Pembahasan Pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik INDONESIA dan Dunia
Senin, 17 Maret 2014
T-50i Golden Eagle: “Baby Falcon” Elang Emas Indonesia
T-50i dalam skema warna latih dan aerobatic (photo : Alex Sidharta)
Penyerahan 16 unit T-50i Golden Eagle dari Korea Selatan kepada Indonesia di Lanud Halim Perdanakusuma, 13 Februari 2013, menandai resminya Sang Elang Emas bergabung dengan jajaran kekuatan TNI AU. Pesawat yang juga dijuluki “Baby Falcon” ini akan menjadi titik awal kebangkitan Skadron Udara 15 di tahun-tahun mendatang.
Sehari sebelum penyerahan 16 T-50i, Mekopolhukan Marsekal (Purn) Djoko Suyanto didampingi Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb Wastum terbang menggunakan T-50i nomor ekor TT-5004 berkelir biru-kuning. Di pesawat yang lain, KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia juga terbang menggunakan T-50i nomor ekor TT-5012 berkelir hijau toska-abu-abu didampingi Kasiops Skadron Udara 15 Mayor Pnb Hendra Supriyadi. Dari Lanud Halim kedua pesawat terbang dengan tanda panggil Golden Flight menuju ketinggian 15.000-20.000 kaki di atas Pelabuhan Ratu, Jawa Barat selama kurang lebih satu jam.
Sebagai mantan penerbang tempur, baik Menkopolhukam (F-5E/F Tiger II) maupun KSAU (A-4 Skyhawk) tentu saja tertantang untuk mencoba mengendalikan sendiri jet latih fly-by-wire buatan Korea Aerospace Industries (KAI) kerja sama dengan Lockheed Martin, AS yang bentuknya mirip F-16 Fighting Falcon ini. Kedua fighter TNI AU tersebut kemudian mencoba kendali sendiri dan melaksanakan beberapa manuver seperi loop, cuban eight, serta barrell roll.
“Seperti Baby Falcon. Bagus, enak,” ujar Menkopolhukam dengan raut wajah berseri dan sedikit berkeringat. Demikian juga halnya dengan KSAU. Terbang dengan tarikan gaya gravitasi yang besar tentu mengasyikkan dan addicted, namun juga badan akan dipaksa menerima tekanan-tekanan dengan bobot berlipat dari bobot tubuh. Beruntunglah karena fisik kedua pejabat dapat dikatakan masih oke. Menkopolhukam dan KSAU juga bukan kali ini saja me-refreh ketahanan tubuh dengan kembali terbang di sela-sela kesibukan keduanya yang sangat tinggi.
T-50i dalam skema warna latih dan aerobatic (photo : Angkasa)
Super Canggih
Mengenai T-50i, Komandan Lanud Iswahjudi Marsma TNI Yuyu Sutisna menyatakan, Indonesia merupakan pesawat super canggih dari sisi performa dan avioniknya. Pesawat ini mampu digunakan untuk melatih penerbang-penerbang TNI AU untuk beralih ke pesawat generasi 4 dan 4,5. "Pesawat T-50i sangat cocok untuk mengemban tugas-tugas dari Skadron Udara 15 nantinya," ujarnya.
Dari sisi performa, walau hanya menggunakan satu mesin General Electric F404-GE-102, T-50i yang memiliki bobot maksimal (konfigurasi lengkap) 12,3 ton ini ternyata mampu digeber hingga kecepatan Mach 1,5 (1.800 km/jam) sekaligus menjadikan jet latih ini sebagai pesawat latih supersonik yang jarang di dunia. Pesawat berteknologi fly-by-wire ini mampu menanjak dengan mudah hingga ketinggian 48.000 kaki. Pesawat juga memiliki kelincahan dan kepraktisan dalam membawa berbagai persenjataan.
Desain T-50i sekilas amat mirip F-16 Fighting Falcon sehingga kerap dijuluki "Baby Falcon". T-50i dan F-16 memiliki kemiripan dalam penggunaan bubble canopy, serta sayap dan badan yang menyatu (blended). Perbedaan yang cukup menonjol mungkin dari segi ukuran yang lebih kecil serta penggunaan dua air intake di samping badan T-50, sedangkan F-16 hanya memiliki satu lubang masukan udara di bawah badan.
T-50i dalam skema warna latih dan aerobatic (photo : Alex Sidharta)
Bila dibandingkan dengn Yak-130 rivalnya, T-50i memiliki keunggulan dari segi kecepatan terbang (supersonik) dan kemampuan bawa muatan senjata 4,5 ton dibanding Yak-130 yang subsonik dan hanya mampu bawa senjata seberat total tiga ton. Namun dari sisi cantelan senjata, T-50i hanya dilengkapi tujuh cantelan, sementara Yak-130 memiliki sembilan cantelan senjata. Sementara dari sisi avionik, keduanya sama-sama menggunakan teknologi modern yang sangat membantu proses latihan terbang maupun peluncuran senjata hingga analisis perkenaannya. Sama dengan Yak-130, T-50 juga dilengkapi sistem pasokan oksigen OBOGS dan kursi lontar "zero-zero'. Salah satu kekurangan T-50i yang dibeli Indonesia, mungkin adalah belum dilengkapinya dengan radar udara. Semoga hal ini harus menjadi perhatian pemerintah berikutnya.
Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb Wastum menerangkan, pesawat T-50i saat ini sangat cocok digunakan untuk pesawat tempur guna menghancurkan sasaran-sasarannya karena pesawat ini mampu membawa semua persenjataan yang dimiliki TNI AU. Selain itu avioniknya canggih karena setara dengan F-16 Blok 52/60. "Walaupun demikian, prioritas kami saat ini adalah mencetak penerbang-penerbang baru Skadron Udara 15 dan mengubah mindset mereka dari penggunaan Hawk Mk-53 yang masih berteknologi analog ke teknologi avionik canggih yang dilengkapi layar kaca MFD dan HUD," ujarnya.
Kasiops Skadron Udara 15 Mayor Pnb Hendra Supriyadi menerangkan, T-50i dirancang sedemikian rupa sehingga pesawat ini memiliki limitasi-limitasi yang tidak mungkin dilampaui oleh penerbangnya. Misalnya dalam hal gravitasi maksimal 8G, tidak mungkin batasan itu terlewati walapun penerbang menarik tuas sekencang-kencangnya. "Pesawat akan menahan sendiri," jelasnya. Demikian juga untuk limitasi sudut serang pesawat (AoA), tidak mungkin melebihi maksimal 25 derajat sehingga peswat tidak masuk ke posisi stall.
Hawk Mk-53 dan pesawat yang akan menggantikannya T-50i (photo : Kaskus Militer)
Hendra menambahkan dari sisi kemampuan seluruh 16 T-50i yang dimiliki Indonesia sebenarnya adalah jenis FA-50, yaitu T-50 yang dirancang untuk pertempuran udara dan penyerangan terhadap sasaran darat (multi-role fighter). "Penandaannya saja yang T-50, trainer," ujarnya. Sebagai peswat jet latih untuk beralih ke F-16 modern, T-50 sangat cocok sebagaimana digunakan AU Korea Selatan untuk melatih para penerbang F-16 mereka. Selebihnya, pesawat ini juga akan cocok digunakan TNI AU untuk melatih para penerbang yang pada saatnya nanti akan beralih ke pesawat generasi 4,5 KFX/IFX yang sedang direalisasikan antara Indonesia-Korea Selatan.
Dengan datangnya armada baru T-50i yang sudah lama ditunggu-tunggu, jelas kebahagiaan terpancar dari keluarga besar Skadron Udara 15, Wing 3 Lanud Iswahjudi, Magetan. Hal ini tercermin dari syukuran ulang tahun Skadron Udara 15 ke-29 yang dilaksanakan pada 17 Januari lalu di mana seluruh mantan Komandan Skadron Udara 15, Hawk Family, berikut sesepuh-sesepuhnya diundang datang termasuk mantan KSAU Marsekal (Purn) Imam Sufaat. T-50i tak pelak menjadi kado terindah bagi Skadron Udara 15 di awal tahun 2014 dengan hawk number termuda saat ini Hawk 98.
Selain mengoperasikan T-50i, Skadron Udara 15 juga masih mengoperasikan sisa dua unit Hawk Mk-53 yang dalam waktu satu atau dua tahun mendatang mungkin akan dipensiunkan. Terima kasih Hawk Mk-53, selamat bertugas T-50i.
(Angkasa)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar