BAE Systems plc (Inggris), Boeing Co (AS) dan Saab AB (Swedia) disebut-sebut sudah masuk dalam daftar 5 produsen pesawat yang dipantau pemerintah Malaysia untuk menjadi kandidat dalam program Multi-Role Combat Aircraft (MRCA) TUDM.
Sedangkan dua perusahaan lain yang masuk dalam daftar pendek tersebut, Sukhoi Aviation Holding Co (Rusia), belum menunjukkan minat apapun. Sementara itu Dassault Aviation (Perancis), pembuat pesawat tempur Rafale, telah mengatakan tidak akan berpartispasi dalam program leasing (penyewaan).
Karena rencana pengadaan jet tempur beberapa kali tertunda akibat keterbatasan anggaran, TUDM akhirnya melihat opsi leasing.
Analis memperkirakan besaran anggaran program MRCA TUDM adalah antara RM 6 miliar hingga RM 8 miliar. Mereka juga menilai bahwa selain pesawat tempur Gripen dari Saab, TUDM juga tertarik dengan pesawat tempur Typhoon dari BAE, Boeing F/A-18F, Dassault Rafale dan Sukhoi Su-30.
Berdasarkan program MRCA, TUDM berencana untuk melengkapi tiga skuadron dengan 36-40 pesawat tempur baru.
Menurut aircraftcompare.com, harga per unit Eurofighter Typhoon adalah USD 70 juta (RM229,4 juta), Gripen USD 61 juta sedangkan Rafale dan F/A-18 Super Hornet masing -masing seharga USD 68 juta dan USD 67 juta. Namun, harga tersebut biasanya bervariasi karena tergantung keinginan pelanggan seperti syarat untuk sistem senjata, suku cadang dan paket pelatihannya.
Saab adalah satu-satunya produsen pesawat tempur di dunia yang telah menyewakan pesawat tempur ke negara lain, Ravikumar Madavaram, konsultan Aerospace & Defence di Frost & Sullivan Asia-Pacific.
"Saab akan mengecek pesawat mereka di Malaysia dari waktu ke waktu untuk mengetahui bagaimana dan untuk apa (pesawat mereka) digunakan, inspeksi tersebut dapat membahayakan otonomi pertahanan Malaysia," Madavaram mengatakan.
"Malaysia (juga) harus membuat keputusan yang tepat dan mempersiapkan diri sebelum menyewa dari perusahaan yang belum memiliki pengalaman leasing dan harus siap untuk kemungkinan apapun ketika harus menyewa pesawat tempur dari negara lain," katanya.
Meskipun hal seperti ini dapat menjadi hambatan penyewaan, unit Saab di Malaysia Saab International Malaysia Sdn Bhd, yang terkait dengan taipan bisnis Malaysia Tan Sri Syed Mokhtar al- Bukhary, yakin bahwa keputusan Malaysia akan berpihak ke Gripen.
Wakil presiden Saab International, yang juga direktur Saab International Malaysia Sdn Bhd, MD Thomas Linden, mengatakan bahwa Saab menyediakan pesawat tempur Gripen dengan harga terjangkau dan efisien, yang cocok untuk 'pemboros' pertahanan moderat seperti Malaysia.
Para analis mengatakan bahwa Saab telah menawarkan penyewaan hingga 24 unit pesawat tempur Gripen beserta dua pesawat Erieye Airborne Early Warning (AEW), mirip dengan kesepakatan dengan Thailand, dengan opsi pembelian ketika TUDM memiliki alokasi dana.
Saab adalah pabrikan pertama yang akan mengajukan proposal untuk program MRCA TUDM. Pada 2012 lalu, Kepala Staf TUDM Tan Sri Rodzali Daud mengatakan bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan untuk menyewa minimal 18 pesawat tempur Gripen dari Saab, dan pengalaman Saab dalam menyewakan pesawat tempur ke negara lain merupakan sebuah kelebihan tersendiri.
"Gripen telah disewakan kepada angkatan-angkatan udara di Eropa, sehingga tidak ada bentuk kesepakatan baru, seperti halnya pesawat (Gripen) juga sudah memenuhi persyaratan MRCA kami meskipun saya akui (Gripen) jangkauannya pendek karena ukurannya yang kecil," ia mengatakan.
Tawaran Saab akan menemui persaingan dari BAE, yang kemungkinan akan menyerahkan proposalnya dalam waktu dekat untuk pesawat Eurofighter Typhoon.
"Kami siap mendukung pemerintah Malaysia dalam memenuhi (persyaratan) program MRCA untuk harga yang hemat dan kinerja yang tinggi sebagaimana kami menawarkan solusi yang inovatif dan hemat biaya," direktur komunikasi BAE, Mark Ritson, mengatakan kepada The Malaysian Reserve.
"Rincian proposal kami merupakan bahan diskusi antara kami dan pelanggan kami karena kami yakin bahwa Eurofighter akan menawarkan kemampuan yang pelanggan butuhkan, ketika saatnya dibutuhkan," katanya.
Selama kunjungan Perdana Menteri Perancis Jean-Marc Ayrault ke Malaysia pada Juli tahun lalu, Perdana Menteri Datuk Seri Mohd Najib Razak mengisyaratkan bahwa Malaysia sedang melihat pilihan yang lebih murah untuk memenuhi persyaratan program MRCA dan persyaratan pertahanan lainnya.
"Kita akan melihat beberapa persyaratan dalam hal keterjangkauan, kita tidak hanya akan melihat pada MRCA tetapi juga perangkat keras (militer) lainnya termasuk helikopter serang dan senjata," kata Najib.
Madavaram dari Frost & Sullivan, mengatakan bahwa penyewaan pesawat tempur adalah tren baru, dengan Republik Ceko dan Hungaria yang menjadi hanya dua negara di dunia yang memiliki pesawat tempur hasil sewa, keduanya memilih Saab Gripen. (Artileri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar