Su 35 [google] ○ |
Berita perihal penjualan alutsista
Rusia baru baru ini menarik untuk di bahas. Diberitakan Rusia siap menjual
alutsista dengan barter komoditi. Rusia membuka diri atas sanksi barat akibat
krisis di Ukraina, dan mencari cara untuk menaikan perekonomian dalam
negerinya.
Atas sanksi barat, Rusia banyak kehilangan bahan dasar untuk
keperluan dalam negerinya, alhasil Moskow harus berpikir keras mencari akal agar
kebutuhan dalam negerinya dapat dipenuhi. Dan salah satunya melakukan
perdagangan dengan negara yang tidak secara langsung dibawah kendali barat.
Menteri Perdagangan Denis Manturov pun memberi lampu hijau untuk melakukan
perdagangan dengan cara barter barang komoditi. Thailand yang memerlukan
modernisasi alutsista untuk kepentingan negerinya, menangkap sinyal ini dan
akan merealisasikan secepatnya. Selain Thailand, Rusia juga dikabarkan melirik
Vietnam karena kedua negara di Asia Tenggara ini bergabung dengan perdagangan
bebas EEU [Euroasian Economic Union].
Indonesia beberapa tahun ini melakukan
modernisasi alutsista yang dikenal MEF [Minimum Essensial Force]. Sampai tahun
ini, Indonesia sudah melakukan pergantian alutsista sekitar 30-40% yang sekarang
masuk dalam tahap MEF jilid II dan akan terus sampai jilid III.
Namun
berjalannya MEF ini, Indonesia harus menambah alutsista bukan minimum tapi
menuju ideal. Kembali semua rencana itu tersendat karena Indonesia memfokuskan
pembangunan dan ekonomi rakyat dibanding alutsista yang memerlukan biaya yang
tidak sedikit.
Kembali dana yang menjadi penyebab negeri ini membeli alutsista
secara sedikit sedikit (atau bahasa gaulnya ngeteng). Betul, bila tidak semua
alutsista dibeli secara ngeteng, namun banyak alutsista kita dibeli tidak
komplit dan hanya platform saja atau biasa dikenal dengan FBNW (Fitted But Not
With).
Dari berita Rusia menawarkan keringanan pembayaran dengan komoditi,
Indonesia harus tampil aktif dan menawarkan opsi yang bisa direalisasikan untuk
menutup kekurangan dana dengan cara barter komoditi. Barter komoditi ini bukan
pertama kali, dulu Indonesia juga melakukan hal yang sama dalam pembelajaan
alutsista. Namun waktu yang berbeda, sekarang Rusia butuh bahan dasar, dan ini
merupakan kemudahan tersendiri dalam hal negoisasi jual beli.
Kelapa Sawit
Rudal pertahanan S300 [google] ○ |
Indonesia dikenal sebagai pengekspor besar kelapa
sawit bersama Malaysia. Komoditi ini sempat dicekal Eropa, karena alasan
bermacam-macam.
Apalagi Indonesia sempat mencanangkan minyak kelapa sawit
sebagai sumber energi. Produksi kelapa sawit yang berlimpah ini menjadi salah
satu senjata untuk barter alutsista.
Menurut gosip warung kopi formil,
Indonesia sempat menawarkan komoditi ini sebagai alat bayar pengadaan rudal pertahanan
jarak sedang. Namun tidak diketahui bagaimana hasil akhirnya. Kembali Indonesia
harus melihat semua kemungkinan, mumpung ada lawan yang butuh.
Teknologi terkini
itu penting
Melirik kapal selam Kilo [google] ○ |
Menuju Indonesia yang lebih baik, Indonesia harus terus memodernisasi semua alutsista nya, bukan hanya cukup ada tapi harus berkualitas. Bila ada pejabat yang anggap bahwa kita kuat karena rakyat banyak, menjadi satu pertanyaan penting.
Apakah kita mau seperti
dahulu ditekan karena kekurangan alutsista dan ketergantungan kepada pihak
luar? Apakah kita akan korbankan personil karena teknologi yang uzur? Dan
perang kedepan adalah perang teknologi bukan lagi seperti era perang dunia
kedua.
Sekarang ini era Teknologi canggih, bila Indonesia bisa mendapatkannya,
bangsa ini akan lebih disegani daripada hanya mengandalkan otot. Bila barat
banyak perhitungan kepada Indonesia untuk mendapatkan teknologi terkini, kita
harus bisa mengambil dari pihak Timur dan begitu sebaliknya.
Dalam MEF saja
semua bermuara kepada dana, maka antisipasi itu menjadi acuan kita kedepan.
Ulasan ini hanya spontan keluar melihat peluang yang ada, dan berharap
kesempatan ini menjadi opsi Indonesia menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar