Minggu, 16 Maret 2014

Mewaspadai Aksi Intelijen AS dalam Hilangnya Pesawat MAS

Mungkin kalian udah pada tau soal hilangnya pesawat Malaysia Airlines Boeing 777-200 Sabtu kemarin. Sampai sekarang, belum ada tanda-tanda ditemukannya pesawat naas ini. Kita berdoa yang terbaik untuk seluruh penumpang dan keluarga mereka. Semoga simpang siur ilangnya pesawat ini bisa segera menemukan jawabannya.


Mewaspadai Aksi Intelijen AS dalam Hilangnya Pesawat MAS


Ya, simpang siur. Simpang siur karena nasib pesawat belum jelas. Beberapa ada yang berspekulasi pesawat meledak di udara. Ada juga yang bilang pesawat jatuh ke lautan dalam. Tapi yang menghebohkan adalah isu yang mengaitkan hilangnya pesawat ini dengan aksi teroris.

Aneh. Beberapa saat setelah berita pesawat MAS ilang, muncul kabar bahwa dua penumpangnya menggunakan paspor palsu. Dua penumpang tercatat menggunakan paspor warga negara Austria dan Italia. Padahal si empunya paspor mengaku tidak pernah ikut penerbangan pesawat MAS tersebut.

Maka, Amerika Serikat sang polisi dunia; jihadis teroris; segera berspekulasi ‘ada teroris di balik hilangnya pesawat MAS’. Tanpa diminta, mereka pun menyiapkan pasukan FBI guna meneliti kasus tersebut. Dalihnya, AS mengklaim bahwa di antara penumpang pesawat tersebut ada beberapa warga negara AS. Pernyataan itu didukung oleh sebuah perusahaan semikonduktor yang berbasis di Texas, AS, yang mengatakan bahwa 20 orang karyawannya dipastikan menjadi penumpang pesawat Malaysia Airlines penerbangan MH370 yang hilang.

Tak tanggung-tanggung, Angkatan Laut AS juga sudah mengirimkan satu kapal perang, USS Pinckney, untuk membantu mencari pesawat Boeing 777-200 Malaysia Airlines (MAS) yang hilang. FYI, kapal yang dikirim tersebut adalah Kapal kelas Arleigh Burke alias kapal perusak.

Ada apa di balik semua tindakan AS tersebut?

Boeing 777-200 adalah pesawat terbaik yang pernah dibuat dan beroperasi saat ini. Pesawat ini juga dilengkapi alat bernama emergency locator trasmitter dan emergency beacon. Dua alat ini berfungsi memberitahukan lokasi pesawat atau seseorang. Todd Curtis, mantan teknisi keamanan Boeing, mengatakan, jika pesawat mengalami kecelakaan, kejadian harus sangat cepat sehingga pilot tak sempat meminta pertolongan. Jika ada kerusakan mesin, pilot seharusnya masih bisa minta pertolongan lewat radio.

Nah, kejadian cepat apa yang mungkin terjadi di udara sehingga pilot tak sempat memberikan info lewat radio? Jawaban mengerucut pada kemungkinan meledak di udara. Jika memang begitu, siapa yang mampu melakukan tindakan itu dan apa motifnya? Jawaban lagi-lagi mengerucut kepada aksi teroris. Lalu siapa lagi yang paling getol kalo sudah berhubungan dengan terorisme? Bukti lain terkait teroris beredar belakangan ini bahwa pada saat-saat terakhir terbang, pesawat melaju ke arah 25. Namun, tiba-tiba pesawat berputar ke arah 40.

Nah jika semua setuju ini adalah tindakan terorisme, maka ucapkan selamat datang pada pasukan AS yang sudah siap berbaris sambil memegang spanduk ‘Demi Keamanan Dunia’. Imbasnya, AS bisa dikatakan sah melakukan apa saja di wilayah yang dianggap tempat kejadian aksi terorisme.

Hal yang mengherankan lagi adalah fakta bahwa jalur penerbangan MAS Boeing 777-200 ramai oleh radar penangkap sinyal pesawat, di antaranya Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Tapi semua ATC di negara tersebut kehilangan kontak/sinyal dari MAS 777-200. Bagaimana ini bisa terjadi?

Untuk menjawabnya, kita awali dengan asal pesawat Boeing 777-200 MAS. Pesawat ini dibeli dari perusahaan perakitan Boeing di AS. Bukan cuma Malaysia Airlines yang menggunakannya, melainkan juga maskapai seperti United dan American Airlines. Garuda Indonesia juga menggunakan keluarga pesawat Boeing 777, yakni Boeing 777-300ER. Logikanya, jika Anda membeli sebuah barang elektronik rakitan dari toko tertentu, siapa yang paling tau soal barang elektronik Anda tersebut? Siapa yang mampu membuat Boeing 777-200 lolos dari pantauan semua menara di tiga negara yang dilewatinya?

Lalu kenapa jika terorisme?

AS sebagai polisi dunia, penjaga keamanan global, satu-satunya musuh besar terorisme akan mendapatkan legitimasinya dalam mengerahkan pasukan ke Laut China Selatan karena Malaysia akan dianggap tak mampu menjaga keamanan wilayahnya dari ancaman teroris. Terbukti, sehari setelah berita pesawat MAS 777-200 berkembang, Juru Bicara US National Transportation Safety Board, Kelly Nantel, menegaskan bahwa Amerika Serikat akan memimpin proses investigasi.

Bisa dibayangkan, AS akan membuka biro khusus investigasi MAS Boeing 777-200 entah di Malaysia atau di mana pun yang mereka suka karena proses pencarian hingga menemukan penyebab kecelakaan pesawat rata-rata memakan waktu 3 – 6 bulan. Selama dalih investigasi hilangnya pesawat MAS, AS akan dengan mudah mengumpulkan informasi soal sengketa Laut China Selatan, atau bahkan pemilihan umum yang tak lama lagi akan dilangsungkan oleh Indonesia dan Malaysia.

Lalu apa motif mereka? Secara ekonomis tentun kita tau Laut China Selatan kaya akan minyak sehingga sejak lama sudah diperebutkan Malaysia, Vietnam, Filipina, dan China. Tidak mentutup kemungkinan AS ingin masuk dalam arena perebutan itu. Tapi, tentu AS tidak bisa masuk seenaknya. Harus ada alasan logis yang diterima semua pihak yang akan jadi ‘pintu masuk’ AS ke gelanggang perebutan. Dan, satu-satunya yang paling mungkin sepertinya hanya isu terorisme.

Selain itu, siapa yang bisa menolak jika AS juga ingin lebih banyak dan detail mendapatkan informasi kejadian politik yang akan berlangsung di Malaysia dan Indonesia dalam pemilihan umum tak lama lagi. Keuntungan buat AS? Banyak! AS berkewajiban menjaga kepentingannya tetap pada jalur yang telah direncanakan. Karena kita tahu, pemilu merupakan momen penentu arah kebijakan, termasuk kebijakan luar negeri sebuah negara.

Jadi tak ada salahnya sedikit waspada terkait aksi lanjutan AS yang mendompleng momen naas ini. (Kompasnia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar