Selasa, 13 Mei 2014

“TRUE STORY” Secuil Kisah-kisah Awak “Hiu Kencana” yang tidak terpublikasikan Jilid 5




 
Kisah ini sengaja saya tulis berdasarkan catatan-catatan tertulis yang saya punya dan juga cerita-cerita dari para “Silent Warrior” pinisepuh saat mereka dulu bertugas mengawaki “Hiu-hiu besi” kita dalam menjaga Kedaulatan NKRI yang mungkin selama ini belum pernah terpublikasikan. Dan tulisan ini saya dedikasikan juga kepada seluruh “Beliau-beliau” tadi berikut juga dengan para “Silent Warrior” muda yang kini masih bertugas mengawal NKRI.
Dan enggak lupa tulisan ini saya buat secara bersambung (soale dibuat disela-sela kesibukan saya alias kalo lagi mood dan ada waktu luang ya nulis, kalo enggak mood ya males nulis soale kerjaan saya bejibun banyaknya). So harap maklum kalo-kalo nanti artikel sambungannya lama banget keluarnya ya….
Hantu Laut Terbaru TNI AL

Tahun 2010, disaat Panglima Tertinggi kita (yang boleh kita sebut sebagai Jenderal Besar karena jasanya dalam memodernisasi Alutsista TNI, walaupun Beliau menolak) bertugas menjalankan roda pemerintahan dalam periode terakhirnya, dalam rangka pemenuhan kekuatan pertahanan yang telah dirintis selama masa pemerintahan pertamanya.

Beliau membuat suatu program yang bernama MEF, dimana pada tahap pertama ini sering dikenal dengan sebutan minimum esential force. Fokus dalam program ini adalah pemenuhan kekuatan pertahanan terutama alutsista baik itu buatan dalam negeri maupun pengadaan dari luar negeri.
Mengingat akan mendesaknya kebutuhan pertahanan kita, dimana kita membutuhkan sekali kuantitas alutsista secara cepat mengingat tinggi nya potensi ancaman yang kita hadapi selama beberapa tahun kedepan, Beliau menginstruksikan agar segera bertindak cepat, smart dan tidak lupa jangan sampai mengabaikan kualitas dari alutsista yang diadakan dalam arti disini adalah musti canggih dan modern.


(https://www.flickr.com/photos/arnekiel/5639729123/in/photostream/)

Beliau juga menginstruksikan agar pemenuhan alutsista strategis tersebut diutamakan produk dalam negeri apabila kita sudah mampu membuatnya dan apabila kita belum mampu maka dilakukan pengadaan persenjataan strategis dari negara-negara sahabat dengan tidak lupa juga harus disertai dengan transfer of technology nya agar suatu saat kita mampu memproduksinya sendiri.

Singkat cerita tim kecil peninjau kita untuk pengadaan armada Kapal Selam segera bertolak menuju suatu kota bernama Kiehl, dimana dari proposal penawaran yang telah masuk terdapat sebuah KS tak bertuan yang konon dahulu kala KS itu adalah milik sebuah negara di benua Eropa yang terhantam krisis ekonomi paling pertama dan hingga saat ini negara itu masih tetap sekarat.

KS tak bertuan ini bukannya jelek dan bukan pula produk gagal, Galangan pembuatnya sejak KS ini pertama kali di launching sudah melakukan beberapa modifikasi sedemikian rupa sesuai permintaan negara sekarat tadi. tapi apa daya walaupun segala spek yang diminta telah dituruti oleh Galangan pembuatnya tetapi tetap aja negara sekarat ini ngeyel enggak mau menerima dengan berbagai macam alasan (padahal intinya mereka tidak mempunyai uang untuk membayar) hingga puncaknya sekitar bulan September 2009 terjadi pembatalan kontrak dan mereka berselisih hingga ke Badan Abitrase Internasional sana.

Tim kita yang meninjau KS telah berkesimpulan bahwa KS ini benar-benar cocok untuk mengawal wilayah NKRI kedepannya, selain canggih dan modern KS ini juga mempunyai kemampuan khusus, yaitu : spesialisasi sebagai pemburu KS lawan yang mumpuni.

Tim pun melaporkan hasil peninjauannya ini yang kemudian ditindak lanjuti oleh pemerintah dengan pembahasan secara intensif dengan pihak Galangan pembuat dan pemerintahan negaranya mengenai detail-detail mulai dari jumlah unit yang diinginkan hingga transfer of technologynya dimana nantinya kita juga mendapat bantuan dalam hal transfer of technology dari sebuah negara Eropa yang berpenduduk mayoritas beragama Islam, yang juga kebetulan memesan jenis KS yang sama dengan kita.

Singkat cerita pada sekitar awal tahun 2012 Kontrak ini ditandatangani dalam sebuah MoU berbarengan dengan pembelian alutsista-alutsista lainnya dari negara ini yang kemudian diperkuat oleh kesepakatan bersama alias MoU pada bulan Maret 2013 tentang perlindungan informasi guna keperluan pengembangan industri pertahanan agar keperluan informasi industri pertahanan dapat dikelola dan dijaga oleh kedua pihak, saat Kunjungan Resmi Panglima Tertinggi kita ke negara pembuat KS ini.

Setelah kontrak itu, tahun 2012 KS ini pun segera diupgrade sesuai dengan keinginan kita, sementara awak-awak Hiu Kencana yang akan mengawakinya juga serius berlatih disana, dan pada akhirnya menjelang akhir tahun 2013 semua persiapan telah beres dan KS kita ini berlayar selama hampir dua bulan menuju home base nya di Indonesia.

Tidak menunggu lama KS ini pun langsung diuji kemampuannya di lautan kita dalam berbagai operasi patroli termasuk Operasi Gabungan di perairan Ambalat yang tengah berlangsung sekarang ini.

Data KS kita tersebut adalah sebagai berikut: panjang 64 meter, lebar badan tekan 7 meter, sarat kapal 6 meter. Dengan Bouyancy nya yang diatas 20% yang berarti bahwa walau kapal ini mengalami kebocoran, akan tetapi dengan reserve buoyancynya yang sebesar itu kemungkinan penyelamatan kapal masih amat tinggi.

KS kita ini sudah dilengkapi dengan AIP fuel cell system, yaitu sistem propulsi yang merupakan penggabungan sistem konvensional yang terdiri dari generator diesel dengan baterai asam timbal dengan dengan sel bahan bakar yang dilengkapi dengan oksigen dan penyimpanan hidrogen. Sistem ini terdiri dari sembilan PEM (membran polimer elektrolit) sel bahan bakar dan masing-masing memberikan tenaga antara 30kW sampai dengan 50kW

Berat pemindahan airnya (displacement) diatas air 1.690 ton, dibawah air (menyelam) 1.860 ton. Kapal kita ditenagai dengan dua buah mesin diesel type MTU 16V-396 bertenaga 2350 HP, dibawah air bergerak dengan menggunakan dua motor listrik pokok Piller Ntb56.40-10 0.97 MW, dengan sistem AIP dua buah HDW Siemens PEM fuel cell module BZM120 (120 kW x 2), serta motor ekonomi satu buah Siemens Permasyn (2.85 MW). Besarnya tenaga diesel dikapal ini memberikan gambaran akan usaha memperkecil probabilitas discretion, dengan kemampuan menyelam yang sangat lama yaitu sekitar tiga minggu sebelum KS mengisi baterai kembali.

Transfer of powernya menggunakan system electrical transfer power, seperti pada type U-209 dan 877 K4b (636 mutan export version) yang sudah terlebih dulu kita miliki. Kecepatan KS kita ini berkisar sekitar 12 knot saat berlayar diatas air, 20 knot saat menyelam, dan 8 knot saat berlayar dengan rezim RDP (rabotayet diesel potwodoy / DBA diesel bekerja dibawah air,) dan 4 Knot saat menggunakan rezim motor ekonomis.
Jarak jelajahnya mencapai 12.000 mil (19.300 km). Dengan kecepatan 8 knot pada rezim RDP KS kita mampu mencapai jarak jelajah sejauh 420 nmi (780 km) dan saat berlayar dengan rezim motor ekonomis dan dalam kondisi silent run, akan dapat mencapai jarak 1.248 nmi (2.310 km) dengan kecepatan 4 knot.

Kemampuan kedalaman selam normalnya mencapai 250 meter dan dengan kedalaman maksimalnya 400 meter. Sementara Awak kapalnya berjumlah kurang lebih 27 orang dengan lima orang diantaranya Perwira, yang berarti bahwa walau bobot KS kita ini besar, akan tetapi dengan jumlah awak yang sedikit menandakan kalau seluruh jeroan KS kita ini berbentuk digital dan telah terkomputerisasi.
Disamping desainnya yang memang sudah dirancang untuk seminimal mungkin terdeteksi oleh sonar musuh, KS kita ini juga sudah dikaji magnetic anomaly signaturenya, sehingga selain susah dideteksi oleh MAD (Magnetic Anomaly Detection ) juga KS kita ini hampir tidak bersuara alias noiseless karena dari buangan mesin propolsinya hampir tidak memancarkan radiasi panas selain itu badan KS kita ini sepenuhnya terbuat dari logam non magnetik dan khusus bagian Lambung atau hull nya menggunakan logam non magnetik yang dilengkapi dengan anechoic tiles atau pelapis penyerap gelombang akustik sehingga bisa disebut KS kita ini berkemampuan stealth.
KS kita ini juga mempunyai kemampuan mumpuni untuk menyelam di perairan dangkal hingga kedalaman hanya 20 sampai 15 meter, itu dikarenakan desain struktur sirip kemudi belakang yang berbetuk silang dengan low noise skew back propeller nya. Sehingga sangat efektif dipakai patroli terutama di kawasan Indonesia bagian mana hayo? Hehehe…
 

(https://www.flickr.com/photos/49487861@N00/5639715247)

KS kita memiliki enam tabung peluncur torpedo caliber 53,3 cm yang terbagi dalam dua grup dengan masing-masing grup berisi tiga peluncur torpedo yang tertata pada bagian haluannya. Peluncur ini dapat menembakkan torpedo kelas berat DM2A4 Atlas Elektronik standar Angkatan Laut Jerman, Torpedo kelas berat WS (Whitehead Alenia Sistemi Subaquei) Black Shark serta Torpedo SUT yang sudah bisa kita produksi sendiri dan sebagai konfigurasi alternatif setiap torpedo dapat digantikan dengan ranjau. Torpedo cadangan yang dibawanya berjumlah empat belas torpedo.

Pengendalian torpedonya pada kapal sudah menggunakan Kongsberg MSI-90U Basic Command and Weapons Control System (BCWCS) yaitu sistem kontrol yang dapat memadukan interface sistem navigasi, sensor dan kontrol senjata secara bersamaan. Sistem ini didasarkan pada data kinerja tinggi dengan sistem komputerisasi yang terdistribusi atas perintah dasar dan sistem kendali senjata (berdasarkan CTC). Dengan Kemampuan ini kecuali dapat dipergunakan untuk mengendalikan tembakan dua jenis torpedo sekaligus yaitu standard straight run long heavy weight torpedo bagi sasaran kapal atas air dan short torpedo kendali anti kapal selam, juga telah memungkinkan KS kita melacak (searching) beberapa sasaran sekaligus serta membidik dan menembak (tracking and firing) dua diantara sekian banyak sasaran yang telah dilacak dengan suatu kepresisian yang sempurna.

Kalau untuk mengatasi gangguan helicopter anti kapalselam yang mencoba mengintai KS kita ini juga dilengkapi dengan Rudal IDAS (Interactive Defense and Attack System for Submarines) yang merupakan pengembangan dari Rudal IRIS-T buatan Diehl BGT Defence, HDW and Kongsberg Defence & Aerospace, yang dapat ditembakkan dari peluncur torpedonya.
Sonar yang dipergunakan pada KS kita merupakan suatu sonar pelacak dan penyerang (search and attack) aktif pasif berfrekwensi rendah dari type Atlas Elektronik DBQS-40 sonar suite yang memiliki array silindris untuk deteksi frekuensi menengah pasif berupa type TAS-3 low-frequency towed array sonar dan type FAS-3 flank array sonar for low / medium-frequency detection, passive ranging sonar dan hostile sonar intercept system.

Sementara untuk deteksi sonar aktif frekuensi tingginya adalah type Atlas Elektronik MOA 3070 mine detection sonar, yang mampu mengindera kapal musuh dari jarak yang amat jauh.
Sistem sensor bawah lautnya adalah type Atlas Isus 90, yang dapat mengintegrasikan seluruh sensor secara elektronik dan terpadu baik itu dalam bentuk perintah dan fungsi kontrol di kapal selam. Sementara untuk sistem peperangan elektroniknya di KS kita telah terpasang EADS Thales FL1800U.

Sementara untuk Radarnya menggunakan surface search radar Kelvin hughes type 1007 I-band navigation radar, yang bekerja pada frekwensi sekitar 8 s/d 10 GHz , sedangkan sarana komunikasinya dilengkapi dengan TX/RX HF dan VHF.
Periskopnya menggunakan dua Zeiss Optronic SERO 14 search dan SERO 15 attack, yang dipergunakan baik sebagai attack maupun search periscope dengan penggunaan Quasi Binocular Viewing untuk mengurangi stress pada mata penggunanya. Selain itu sistem pengukuran sensor elektronik dan sistem penentuan posisi kapal selam juga dipasang di tiang Optronicsnya.
 

(http://www.military-today.com/navy/u_214_class_l6.jpg)

Sebagaimana juga pada KS Jerman pada umumnya KS kita ini juga memiliki senjata pengelabuan berupa decoy atau jammers berupa efektor yang berbentuk kendaraan bawah air kecil menyerupai bentuk torpedo dengan hydrophones dan emitter akustik. Dimana untuk senjata pengelabuan ini dintergasikan dengan sistem elektronik type TAU 2000 buatan ATLAS dan ELAC, Decoy ini sendiri ditempatkan pada empat peluncur khusus yang masing-masing berisi sepuluh tabung peluncur.
Bersambung…..
“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar