Sabtu, 15 Maret 2014

Teknologi F-35 Yang Dicuri Muncul Pada Pesawat Siluman China


 
Menurut para pejabat AS dan analis pertahanan, operasi spionase cyber China tujuh tahun yang lalu adalah teknologi sensitif rahasia pesawat tempur yang digunakan dalam versi terbaru jet tempur siluman J- 20 China.
Spionase cyber China terhadap Lockheed Martin F-35 Lightning II terjadi pada tahun 2007 dalam suatu operasi yang oleh badan intelijen AS disebut dengan nama sandi Operasi Byzantine Hades. Operasi spionase skala besar dan berlangsung bertahun-tahun yang menargetkan pemerintah dan industri AS.

Para pejabat pertahanan mengatakan data yang dicuri diperoleh oleh unit militer China yang disebut Technical Reconnaissance Bureau yang berlokasi di provinsi Chengdu. Data itu kemudian diserahkan pada industri penerbangan pemerintah China Aviation Industry Corp of China (AVIC). Anak perusahaan AVIC, Chengdu Aircraft Industry Group kemudian menggunakan data yang dicuri tersebut dalam pengembangan J- 20.
Pejabat keamanan teknologi Pentagon pada tahun 2011 menentang perusahaan patungan antara General Electric dan AVIC atas kekhawatiran bahwa teknologi jet tempur AS akan dibajak untuk program pesawat militer AVIC. Pemerintahan Obama mengabaikan keprihatinan tersebut karena telah melonggarkan secara sistematis kontrol transfer teknologi ke China.
Pencurian data F-35 ini dipastikan setelah foto-foto terbaru yang dipublikasikan sebuah website di China yang menunjukkan versi terbaru J-20. Versi baru dari pesawat penghindar radar telah mengalami beberapa upgrade desain sejak pesawat demonstrator pertama diperkenalkan pada tahun 2011.

F-35 (kiri) dan J-20 (kanan). Image: freebacon.com
Foto dari baru J-20 pertama kali diposting online di forum militer China pada 17 Januari. Menurut para pejabat, J-20 telah berkembang dari sekedar prototipe menjadi demonstrator. Salah satu perangkat tambahan senjata yang paling signifikan adalah sistem penargetan elektro optik baru di bawah moncong pesawat.
Selain itu, nozel mesin yang menonjol pada versi sebelumnya telah tersembunyi sebagai upaya untuk mengurangi radar signature jet. J-20 terbaru juga muncul dengan lapisan penyerap radar yang berbeda.
Terminal baru High Altitude Area Defense missile systems dan pertahanan rudal Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3), dengan beberapa sistem lain, terancam serangan spionase cyber, kata dewan dalam sebuah laporan. Sebagian besar rincian program spionase cyber China dalam upaya memperoleh teknologi F-35 tetap menjadi rahasia.
Namun, China mungkin memperoleh teknologi rahasia F-35 dari Lockheed Martin, subkontraktor, atau sekutu AS yang terlibat dalam program pembangunan pesawat ini. Sekutu yang ikut ambil bagian dalam program F-35 termasuk Inggris , Israel , Italia , Australia , Kanada , Norwegia , Denmark , Belanda , dan Turki.
Seorang pejabat resmi Chinese Academy of Sciences Militer, Du Wenlong, mengatakan kepada televisi pemerintah Cina pada 20 Februari bahwa J-20 baru mengalami pemendekan nozel knalpot, ekor dan modifikasi sirip vertikal yang dirancang untuk mengurangi deteksi radar. Du juga mengatakan bahwa terobosan “revolusioner” telah memungkinkan twin engines J-20 meningkatkan daya dan kehandalannya. Selama ini ketidakmampuan China untuk memproduksi mesin jet berkualitas telah menjadi kelemahan program manufaktur pesawat.
Du juga mengatakan bahwa sistem penargetan elektro-optik memberikan kemampuan surveillance dan serang terhadap target di darat dan laut yang lebih baik. J-20 juga memiliki weapon bay yang lebih besar dari F-22 AS, memungkinkannya membawa rudal yang lebih powerful yang akan dapat digunakan untuk melawan “kapal induk dan kapal AEGIS asing ,”.
Para pejabat AS mengatakan J-20 terbaru telah menjalani beberapa ground test, tetapi belum diuji terbang hingga awal Maret.
Richard Fisher, seorang analis spesialis sistem senjata China, mengatakan J-20 baru menunjukkan fitur jet tempur generasi kelima yang ditingkatkan. Fisher mengatakan “sangat penasaran” terhadap fitur baru penargetan elektronik di bawah hidung J-20. Lokasi tersebut meningkatkan luas pandang dan mirip dengan sistem penargetan pada F-35.
“Sistem penargetan dan distribusi sensor inframerah berdaya tinggi memberikan F-35 ‘ kesadaran situasional,’ yang sebelumnya tak tertandingi. Tapi sekarang sudah jelas bahwa J-20 akan memiliki sistem penargetan yang sama dan pengatur distribusi sensor sendiri,” kata Fisher.
“Jika sebagai dari hasil spionase China juga termasuk memperoleh wawasan engineering sistem sensor yang sangat canggih F-35, maka akan merupakan bencana bagi potensi tempurnya dan mengharuskan adanya desain ulang secepatnya serta perbaikan sebelum memasuki layanan,” tambah Fisher.
Sensor canggih F-35 dimaksudkan sebagai jaminan untuk pesawat tempur tersebut sebagai konpensasi tidak dimilikinya kemampuan manuver terbaik dalam penerbangan, katanya.
“Tapi jika Cina, melalui cyber espionage, telah mendapatkan wawasan ke dalam sistem sensor F-35, maka bisa dipastikan China juga telah mempelajari cara jamming sistem tersebut, atau setidaknya menurunkan keuntungan dari kelebihan F-35,” kata Fisher.
Sistem penargetan J-20 menunjukkan rencana Cina menggunakan pesawat tempur tersebut untuk peran serangan darat dan misi superioritas udara sepert juga i F-35,  dan sekarang tampaknya J-20 akan sebanding atau bahkan lebih capable dari F-22.
“Dapat kita pastikan bahwa jumlah produksi J-20 akan secara signifikan melebihi jumlah 187 unit pesawat tempur F-22 AS yang produksinya dihentikan oleh Pemerintahan Obama pada 2010,” katanya.
Koran Partai Komunis China yang berafiliasi dengan Global Times melaporkan pada 20 Januari bahwa China memperoleh teknologi kunci dari F-35 dan dimasukkan ke dalam J-20. Surat kabar itu tidak mengakui pencurian teknologi, tetapi menyatakan bahwa China “benar-benar memperoleh enam teknologi kunci” dari F-35.
Fitur tersebut meliputi electro-optical targeting system, diverterless supersonic inlet, thrust-vectoring jet nozzle, dan fire-control array radar system(freebeacon)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar