Kehadiran kapal induk di Angkatan Laut
China menyebabkan kekhawatiran besar bagi Taiwan. Yang menjadi perhatian
adalah semakin meningkatnya kemampuan persenjatan anti kapal permukaan
Angkatan Laut China. Kemampuan China ditakutkan akan mampu mengusir
Kapal Induk AS, hingga kemudian PLAN AF (Kekuatan udara AL China) pada
Kapal Induk mereka akan mampu mendekat dan menyerang Taiwan.
Pada tahun 2012 Institut Sains dan
Teknologi Chung Shan melakukan serangkaian tes rudal anti kapal
permukaan varian dari Hsiung Feng III (HF-3).
HF-3, yang diperkenalkan pada Pameran Taipei Aerospace and Defense Technology Agustus 2011 sebagai “Penghancur Kapal Induk”
adalah rudal supersonik rudal anti kapal berpenggerak roket ramjet dan
mempunyai payload 120kg. Jangkauannya antara 130 km hingga 150 km dengan
kecepatan maksimal 2 Mach, atau sekitar dua kali kecepatan suara.
Saat ini varian HF-3 dilaporkan memiliki
jangkauan 400 km dan mampu mencapai kecepatan Mach 3 dan kemungkinan
dipasang pada kapal perang baru mereka yang oleh media lokal juga
dijuluk ‘carrier- killer’. Media Taiwan meliris berita pada hari Jumat
14/03/2014 bahwa Taiwan sudah mulai menerima kapal pertama jenis ini
yang dinamai Tuo River.
Tuo River
adalah kapal perang corvette siluman seberat 500 ton, mempunyai hull
ganda. Kecepatan maksimumnya 38 knot (70 kilometer per jam) dan
mempunyai jarak operasional 2.000 mil laut. Kecepatan dan fitur
silumannya memungkinkan kapal ini mendekati target musuh tanpa
terdeteksi.
Kapal ini adalah unit yang pertama
diterima pemerintah Taiwan dari rencana 12 kapal di bawah program Hsun
Hai (Swift Sea) yang dibangun oleh galangan kapal dalam negeri. Program
ini pertama kali diumumkan kepada publik pada tahun 2009, meskipun
legislatif Taiwan kemudian menunda hingga 2011 untuk menggelontorkan
dana sebesar US$ 853.400.000 untuk program tersebut.
Industri pertahanan dalam negeri Taiwan
menjadi tulang punggung bagi strategi yang lebih berani ini. Khususnya
karena banyak negara produsen senjata dunia yang enggan untuk menjual
senjata pada Taiwan akibat menjaga reaksi China, bahkan termasuk AS
sendiri. (NYD)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar