Minggu, 14 September 2014

ISIS eksekusi delapan warga Sunni di Irak utara



IS eksekusi delapan warga Sunni di Irak utara
Seorang pejuang Peshmerga Kurdi membawa roket peluncur granat saat ia mengambil posisi di sebuah daerah yang menghadap desa Baretle yang dikendalikan Negara Islam di Khazir, pinggiran kota Mosul, Irak, Senin (8/9). Pejuang Kurdi melancarkan tembakan dari sebuah daerah yang mereka rebut dari Negara Islam, di Gunung Bashiqah. (REUTERS/Ahmed Jadallah)
Baghdad (ANTARA News) - Kelompok garis keras Negara Islam (IS) mengeksekusi di depan umum delapan orang Sunni di satu desa kecil di Irak utara pada akhir pekan dengan tuduhan merencanakan melawan kelompok itu, kata saksi mata kepada Reuters, Minggu.


Pembunuhan itu dimulai pada Jumat malam ketika sepasang orang bersenjata bertopeng dari Negara Islam secara terbuka membunuh seorang perwira polisi di desa Al-Jumasah, setelah kelompok garis keras menuduhnya sebagai mata-mata untuk pasukan militer Kurdi dan Irak, kata saksi mata.

Para pejuang Negara Islam (IS), yang sebelumnya Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) mengumpulkan penduduk setempat untuk menonton eksekusi di desa sekitar 120 km (75 mil) sebelah utara kota Tikrit.

"Para anggota IS mengatakan bahwa ini adalah nasib orang yang menentang mereka," kata saksi.

"Mereka memberikan sebagai bukti berupa CD dan salinan korespondensi pria itu dengan pasukan keamanan."

Setelah polisi dieksekusi, satu kelompok kecil bersenjata melepaskan tembakan sebagai balas dendam terhadap rumah seorang perwira IS.

Pada Sabtu pagi, saksi mengatakan, 10 mobil Negara Islam melaju di sekitar al-Jumasah dengan dua informan bertopeng, yang membantu para pejuang mengidentifikasi 10 orang yang mereka curigai menyerang rumah anggota mereka malam sebelumnya.

Malam itu, tiga orang dibebaskan dan tujuh lainnya - seluruhnya selain seorang yang merupakan kerabat polisi yang dibunuh - dieksekusi.

Negara Islam, yang merebut banyak wilayah di Irak utara Juni, mengontrol sebagian besar Provinsi Salahuddin, Nineveh, Diyala dan Anbar, sering bekerjasama dengan kelompok bersenjata yang lebih kecil, dan telah menyatakan kekhalifahan Islam di Irak dan Suriah.

Perdana Menteri baru Haider al-Abadi berharap untuk meyakinkan minoritas Sunni Irak untuk memberontak terhadap Negara Islam, tetapi banyak tetap sangat mencurigai elit penguasa Syiah di negara itu.

Harapan pemberontakan Sunni juga dirumitkan oleh kekejaman IS, yang telah mengintimidasi dan memenjarakan atau membunuh mereka yang menolak dalam masyarakat Sunni.


REUTERS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar