Sementara Amerika Serikat memutar haluan ke Asia Timur untuk fokus pada China, Jepang dan duo Korea, Australia mengalihkan perhatiannya ke Pasifik. Bersama negara-negara di kawasannya, Australia fokus ingin menciptakan stabilitas dan keamanan maritim di kawasannya.
Sebuah proyek pengadaaan kapal patroli baru pun digulirkan.
Australia merencanakan proyek pengadaan kapal patrol baru yang akan
ditawarkan ke negara-negara regional sebagai bagian dari upaya kerjasama
keamanan maritim. Proyek yang disebut sebagai "Pacific Patrol Boat
Program" ini merupakan proyek tindak lanjut dari pengadaan serupa pada
era 1980-1990-an. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Julie
Bishop dan Menteri Pertahanan David Johnston pada 17 Juni lalu.
"Pacific Patrol Boat Program merupakan pilar penting dari komitmen Australia untuk bekerjasama dengan mitra regional dalam mengaktifkan kerjasama keamanan kohesif pada pengawasan maritim, termasuk perlindungan perikanan dan kejahatan trans-nasional," kata Bishop dilansir Space War.
"(Departemen) Pertahanan akan mengganti armada kapal patroli semua anggota PBB (di kawasan) saat ini, plus satu tambahan anggota baru, Timor Leste (Timor Timur), yang telah diundang untuk turut serta dalam program, sebagai bukti kerjasama pertahanan Australia yang terus meningkat dengan negara itu," kata Johnston dalam sebuah pernyataan.
Australia memulai program Pacific Patrol Boat Program berdasarkan konvensi PBB tahun 1982 yang menetapkan 200 mil laut (ZEE) Zona Ekonomi Eksklusif untuk negara-negara dengan garis pantai laut. Pada tahun 1985-1997 Australia melalui Australian Shipbuilding Industries (ASI) membangun 22 kapal patroli Kelas Pasifik untuk disumbangkan ke negara-negara di Pasifik Selatan. Negara-negara yang menerima adalah Papua Nugini (4), Tonga (3), Federasi Mikronesia (3), Fiji (3), Kepulauan Solomon (2), Tuvalu (1), Kiribati (1), Samoa (1), Palau (1), Vanuatu (1), Republik Kepulauan Marshall (1), dan Kepulauan Cook (1).
Kapal patroli Kelas Pasifik memiliki panjang 31,5 m, lebar 8,1 m, draft 1,8 m, dan displacement penuh 162 ton. Dilengkapi dua mesin diesel Caterpillar 3516TA, yang memberikan daya 2.820 hp dengan dua poros baling-baling. Kecepatan maksimumnya 20 knot (37 km/jam) dan memiliki jangkauan maksimum 2.500 mil laut (4.600 km) pada kecepatan 12 knot (22 km/jam), dan mampu bertahan selama 10 hari di laut. Persenjataan yang diusungnya bervariasi tergantung operasi masing-masing negara; bisa menggunakan senjata GAM-BO1 20mm, senapan mesin 7,62 mm atau 12,7 mm dan tidak terpasang secara permanen. Untuk sistem pencarian, kapal ini menggunakan radar pencarian permukaan Furuno 1011 yang beroperasi di I band.
Tujuan Australia melalui program pengadaan kapal patroli baru ini adalah untuk menggantikan 22 kapal tersebut yang sudah memasuki masa pensiun. Disebutkan 20 lebih kapal pengganti akan dibuat namun jumlah dan alokasi dana yang tepat masih akan dibahas dengan negara-negara anggota, dan kapal itu sendiri akan dibangun di bawah tender yang kompetitif. Mengingat program saat ini terdiri dari 22 kapal, maka perhitungan akhir (ditambah Timor Leste) bisa mencapai hingga 25 kapal patroli. Perkiraan biaya pembangunan adalah USD 600 juta dan ditambah biaya pengoperasiannya selama 30 tahun sekitar USD 1,46 miliar.
"Pacific Patrol Boat Program merupakan pilar penting dari komitmen Australia untuk bekerjasama dengan mitra regional dalam mengaktifkan kerjasama keamanan kohesif pada pengawasan maritim, termasuk perlindungan perikanan dan kejahatan trans-nasional," kata Bishop dilansir Space War.
"(Departemen) Pertahanan akan mengganti armada kapal patroli semua anggota PBB (di kawasan) saat ini, plus satu tambahan anggota baru, Timor Leste (Timor Timur), yang telah diundang untuk turut serta dalam program, sebagai bukti kerjasama pertahanan Australia yang terus meningkat dengan negara itu," kata Johnston dalam sebuah pernyataan.
Australia memulai program Pacific Patrol Boat Program berdasarkan konvensi PBB tahun 1982 yang menetapkan 200 mil laut (ZEE) Zona Ekonomi Eksklusif untuk negara-negara dengan garis pantai laut. Pada tahun 1985-1997 Australia melalui Australian Shipbuilding Industries (ASI) membangun 22 kapal patroli Kelas Pasifik untuk disumbangkan ke negara-negara di Pasifik Selatan. Negara-negara yang menerima adalah Papua Nugini (4), Tonga (3), Federasi Mikronesia (3), Fiji (3), Kepulauan Solomon (2), Tuvalu (1), Kiribati (1), Samoa (1), Palau (1), Vanuatu (1), Republik Kepulauan Marshall (1), dan Kepulauan Cook (1).
Kapal patroli Kelas Pasifik memiliki panjang 31,5 m, lebar 8,1 m, draft 1,8 m, dan displacement penuh 162 ton. Dilengkapi dua mesin diesel Caterpillar 3516TA, yang memberikan daya 2.820 hp dengan dua poros baling-baling. Kecepatan maksimumnya 20 knot (37 km/jam) dan memiliki jangkauan maksimum 2.500 mil laut (4.600 km) pada kecepatan 12 knot (22 km/jam), dan mampu bertahan selama 10 hari di laut. Persenjataan yang diusungnya bervariasi tergantung operasi masing-masing negara; bisa menggunakan senjata GAM-BO1 20mm, senapan mesin 7,62 mm atau 12,7 mm dan tidak terpasang secara permanen. Untuk sistem pencarian, kapal ini menggunakan radar pencarian permukaan Furuno 1011 yang beroperasi di I band.
Tujuan Australia melalui program pengadaan kapal patroli baru ini adalah untuk menggantikan 22 kapal tersebut yang sudah memasuki masa pensiun. Disebutkan 20 lebih kapal pengganti akan dibuat namun jumlah dan alokasi dana yang tepat masih akan dibahas dengan negara-negara anggota, dan kapal itu sendiri akan dibangun di bawah tender yang kompetitif. Mengingat program saat ini terdiri dari 22 kapal, maka perhitungan akhir (ditambah Timor Leste) bisa mencapai hingga 25 kapal patroli. Perkiraan biaya pembangunan adalah USD 600 juta dan ditambah biaya pengoperasiannya selama 30 tahun sekitar USD 1,46 miliar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar