang tunai untuk membayar biaya penggantian sebesar 36 miliar dolar AS, yang diperkirakan akan meningkat dua atau tiga kali lipat ketika kita memperhitungkan faktor biaya operasional sepanjang pemakaian perangkat tersebut.
Namun, alasan yang lebih utama ialah negara tersebut mengeksplor terlalu banyak pilihan dari banyak negara. Mereka mencari kapal dari Jepang, namun juga mempertimbangkan kapalselam milik Jerman, Prancis, dan Amerika.
Rencana utama ialah membeli kapal selam kelas Soryu milik Jepang. Namun, setelah Perdana Menteri Tony Abott yang menjadi otak kunci pembelian kapal Jepang turun dari jabatannya, lembaga pertahanan Australia kini mengekor gerak-gerik PM Australia yang baru, Malcom Turnbull, entah ke Timur atau Barat.
Calon-calon Kapal Selam Australia
Defence White Paper Australia 2013 menyebutkan persyaratan bagi kapal selam masa depan negara tersebut. Persyaratan kunci adalah kapal harus mampu melakukan misi strategis dan karakteristik siluman serta karakterisitk operasional kapal selam canggih sangat krusial. “Kapal harus mampu melakukan patroli panjang dengan jarak penuh di area yang diperlukan. Mereka juga harus berkecepatan tinggi,” terang dokumen tersebut.
Selain itu, kapal selam masa depan Australia harus memiliki jangkauan luas dan ketahanan patroli yang tinggi, lebih canggih dari kapal selam kelas Collins. Kapal selam juga perlu dilengkapi dengan fasilitas komunikasi yang aman dan bersifat real time.
Kapal Selam Siluman Rusia
Saat ini, satu-satunya kapal selam di dunia yang memenuhi semua persyaratan tersebut adalah kapal selam Rusia. Kapal selam terbaru Moskow Novorossiysk, yang juga dikenal sebagai Black Hole, memiliki teknologi siluman yang canggih. Kapal selam ini menawarkan propulsi diesel-elektrik yang canggih, kapal selam yang sangat tenang ini tak bisa dideteksi oleh musuh, sesuai namanya.
Bahkan AL AS, yang mengaku melacak kapal selam Rusia sepanjang waktu, tak bisa mendeteksi Black Holes. Kapal selam ini dapat dengan bebas mendekati pesisir pantai AS tanpa khawatir terdeteksi.
Sementara untuk kapal selam nuklir, Rusia memiliki Akula yang dipinjamkan untuk India. Pada 2012, kapal selam kelas Akula dengan misil serang darat jarak jauh berlayar di sekeliling Teluk Meksiko selama beberapa minggu tanpa terdeteksi.
Persyaratan Jangkauan
Kapal selam Rusia juga dikenal dengan jangkauannya yang luas, kerap berlayar melintasi benua dari markasnya di Arktik. Kapabilitas ini berbeda jauh dengan kapal selam Eropa, yang dirancang untuk berpartroli di perairan dangkal atau Atlantik Utara. Australia, yang memiliki perbatasan maritim sangat panjang, membutuhkan pasukan bawah laut yang dapat berpatroli baik di sisi timur maupun barat, hampir tanpa jeda.
Untuk senjata, kapal selam Rusia dilengkapi dengan rudal jelajah darat tercepat dan paling mematikan di dunia, serta senjata antikapal. Misil Granit, misalnya, dapat melesat sejauh 625 km, yang memungkinkan Angkatan Laut Australia menyerang target dari luar jangkauan musuhnya. Akula juga dilengkapi dengan rudal jelajah darat serta senjata antikapal Klub yang memiliki jangkauan 2.500 kilometer.
Berani Bertaruh?
Kasus Collins harus menjadi peringatan bagi Australia akan bahaya mengandalkan vendor tunggal. Kapal selam tersebut mengalami sejumlah masalah teknis, menciptakan mimpi buruk bagi AL Australia. Mereka berkali-kali harus diperbaiki, dan secara teknis Collins belum beroperasi penuh hingga 2004, delapan tahun sejak pertama kali diluncurkan.
Menurut Andrew Davies dan Mark Thomson dari Australian Strategic Policy Institute, bahkan setelah diperbaiki berkali-kali, kapal selam kelas Collins masih kekurangan sistem tempur dan mesin dieselnya sangat tak bisa diandalkan. Dalam laporan berjudul ‘Mind the Gap: Getting Serious About Submarines’, mereka menyebutkan bahwa biaya perbaikan mencapai 1,6 miliar dolar AS.
Dan masalah terus berlanjut. Davies dan Thomson menjelaskan, mesin diesel kapal Collins menghadapi banyak masalah, dan diperparah dengan kekurangan suku cadang. Masalah utama adalah keputusan untuk menyesuaikan mesin yang awalnya didesain bukan untuk kapal kelas Collins. Pengalaman menunjukkan bahwa mesin tersebut memiliki getaran tinggi dan kerap menghadapi kegagalan operasional.
Jelas, siluman..persyaratan yang dikeluarkan oleh White Paper, bukan karakter yang dimiliki kapal Collins.
Belajar dari pengalaman tersebut, Australia perlu memiliki lebih dari satu vendor. White Paper merekomendasikan armada berisi 12 kapal. Secara realistis, Australia dapat mencari dana hanya untuk enam kapal selam. Entah bagaimana pembagiannya, Australia perlu membagi antara, katakanlah Rusia dan Jepang, atau vendor Eropa.
Bagaimana dengan AS? Harapan Australia untuk mendapatkan kapal Amerika salah tempat karena AS tak lagi memproduksi kapal selam diesel elektrik. Bahkan jika Australia mau menurunkan standarnya dan bersedia membeli kapal selam nuklir, Australia tak bisa berharap banyak dari AS. AS sendiri tengah sibuk mengganti armadanya yang sudah mulai menua dan ia tak percaya akan teknologi nuklir dari sekutu lain, kecuali Inggris. Faktanya, Amerika menyuruh Canberra untuk membeli kapal Soryu dari Jepang, agar hubungan kedua negara semakin erat, mungkin untuk mengisolasi Tiongkok.
Sementara, sebagai kapal selam yang paling siluman dan memiliki jangkauan terluas, kapal Rusia memenuhi kriteria utama Defence White Paper. Membagi pesanan antara Rusia dengan Jepang atau Eropa akan memastikan bahwa masalah yang dihadapi salah satu kapal tak akan melumpuhkan seluruh armada.
Diplomasi Maritim
Situasi di Asia Pasifik cenderung stabil dengan beberapa potensi masalah. Hal ini terutama terkait dengan rivalitas AS-Tiongkok di wilayah tersebut. Melihat sejumlah negara Asia, termasuk saingannya yakni Indonesia, Vietnam, dan Thailand, telah memperbaharui perangkat militer mereka khususnya armada kapal selam, kekhawatiran Australia semakin menjadi-jadi. Oleh karena itu, sebaiknya Canberra mulai membangun jembatan dengan Rusia, daripada terus-terusan bersikap antagonis.
Di bawah pemerintahan Abbott, Australia mengadopsi kebijakan yang bersifat negatif terhadap Rusia. Australia harus menanggalkan pola pikir Perang Dingin dan melihat Rusia sebagai pendukung keamanan regional. Kapal selam Rusia akan melekatkan hubungan kedua negara di lingkup kelautan, memastikan Australia memiliki sekutu yang kuat di Pasifik.
Bertindak Cepat, atau Tenggelam
Akhir hidup Collins semakin dekat, sehingga Australia harus bertindak cepat. Karena tetangga-tetangganya telah memiliki kapal selam Rusia, Prancis, dan Jerman, Australia perlu bertindak sebelum sayap kapal selamnya tertinggal akibat keabaian pemerintah.
Menurut Davies dan Thomson, jika desain kapal selam masa depan diperhitungkan hari ini, dengan lini masa seperti kapal Collins, maka kapal pertama akan mengakhiri uji coba lautnya dan mulai beroperasi pada 2027, dan kapal keenam akan beroperasi pada 2033.
Itu adalah skenario terbaik. Skenario terburuk adalah Australia mungkin tak akan memiliki kapal selam sama sekali selama beberapa waktu. Dalam kasus tersebut, rencana Australia untuk menjadikan armadanya sebagai armada yang kuat, superior, dan terjangkau akan tenggelam ke dasar Samudera Pasifik. (RBTH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar