Kamis, 10 Oktober 2013

Urgen, Angkatan Darat AS Butuh Tank Ringan



Bahkan di masa pemotongan anggaran pertahanan dan pembelian perangkat keras militer menurun tajam, petinggi-petinggi Angkatan Darat AS menekankan bahwa tank ringan adalah prioritas tinggi yang harus dibeli.


Seorang tentara AS dari Divisi Airborne 82 menjabarkan peralatan dan senjata tank Sheridan
sebelum Operasi Perisai Gurun.






Di dalam perang, mereka berpendapat bahwa pasukan udara Angkatan Darat AS akan terjun dengan parasut di zona tempur hanya dilengkapi dengan senjata ringan, dan mungkin harus menghadapi musuh yang bersenjata berat. Sedangkan Pasukan Payung Angkatan Darat AS sejak tahun 1997 sudah tidak lagi menggunakan tank Sheridan mereka. Karena itulah mereka menginginkannya kembali. Rencananya adalah dengan melengkapi Korps Pasukan Udara XVIII (XVIII Airborne Corps) dengan armada tank ringan yang dapat diangkut dengan pesawat kargo C-130 dan diterjunkan ke medan perang.
Tank ringan ada dalam arsenal Angkatan Darat AS sejak Perang Dunia I hingga akhir Perang Dingin. Produksi tank Sheridan (16 ton) telah terhenti sejak tahun 1970 setelah sebelumnya memproduksi 1.700 unit untuk Angkatan Darat. Unit terakhir yang mengoperasikan tank Sheridan adalah Batalion 3, Resimen Armor 73d dari Divisi Airborne 82, yang kemudian tank ini dinonaktifkan menyusul "bencana" pemotongan anggaran pertahanan. Angkatan Darat AS sejatinya direncanakan mengganti tank Sheridan dengan Armored Gun System, namun baru 6 unit kendaraan diterima Angkatan Darat, program ini kemudian dihentikan.

Petinggi Angkatan Darat AS mengatakan bahwa akan sulit menemukan tank yang lebih modern dari tank Sheridan. Maksudnya bukan tidak ada tank yang lebih modern dari tank Sheridan, tetapi kesulitannya adalah menemukan tank yang muat di belakang pesawat kargo C-130 dan dapat diterjunkan dengan parasut. Sedangkan tank Sheridan melakukannya dengan sangat baik di era 1990 an.

Hingga saat ini, setidaknya sudah ada puluhan kandidat pengganti Sheridan yang tengah dipertimbangkan. Meskipun tank yang dimaksud adalah tracked (roda lazim tank), namun Angkatan Darat juga membuka kemungkinan tawaran tank beroda. Dengan syarat, tank harus droppable, memiliki perlindungan yang cukup dari serangan kaliber 14,5mm dan kaliber .50, dan mampu untuk off road.



Tentara AS menembakkan kanon kendaraan lapis baja Stryker saat demonstrasi senjata
di Fasilitas Latihan Grafenwoehr, Jerman.

Analis menilai, salah satu kendaraan yang mungkin menjadi pertimbangan Angkatan Darat AS adalah Mobile Gun System (MGS) M1128 roda delapan, kendaraan lapis baja ringan Stryker yang dipasangi kanon tank 105 mm yang dibuat oleh General Dynamics Land Systems. Namun Angkatan Darat AS menilai tingkat perlindungan MGS harus ditingkatkan lagi agar bisa bertahan dari ledakan yang lebih kuat dan perlu untuk upgrade suspensi agar lebih mobile.


Upaya AS untuk mendapatkan tank ringan ini membawa kita kilas balik ke Oktober 1999 yaitu ketika Kepala Staf Angkatan Darat AS kala itu mengumumkan bahwa Angkatan Darat AS akan bertransisi ke tank ringan dan menempatkan tank berat (seperti Abrams) di "belakang". Dia menginginkan tank ringan karena akan lebih mudah diangkut ke zona tempur, menjadikan Angkatan Darat cepat menanggapi ancaman/melaksanakan misi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar