Minggu, 10 Mei 2015

Kecewa F-16, Moeldoko Pilih Ketangguhan Sukhoi-35


Tak lama lagi Panglima TNI Jenderal Moeldoko akan mendatangkan Sukhoi-35 untuk mengganti pesawat tempur F-5 dan F-16. Kehadiran pesawat tempur dari Rusia itu sebagai bentuk penambahan alat utama sistem persenjataan (alutsista) demi menjaga keamanan negara.


"Kita berharap agar ini bisa terwujud sebab saat ini masih banyak kekurangan dalam alulista dan persenjataan lainnya," katanya dalam kunjungannya ke Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (7/5).

Saat memberikan pengarahan kepada sejumlah anggota TNI dan Polisi, ia menjelaskan, saat ini TNI tidak bisa hanya berharap dengan pesawat-pesawat tempur yang ada sebab kedepannya akan mencelakai prajurit yang mengendarai pesawat tersebut.

Ia mengambil contoh kasus terbakarnya F-16 baru-baru ini, sebagai bukti bahwa peralatan alutsista Indonesia sudah rusak dan membutuhkan yang baru. "Ini masih dalam rencana, namun jika dilihat dari masa pakai pesawat tempur kita memang sudah seharusnya diganti dengan yang baru," tambahnya.

Ia juga mengaku saat ini pihaknya belum membicarakan terkait pergantian pesawat tersebut dengan pihak kementerian pertahanan, namun secepatnya akan segera diatur pertemuan untuk hal tersebut.

Terkait dana pembelian pesawat baru tersebut, ia mengatakan masih belum dibicarakan lagi karena hal tersebut membutuhkan dana yang besar.

Namun ia berharap rencana tersebut dapat terlaksana sebagai bagian untuk memperkuat kekuatan TNI dalam rangka upaya mempertahankan stabilitas keamanan negara melalui kualitas alat tempur.

Su-35 merupakan pesawat tempur terkuat buatan Negeri Beruang Merah. Pesawat bermesin ganda ini dianggap sebagai pesawat generasi kelima karena kelebihan yang dimilikinya. Bagaimana tidak, pesawat turunan dari Su-27 ini mampu melakukan manuver yang tidak bisa dilakukan pesawat tempur lainnya, yakni berhenti seketika diudara, mampu terbang cepat di ketinggian, dan bisa membawa banyak rudal ke udara.

Su-35 juga bisa melesat hingga 2.390 km/jam dan mampu menempuh jarak hingga 4.500 km. Pengamat militer Mufti Makarim menilai, sebagai negara kepulauan, Indonesia butuh fondasi yang kuat utamanya di udara dan laut. Sebab serangan datang melalui kedua jalur tersebut. Karena itu, rancang bangun pertahanan harus terpadu.

Sumber : Harianterbit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar