Rabu, 07 Mei 2014

Pesawat Pembom Rusia Makin Sering Patroli di Asia


Tupolev Tu-95

Rusia meningkatkan patroli angkatan udara dan laut di kawasan Asia Pasifik secara signifikan, seorang jenderal ternama Amerika Serikat mengatakan pada hari Senin.

Berbicara di Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington DC, Jenderal Herbert "Hawk" Carlisle, Komandan Angkatan Udara AS untuk wilayah Pasifik, mengatakan bahwa peristiwa di Crimea dan Ukraina telah berdampak langsung pada bagaimana Rusia beroperasi di kawasan Pasifik.
"Apa yang dilakukan Rusia di Ukraina dan Crimea memiliki efek langsung terhadap apa yang terjadi di Asia Pasifik.... Beberapa yang kita saksikan adalah penerbangan-penerbangan jarak jauh mereka, dan peningkatannya. Dengan jangkauan penerbangan yang jauh, mereka datang ke pantai California. Mereka juga mengitari Guam," Carlisle mengatakan.

Carlisle menilai tindakan Rusia semacam ini adalah untuk menunjukkan bahwa mereka mampu melakukannya, dan untuk mengumpulkan data intelijen latihan-latihan militer AS dan sekutu-sekutunya di Pasifik.
Carlisle mengatakan bahwa baru-baru ini jet tempur F-15 AS mencegat sebuah "Beruang Rusia", sebutan untuk pesawat pembom strategis Tupolev Tu-95 Bear Rusia, yang terbang menuju Guam, di sebelah timur Filipina, dimana terdapat pangkalan militer AS. Patroli udara Rusia juga telah meningkat tajam di sekitar pulau-pulau Korea dan Jepang (Jepang memiliki sengketa wilayah dengan Rusia), dan kapal-kapal perang Rusia juga semakin aktif di wilayah itu.

Guam
Guam. (Google Map)
Sersan Victoria Boncz, petugas urusan publik Angkatan Udara AS wilayah Pasifik mengatakan bahwa dalam lima tahun terakhir, North American Aerospace Defense Command (NORAD) telah mencegat lebih dari 50 pesawat pembom jarak jauh Rusia.

"Ukraina dan Crimea merupakan tantangan bagi kami, dan tantangan kami di Asia Pasifik sama halnya seperti tantangan kami di Eropa. Jumlah patroli penerbangan jarak jauh (pesawat Rusia) di sekitar pulau-pulau Jepang serta sekitar Korea telah meningkat drastis," kata Carlisle.

Menurut Bloomberg News, Asisten Menteri Luar Negeri untuk Timur Dekat dan Pasifik, Danny Russel, sejalan dengan Carlisle dalam mengkritik tindakan Rusia di Pasifik. "Hal ini tidak dapat diterima, yang mana negara-negara besar menggunakan kekuatannya terhadap negara tetangga kecil, termasuk negara-negara di kawasan Asia Pasifik, Rusia harus menghentikannya dan menggunakan cara-cara damai dalam mengatasi sengketa perbatasan," kata Russel seperti yang dilaporkan Bloomberg.

Kantor Berita Reuters bulan lalu melaporkan bahwa Kementerian Pertahanan Jepang juga semakin khawatir mengenai aksi-aksi pesawat terbang Rusia di dekat wilayah udara negara itu. Jepang mengatakan bahwa pada tahun lalu pihaknya telah 359 kali menggegas jet tempurnya dalam upaya menanggapi gangguan Rusia.

Situasi pun semakin memburuk pada tahun ini karena ketegangan antara AS dan Rusia terkait aneksasi Moskow-Crimea. "(Pesawat) Pembom Rusia sering terbang (di dekat Jepang) dalam beberapa hari terakhir, situasi yang tidak pernah kami alami bahkan selama Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet," kata Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera, mengatakan kepada delegasi AS pada bulan lalu seperti yang dilaporkan Reuters. Bahkan dimulai 13 April lalu, Jepang harus menggegas jet-jet tempurnya selama tujuh hari berturut dalam menanggapi gangguan pesawat-pesawat Rusia.

Carlisle mengatakan bahwa AS dan Rusia memang memliki kepentingan konvergen di Asia Pasifik, namun Carlisle menilai operasi Angkatan Udara Rusia di wilayah ini tidak transparan, menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar