Rusia akan menyebarkan rudal jarak jauh baru pada tahun 2018 untuk menggantikan rudal yang selalu siaga pada saat Perang Dingin yang dikenal oleh Barat sebagai rudal Satan (Setan), seorang komandan militer Rusia mengatakan pada Selasa, 17 Desember 2013, seolah memberi sinyal kepada Amerika Serikat bahwa arsenal nuklir Rusia telah membaik.
Rudal jarak jauh baru itu adalah rudal "Sarmat" yang merupakan Rudal Balistik Antar-benua (ICBM) yang saat ini masih dikembangkan untuk menggantikan rudal RS-20B Voyevoda (Satan), kantor berita Interfax mengutip pernyataan komandan Pasukan Roket Strategis Rusia, Jenderal Sergei Karakayev.
"Kami segera akan dipersenjatai dengan sistem rudal baru.... pada 2018-2020," katanya seperti dalam kutipan.
Voyevoda, yang dalam kode NATO disebut sebagai SS-18 Satan, dikembangkan pada 1970-an dan saat ini Voyevoda sudah hampir memasuki masa pensiun. Karakayev mengatakan bahwa beberapa Voyevoda akan tetap beroperasi hingga tahun 2022.
Jenderal Sergei Karakayev berbicara saat memperingati dibentuknya Pasukan Roket Strategis pada tahun 1959, sebuah kecabangan militer yang bertanggung jawab atas rudal balistik antar-benua yang menjadi mimpi buruk Amerika Serikat selama Perang Dingin.
Rusia dan Amerika Serikat menandatangi serangkaian perjanjian baru yang membatasi jumlah ICBM pada tahun 2020, namun Moskow tampaknya mengindikasikan akan berbuat lebih jauh sembari mengutip pernyataan bahwa potensi ancaman sesungguhnya adalah berasal dari sistem senjata AS.
Presiden Vladimir Putin menekankan bahwa Rusia harus mempertahankan penangkal-penangkal nuklir mereka, sebagian alasan adalah karena perisai anti-rudal Amerika Serikat saat ini sedang dibangun di Eropa dan Moskow mengatakan hal itu dapat merusak keamanan.
Sebuah surat kabar pro-Kremlin melaporkan pada hari Senin bahwa Moskow telah menyebarkan rudal dengan jangkauan ratusan mil di barat Kaliningrad, menimbulkan kekhawatiran negara tetangganya Polandia dan negara-negara Baltik.
Tidak jelas apakah Sarmat adalah rudal yang diuji coba Rusia pada Mei 2012 lalu, yang dikatakan akan meningkatkan kemampuan Rusia dalam menembus sistem pertahanan rudal. Kementerian Pertahanan Rusia sendiri tidak menyebutkan nama rudal yang diuji coba itu.
Putin telah berjanji akan menghabiskan dana sebesar 23 triliun Rubel (sekitar 8.500 triliun rupiah) hingga tahun 2020 untuk meng-upgrade pertahanan.
Selain rudal Sarmet, rudal mematikan Rusia lainnya adalah Rudal Bulava, yang dijadwalkan beroperasional pada 2012 lalu tampaknya hingga kini belum siap sepenuhnya. Beberapa uji coba telah gagal, termasuk peluncuran yang gagal pada bulan September yang memaksa Menteri Pertahanan Sergei Shoigu memesan satu set Bulava baru untuk uji coba berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar