Senin, 30 Juni 2014

The Joint Exercises 2014 (Hoax Corner)



 
TU 22 Backfire (ilustrasi)
TU 22 Backfire (ilustrasi)
TNI JOINT EXERCISES 2014 – THE UNTOLD SCENARIOS (Part 2 – AERIAL CAMPAIGN)
Pengantar
Sebagaimana telah saya singgung pada beberapa komentar lepas dan bagian pertama dari rangkaian artikel ini, bahwa Latgab 2014 merupakan event Latihan Gabungan yang bersifat monumental bagi TNI.

Dari berbagai perspektif, boleh dibilang Latgab 2014 ini memiliki substansi superlatif dibanding Latgab periode sebelumnya. Bila ditinjau dari sisi perencanaan, misalnya, latgab 2014 telah direncanakan bahkan sejak tahun 2011, dengan skala perencanaan yang jauh lebih “njelimet”, lebih detil, dan lebih realistik (misal, ketepatan waktu scramble untuk “alert five” (5 pesawat tempur yang standby untuk CAP/patroli udara tempur juga dihitung sebagai skor penambah /pengurang) sehingga mendekati skenario apabila terjadi peperangan riil.
Kompleksitas dalam perencanaan ini tercermin juga pada aturan scoring pada sesi “game-plan” dan eksekusi lapangan. Perubahan sistem scoring, dan makin ketatnya parameter penilaian, serta penalti bagi pelanggaran Rules of Engagement dimaksudkan untuk menegakkan disiplin dan untuk mendapatkan “big picture” se-realistik mungkin mengenai potensi dan kapabilitas unit tempur TNI dari 3 matra.
Part 2
Aerial Campaign akan menelisik lebih lanjut kampanye udara yang diluncurkan TNI dalam rangka menangkal dan menetralisir ancaman agresi udara Negara Musang terhadap teritorial NKRI. Guna memudahkan diskusi, bahasan pada artikel ini akan dibagi menjadi 4 topik utama, yaitu antara lain:

1. Skenario
2. Deployment Alutsista
3. Jalannya Pertempuran
4. Konklusi
1. Skenario Kampanye Udara
Sesuai dengan game plan yang dipraktikkan oleh para perwira yang mewakili Blue Forces (TNI-AU), dan Red Forces (AU Musang), pada dasarnya skenario udara dibagi menjadi dua kategori:

a. Skenario Strategis
b. Skenario Taktis.

Skenario strategis sendiri mencakup aspek:
1. Cegah tangkal dan netralisasi perkuatan utama lawan di teritori lawan
2. Cegah tangkal dan netralisasi aliran logistik utama lawan melalui jalur udara
3. Cegah tangkal kekuatan udara lawan yang akan memberikan payung udara bagi kekuatan penyerbu utama lawan sebelum memasuki teritorial darat NKRI.
4. Menyediakan fungsi intelijen strategis terhadap profil deployment kekuatan udara dan laut lawan.

Adapun skenario taktis meliputi aspek:
1. Pertahanan udara aktif terhadap armada laut TNI AL
2. Pertahanan udara aktif terhadap objek vital darat.
3. Serangan udara langsung terhadap armada laut dan kekuatan darat musuh.

Ketujuh skenario di atas ditetapkan berlangsung pada 3 teater operasi (theater of operations) yang mencakup:
1. Bagian Barat Sumatera
2. Bagian Selatan Jawa
3. Area Kepulauan Riau dan Natuna
Menjawab rasa keingintahuan rekan warjager mengenai bagaimana skenario “pre-emptive strike”, maka disini akan saya fokuskan pada pembahasan skenario strategis.
Skenario Strategi
Disimulasikan bahwa analisa intelijen yang diperoleh berdasarkan foto satelit negara sahabat menunjukkan bahwa AU negara Musang telah melakukan mobilisasi kekuatan udara dalam postur ofensif di dua titik, pertama di pangkalan udara X di sebuah pulau sekitar 300 mil laut dari Jakarta. Selain itu terdeteksi pula gugus tugas kapal induk negara Musang berlayar mendekati samudera India bagian barat dengan jarak 500 mil laut dari Bengkulu. Mendapatkan informasi seperti itu, Panglima Tertinggi memerintahkan satuan pemukul udara strategis untuk melakukan serangan cegah tangkal kepada elemen kekuatan udara musuh yang dianggap memiliki tingkat ancaman paling besar.

Diputuskan akan dilakukan operasi udara bersandi “Halilintar I” yang akan menghancurkan gugus tugas kapal induk yang berada di perairan barat Sumatera, serta “Halilintar II” yang bertugas menghancurkan pangkalan udara X di perairan selatan pulau Jawa.
Operasi Halilintar I dilaksanakan oleh elemen penggempur yang terdiri dari 6 unit Tu-22M3 Backfire dari Skadron 41 yang dilengkapi rudal anti kapal Kh-22M (AS-4 Kitchen) yang memiliki kecepatan maksimum Mach 4,5 dengan jarak jangkau 600 km, serta rudal anti kapal Kh-15 (AS-16 Kickback) yang memiliki kecepatan maksimum Mach 5 dengan jarak jangkau 300 km, serta 2 unit Su-34 Fullback dari Skadron 21 yang bersenjatakan rudal Kh-31P (AS-17 Krypton) dan Kh-59MK (AS-18 Kazoo).
Elemen penggempur ini dikawal oleh elemen HVACAP (high value asset combat air patrol) yang terdiri dari 10 unit pesawat tempur Su-30MK2 Flanker serta 4 unit Su-27SMK Flanker dari Ska 11. Adapun taktik yang digunakan adalah satu flight akan menjadi decoy/diversion yang terdiri dari 3 Tu-22M yang bersenjatakan rudal AS-4 dan 5 Su-30MK2 akan menyerang dari vektor searah dengan jalur pelayaran dari gugus tugas kapal induk negara Musang. Sedangkan unsur pemukul utama yang terdiri dari 3 Tu-22M3, 2 Su-34, serta 9 Su-27/30 akan menyergap gugus tugas dari sisi utara.
Adapun Operasi Halilintar II dilaksanakan oleh elemen penggempur yang terdiri dari 6 unit Tu-22M3 Backfire (Ska 41), 5 F-16C Fighting Falcon yang dikawal oleh 12 unit Su-27/30 Flanker (Ska 15).
Hari H Jam J Operasi Halilintar I dan II ditetapkan pada tanggal 2 Juni pukul 01.00 dimana pada saat itu posisi gugus tugas kapal induk negara Musang diperkirakan berada pada jarak 400 mil laut dari pesisir barat Sumatera.
Serangan cegah tangkal ini juga didukung oleh unsur pemukul kedua yang berfungsi sebagai backup yang terdiri dari armada kapal permukaan dan bawah permukaan TNI AL. Namun detil dari peran serta aksi dari armada TNI AL ini akan dibahas lebih lanjut di Part 3 artikel ini.
SU-34 Mengusung SAP-518 di sayap dan SAP-14 di bawah perut pesawat
SU-34 Mengusung SAP-518 di sayap dan SAP-14 di bawah perut pesawat (ilustrasi)
2. Deployment Alat Utama Sistem Senjata
Alat utama sistem senjata yang dipergunakan dalam kampanye udara baik strategis dan taktis antara lain mencakup jenis alutsista:

1. Tu-22M3 Backfire (12)
2. Su-34 Fullback (3)
3. Su-27SMK (6)
4. Su-30MK2+ (20)
5. F-16C Fighting Falcon (14)
6. Hawk 209 (6)
7. Rudal AAM AA-12 Adder (n/a)
8. Rudal AAM AA-11 Archer (n/a)
9. Rudal AAM AIM-120 AMRAAM (n/a)
10.Rudal AAM Python 5 (n/a)
11.Rudal ASM AS-4 Kitchen (n/a)
12.Rudal ASM AS-16 Kickback (n/a)
13.Rudal ASM AS-17 Krypton (n/a)
14.Rudal ASM AS-18 Kazoo (n/a)
15.Rudal ASuM AGM-65 Maverick (n/a)
16.Rudal AsuM AS-13 Kingbolt (n/a)
17.Berbagai smart bomb & dumb bomb

3. Jalannya Skenario Pertempuran
Kick off Ops Halilintar I diawali dengan lepas landasnya elemen diversion dari 2 pangkalan udara di Sumatera menuju vektor yang sejajar dengan titik koordinat posisi gugus tugas kapal induk Musang. Sesuai flight plan, elemen ini terbang dengan ketinggian sangat rendah hingga mencapai titik 275 mil dari gugus tugas. Kemudian flight elemen diversion menanjak hingga ketinggian maksimum (maximum ceiling alt) guna memancing sistem pertahanan udara gugus tugas kapal induk Musang, sambil melepaskan rudal AS-4 Kitchen ke sasaran utama, yaitu kapal induk yang sekaligus menjadi kapal bendera armada negara Musang.

Taktik ini berhasil memancing kapal induk negara Musang untuk scramble seluruh unit pesawat tempur yang berada di kapal induk untuk memburu elemen diversion. Namun, pada saat yang sama, elemen pemukul utama mendadak sudah berada di jarak kurang dari 150 mil utara gugus tugas kapal induk, dan melepaskan seluruh “muatan” rudal anti kapal yang digotong oleh Tu-22 dan Su-34.
Skenario ini berakhir dengan tenggelamnya kapal induk, 2 unit fregat dari negara Musang, sedangkan dari pihak TNI tidak kehilangan satu pun pesawat tempur.

Operasi Halilintar II juga mencapai objektif yang diharapkan yaitu hancurnya pangkalan udara X milik Musang namun dengan kerugian 2 Tu-22, 4 F-16 serta 2 Su-30 Flanker akibat sistem pertahanan udara Musang.
4. Konklusi
Secara umum, dapat dikatakan bahwa operasi taktis maupun strategis dalam kampanye udara Latgab 2014 ini telah mencapai objektif yang diharapkan. Meskipun akhirnya negara Musang masih mampu melakukan inkursi dan mendaratkan elemen darat ke tanah NKRI, namun kampanye udara TNI AU setidaknya mampu menetralisasi 70% dari kekuatan udara musuh. Catatan penting dan signifikan adalah skenario strategis berupa serangan cegah tangkal dapat dilaksanakan dengan baik, namun masih perlu perbaikan mendasar khususnya pada kecepatan tanggap serta dukungan ground crew. Selain itu perlu adanya perbaikan kualitas airborne mission director yang berfungsi sebagai dirigen dari keseluruhan misi tempur udara, dimana pada latgab ini membuktikan bahwa ground based mission director memiliki beberapa limitasi.

Poin utama lain adalah beberapa alutsista yang diujicobakan untuk kali pertama mampu memenuhi harapan dan memiliki kinerja sesuai spesifikasi. Unsur “man behind the gun” juga terbukti sangat besar peranannya dalam nyaris seluruh aspek skenario, sehingga pelatihan yang konsisten dan mendekati kondisi realistik memang mutlak dibutuhkan guna mengasah kemampuan para prajurit udara TNI.
Last words, kampanye udara Latgab 2014 sungguh merupakan display luar biasa baik dari segi skala kompleksitas desain dan implementasi, serta pencapaian prestasi para peserta latihan. Suatu kebanggaan bisa menyaksikan langsung olah keprajuritan tingkat tinggi yang diperagakan selama kampanye udara Latgab 2014 dan dapat menuliskannya pada artikel ini.
Next: Part 3 – Naval Campaign
Catatan: sebagian detil dari actual event kampanye udara tidak disampaikan di dalam artikel ini.

By Narayana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar