Kamis, 21 November 2013

Cerita di balik kedatangan armada Nazi ke Jawa

Tim penyelam dari Pusat Purbakala Nasional menemukan bangkai kapal selam U-boat Nazi Jerman di perairan utara Karimun Jawa. Jika benar itu adalah bangkai U-Boat seri U-168 sesuai pernyataan Ketua Tim Peneliti dari Pusat Purbakala Nasional Bambang Budi Utomo, itu adalah kapal selam yang kandas ditorpedo saat patroli keempatnya.

Dari data situs U-Boat Nazi Jerman, seri U-168 keluar dari galangan pada 15 Maret 1941 di Bremen. Setelah itu, U-Boat tersebut berpatroli di perairan Eropa sebelum dikirim ke Samudera Hindia. Nahas, U-Boat tersebut karam ditorpedo kapal selam Belanda HrMs Zwaardvisch.

Selama berpatroli, U-Boat U-168 total mengandaskan tiga kapal musuh dengan bobot gabungan 8.008 ton dan merusak satu kapal musuh berbobot 9.804 ton. Berikut ini 4 cerita dibalik kedatangan armada Nazi ke Jawa:

1. Mendukung invasi tentara Jepang

Jerman memang bersekutu dengan Jepang dalam perang dunia ke dua. Pada 14 Desember 1941 pasukan Jepang mendarat di Borneo, kemudian pada Februari 1942 mereka kembali mendarat di Sumatra Barat. Jepang membebaskan orang-orang Jerman yang menjadi tahanan Belanda di Indonesia, dan balik menahan orang Belanda di Sumatera dan Jawa.

Sebelum perang dunia kedua, tepatnya selepas perang dunia pertama, orang-orang Jerman memang banyak yang tinggal di Sumatera dan Jawa. Namun pada perang dunia kedua, tentara Belanda di Indonesia menangkapi orang-orang Jerman karena posisi dua negara saling berhadapan.

Kondisi orang-orang Jerman itu membaik ketika Jepang berhasil mengusir Belanda dari Indonesia. Masa pendudukan Jepang terjadi pada 1942-1945. Selama itu, armada Nazi Jerman juga ikut mendukung kekuatan tempur Jepang, termasuk armada kapal selam.

Pada waktu itu, ada kapal selam Jerman lolos dari blokade sekutu. Kapal selam itu berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok Surabaya, hendak memasok barang-barang kebutuhan kepada tentaranya.

2. Mengimpor barang kebutuhan tentara Jepang

Pada bulan Mei 1943, Angkatan Laut Jerman mendapat persetujuan dari Angkatan Laut Jepang di Penang, Singapura, Jakarta, dan Surabaya untuk mengimpor bahan baku menggunakan kapal-kapal selam, yaitu; impor karet, timah, molybdan, wolfram, lemak, kinine, dan madat.

Bahan-bahan kebutuhan lain adalah: yodium, agar-agar, dan bahan penting untuk warna cat penerbangan. Bahan-bahan seberat 150 ton diangkut menggunakan kapal selam dalam sekali pelayaran hingga membuat kapal menjadi sempit.

3. Perang melawan Inggris dan Belanda 

Patroli kedua kapal U-Boat seri U-168 menuju wilayah Samudera Hindia mampu mengandaskan kapal Inggris SS Haiching sekitar 130 km barat daya Mumbai (India) pada 2 Oktober 1943. Patroli kedua berakhir di Penang, Malaysia pada 11 November.

Di tahun yang sama, 1943 dan 1944 sebanyak 42 kapal selam Jerman telah dikirim ke Asia Tenggara, di antaranya kapal selam U-168. Hanya 13 kapal yang tidak dikirim. Tapi dari seluruh kapal selam yang dikirim itu, hanya 11 yang sampai ke Jakarta, sementara 5 kapal selam lagi karam.

Pada 5 Oktober 1944, U-168 di bawah Kapten Letnan Pich berlayar dari Jakarta ke Surabaya, tapi dalam perjalanannya, kapal selam itu ditorpedo oleh kapal selam Belanda "ZWAARDFIS"

4. Memutus jalur logistik sekutu dari Asia Tenggara

Arkeolog dan penyelam yang menemukan bangkai U-Boat, Shinatria Adhityatama (25), mengatakan U-Boat bertugas untuk menghancurkan garis suplai sekutu dari Asia Tenggara. Termasuk jalur logistik Inggris dari India.

"Mereka juga bekerja sama dengan Jepang sebagai sekutu. Jerman membantu mengamankan perairan Pasifik yang dikuasai Jepang," ujarnya.

Selain Jerman dan Jepang juga berbagi teknologi militer. Mereka juga diduga berbagi pangkalan kapal selam. Saat Perang Dunia, diketahui ada pangkalan U-Boat di Pulau Penang, Batavia dan Surabaya.

"Jadi mereka melakukan operasi gabungan di Indonesia. Di perairan inilah satu-satunya ada operasi gabungan angkatan laut Jerman dan Jepang," tutur Shinatria.

  Merdeka  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar