Rabu, 16 September 2015

Kisah Tony Abbott digulingkan Malcolm Turnbull



Kisah Tony Abbott digulingkan Malcolm Turnbull
Malcolm Turnbull (kiri) menjadi Perdana Menteri Australia kelima dalam delapan tahun setelah Partai Liberal berkuasa (REUTERS/Stringer)
Jakarta (ANTARA News) - Tony Abbott pernah melukiskan krisis politik Februari silam sebagai pengalaman yang nyaris membuatnya mati saat dia baru saja memasuki bulan ke-17 menjabat Perdana Menteri Australia.

Saat itu dia menghiba kepada partainya, Partai Liberal, untuk memberi dia waktu manakala dia nyaris saja digulingkan.

Tapi kini Abbott sudah kehabisan waktu.

14 September kemarin Malcolm Turnbull mundur dari menteri dalam kabinet Abbott, lalu mengumumkan menantang Abbott sebagai pemimpin Partai Liberal.

Kemudian para anggota parlemen Partai Liberal menggelar pemilihan dan mayoritas memilih Turnbull dalam pemilihan di mana Turnbull didukung 54 suara sedangkan Abbott 44 suara.



Akibatnya, Turnbull pun menjadi Perdana Menteri baru Australia.

Kepempimpin Abbott terus menghadapi guncangan dan akibatnya selama lebih dari setahun koalisi pemerintahan Liberal-Nasional terus-terusan ditempel kubu oposisi Partai Buruh dalam berbagai jajak pendapat.

Satu jajak pendapat awal September ini menempatkan Partai Buruh delapan persen di depan Liberal sehingga sudah cukup untuk menumbangkan pemerintah dengan menggelar pemilu, hanya dalam kurun setahun lebih.

Pendekatan ngotot dan penilaian politik yang buruk dari Abbott telah membuatnya menjauhkan diri dari banyak pemilih sehingga satu survei belakangan ini menyebutkan 41 persen rakyat Australia lebih memilih Turnbull sebagai pemimpin Liberal, sedangkan Abbott hanya 15 persen.

Kalangan internal Liberal merasa akan merugikan partainya jika Abbott terus bertahan, sehingga setelah Don Randall gagal menggulingkan Abbott Februari lalu, mereka kembali bermanuver dengan mengusung Turnbull. Dan kali ini berhasil.

Pada sebuah jumpa pers, Turnbull menyerang keras kapasitas Abbott dalam memimpin Australia.

Sementara itu, dalam saat bersamaan, Julie Bishop, menteri luar negeri dan wakil ketua Partai Liberal, berkata kepada Abbott bahwa dia akan mendukung Turnbull.

Kini Bishop bertahan sebagai wakil Turnbull.

Perseteruan Turnbull versus Abbott juga menjadi persaingan dalam menentukan arah politik partai ini di masa depan.

Abbott berada di kubu sayap kanan konservatif Partai Liberal, sebaliknya Turnbull mewakili kalangan progresif liberal yang mendukung sejumlah isu yang ditentang Abbott, antara lain pernikahan sesama jenis dan mengubah Australia menjadi republik.

Pertarungan antara keduanya sudah sering terjadi. Abbott sendiri pernah menurunkan Turnbull dari jabatan pemimpin Liberal dengan hanya selisih satu suara pada akhir 2009.

Yang jelas, Abbott atau Turnbull, posisi Partai Buruh semakin kuat pada pemilu mendatang, dan ini merongrong Partai Liberal.

sumber: The Economist

Tidak ada komentar:

Posting Komentar