Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un berpidato di depan pasukan militernya |
“Bishop tidak lebih dari antek AS yang melaksanakan kebijakan bermusuhan,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Korut. ”Korut tidak akan pernah memaafkan, dan akan tegas menghukum siapa saja yang berani memfitnah martabat pemimpin tertinggi,” lanjut pernyataan itu, seperti dikutip news.com.au, Senin (23/6/2014).
Kemarahan rezim Pyongyang itu dipicu komentara Bishop dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Voice of America, yang mengkritik Jong-un sebagai pemimpin yang berambisi memperoleh senjata nuklir.
Bishop kala itu, mengatakan bahwa ia memiliki kekhawatiran yang sangat serius dengan kebijakan Kim Jong-un. ”Kim tidak bisa mengklaim legitimasi sebagai pemimpin ketika rezimnya menentang standar internasional,” ucap Bishop.
Bishop mendesak pemimpin muda Korut itu untuk meninggalkan senjata atom dan menghormati hak asasi rakyatnya. Atas komentar itu, rezim Pyongyang marah dan menolak kritik Bishop. Sebab, Jong-un dianggap sebagai bagian dari dinasti yang telah memerintah Korut sejak negara itu berdiri tahun 1948. (Sindo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar