“Teknologinya lebih tinggi dari AW101. Kalau mesin EC725 mati lalu terpaksa mendarat di laut, itu enggak pakai siapkan apa-apa, tapi langsung floating (mengambang) karena alatnya yang di bawah langsung terbuka. AW101 setahu saya belum ada teknologi itu,” kata Manajer Penetrasi Pasar dan Jaringan PTDI Dadhik Kresnadi di hanggar helikopter PTDI, Bandung, Jawa Barat, Kamis (11/2).
Super Cougar, kata Dadhik, merupakan helikopter angkut berat yang mampu membawa muatan hingga hampir lima ton. EC725 juga mampu menjelajah udara sejauh 300-500 nautikal mil (900 kilometer) dengan bahan bakar penuh.
TNI AU telah memesan enam unit Super Cougar yang akan diserahkan PTDI tahun ini kepada mereka. Pembuatan helikopter-helikopter pesanan TNI itu, ujar Dadhik, menghabiskan waktu kurang lebih satu tahun.
"(Helikopter-helikopter) ini nantinya akan digunakan TNI AU untuk mengangkut pasukan, kombat, dan SAR," kata Dadhik.
Beberapa waktu lalu, Direktur Produksi PTDI Arie Wibowo mengatakan badan EC725 didesain antipeluru, serta dilengkapi perahu karet dan forward looking infrared. FLIR itu bisa membuat pilot memonitor pergerakan pesawat tempur lawan.
EC725 telah digunakan berbagai negara dalam sejumlah pertempuran di Afrika hingga Afghanistan di Asia Tengah. Ini jenis helikopter yang dapat digunakan untuk keperluan militer sekaligus sipil. (CNN-Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar