KRI dr Soeharso terlihat gagah saat sandar di Pelabuhan Teluk Bayur Padang, kemarin (18/3). Inilah satu-satunya kapal bantu rumah sakit (RS) di Indonesia.
Padang Ekspres berkesempatan menelusuri “kemewahan” KRI dr Soeharso siang kemarin.
Namun pada kesempatan itu, Komandan KRI dr Soeharso, Letkol (p) Slamet Hariono tengah bersiap-siap menghadiri pertemuan dengan Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Danlantamal) II Padang.
Menyadari kehadiran Padang Ekspres, Slamet Hariono minta maaf dan berjanji bertemu usai menghadiri pertemuan dengan Danlantamal II Padang, Brigjen TNI (Mar) Soedarmien Soedar.
Sambil menunggu, Padang Ekspres pun menelusuri kapal sepanjang 112 meter itu. Lambang palang merah terpampang di depan, samping dan belakang kapal. Ini menandakan kapal yang bertugas untuk kemanusiaan.
Dalam perang pun, kapal ini tak boleh diserang. Sebab mereka bertugas menolong korban perang, walau lawan sekali pun.
Dua kapal kecil jenis LCU-23M diparkir dalam lambung seluas kurang dari 500 meter persegi itu. “LCU ini fungsinya menjemput pasien ke daratan. Sebab, ketika operasi di pulau terluar, kapal ini tak bisa merapat. Maka pasien dijemput dengan kapal kecil ke tepian,” ujar Serda Hafid yang mendampingi Padang Ekspres mengelilingi kapal.
Serda Hafid memaparkan, lantai dua kapal itu terdiri atas ruang-ruang yang merupakan bangsal dan kamar isolasi serta ruang rapat kru dan kamar-kamar kru.
Lantai tiga terdiri atas fasilitas perawatan rumah sakit. Lantai empat dan lima merupakan kamar-kamar kru, ruang pertemuan, dan fasilitas operasional kapal.
Lantai tiga adalah keistimewaan kapal yang dulunya bernama KRI Tanjung Dalpele ini. Di lantai ini pusat kegiatan medis dan menjadi salah satu bagian vital kapal yang berfungsi sebagai rumah sakit terapung itu.
Di sini terdapat puluhan ruangan kecil yang dilengkapi fasilitas kesehatan dan memiliki berbagai fungsi. Suasananya sangat rapi dan bersih. Lantainya mengkilat menandakan rutin dibersihkan.
Kondisi itu membuat kapal terasa sangat nyaman, bahkan lebih nyaman dibandingkan RS konvensional.
Di pintu ruangan juga tertulis fungsi dari ruangan itu, seperti halnya RS. Di antaranya, Unit Gawat Darurat (UGD), poli gigi, poli mata, ruang dokter, ruang rawat pria dan wanita, klinik obs gyn, ruang ICU, anasthesi, ruang bedah umum, ruang sterilisasi, ruang rontgen, USG, bahkan X Ray.
Ruang operasional dan sarana penunjang kesehatan dibuat sangat lengkap dengan fasilitas medis standar RS pada umumnya. Tiap ruang didesain layaknya ruang praktik dokter-dokter spesialis.
Dalam ruang poli gigi, terdapat sebuah kursi perawatan dilengkapi rak berisi alat-alat operasi gigi, dan lampu operasi. Di ruang poli mata juga ada fasilitas operasi kecil serta pengobatan.
Sejumlah alat kelengkapan penunjang medis seperti rontgen dan alat ultrasonografi juga ada di ruangan lain. “RS kapal ini setara dengan rumah sakit tipe A,” jelas salah seorang petugas kesehatan yang ditemui Padang Ekspres di atas kapal.
Pria yang minta namanya tidak ditulis ini mengaku bangga bisa berlayar dengan KRI dr Soeharso. Dia bisa mengabdi pada masyarakat pulau terluar di Indonesia dan membantu penanganan bencana.
“Karena Indonesia adalah negara aman, maka kapal ini lebih banyak menjalankan misi kemanusiaan. Misalnya untuk korban bencana dan pengobatan di pulau terluar di Indonesia. Jadi, kalau di televisi melihat ada berita bencana, kami sudah siap-siap berangkat,” ujarnya.
Banyak pengalaman berkesan saat berlayar dengan KRI dr Soeharso. Misalnya ketika melakukan pengobatan di pulau terluar. Bahagia rasanya melihat senyum orang di daerah terpencil ketika mendapat pengobatan. Sebab, di daerah mereka kadang hanya ada rumah sakit kecil dengan fasilitas belum memadai.
Kadang ada warga mengucapkan terima kasih dengan memberikan hasil bumi, seperti pisang, pepaya, tanaman anggrek bahkan burung.
Suasana berbeda terasa ketika berada di geladak kapal. Di sana parkir helikopter jenis puma. Heli ini bertugas mengevakuasi pasien yang tidak bisa dijemput dengan LCU karena ombak besar. Kadang juga dipakai merujuk pasien yang tidak bisa ditangani di KRI dr Soeharso.
Beberapa awak kapal terlihat sedang beristirahat sambil menelepon keluarga dan memancing. Ada juga ruangan olahraga bulutangkis di sana.
Komandan KRI dr Soeharso Letkol (P) Slamet Hariono memaparkan, kegiatan medis seperti itu sangat mungkin dilakukan dengan taktis di kapal tersebut. Sebab, selain dilengkapi infrastruktur memadai, juga ada tenaga kesehatan, mulai dari perawat hingga dokter spesialis. Untuk kegiatan latihan penanganan bencana dengan tajuk Mentawai Megathrust Direx Exercise, KRI dr Soeharso membawa 50 tenaga kesehatan terdiri dari perawat dan 5 dokter spesialis.
Selain memiliki fasilitas kesehatan, KRI dr Soeharso juga memiliki peralatan tempur untuk mempertahankan diri jika sewaktu-waktu diserang musuh. Di antaranya, 2 meriam Penangkis Serangan Udara (PSU) Rheinmetall 20 mm.
Menurutnya, siapa pun yang bertugas di kapal yang memiliki lebar 22 meter dan bobot kosong 11.394 ton ini akan memiliki banyak pengalaman berkesan. Walau jarang pulang, namun terobati dengan misi-misi kemanusiaan yang dikerjakan. “Bertugas di sini membuat kita bisa menyalurkan rasa kemanusiaan.
Bahagia melihat orang menyambut kita dengan suka cita dan memiliki banyak teman. Kapal ini membuat masyarakat di daerah tertentu mendapat pengobatan yang layak dan gratis,” ujarnya.
Setiap tahun, KRI dr Soeharso berlayar untuk operasi Surya Bhaskara Jaya. Warga kemudian dibantu mulai dari operasi bedah, operasi bibir sumbing, sunat, KB, hingga pengobatan lainnya.
Sumber : Padangexpress
Tidak ada komentar:
Posting Komentar