Inggris hendak memperkuat pertahanan jaringan internet dengan menambah
jumlah tentara cyber (siber). Menteri Pertahanan Inggris Philip Hammond
mengatakan akan merekrut ratusan tentara siber dalam tim yang disebut
Joint Cyber Reserve. Tim ini terdiri atas para peretas, pemrogram, dan
ahli internet yang ditugaskan untuk memata-matai secara online,
sekaligus menjaga keamanan jaringan internet dari segala serangan.
Pemerintah akan menaikkan anggaran pertahanan dalam ruang siber.
"Tahun lalu pertahanan siber kita memblokir sekitar 400.000 ancaman siber yang berbahaya terhadap internet dan pemerintah. Ancaman itu nyata," ujar Hammond seperti dikutip Reuters, Senin (30/9/2013).
Joint Cyber Reserve akan bekerja sama dengan beberapa lembaga Inggris, termasuk Departemen Pertahanan dan Markas Pusat Komunikasi Pemerintah Inggris. "Membangun pertahanan siber saja tidak cukup," tutur Hammond. "Inggris akan membangun kemampuan khusus untuk melakukan serangan balik di dunia maya, dan jika perlu melakukan serangan."
Ia tak mengatakan secara jelas serangan itu berasal dari mana. Namun, sumber-sumber dari Pemerintah Inggris mengindikasikan bahwa sejumlah besar serangan berasal dari China dan Rusia. Secara terpisah, Hammond mengatakan kepada surat kabar Mail bahwa serangan siber dari Inggris dapat menonaktifkan komunikasi musuh, senjata nuklir dan bahan kimia, pesawat, kapal, serta perangkat keras lainnya. "Pasukan kami dapat menggunakan senjata siber bersama senjata konvensional dalam konflik di masa mendatang," ujarnya.
Pada Juli lalu, sekelompok anggota parlemen Inggris mengatakan bahwa negara itu kalah dalam pertempuran serangan internet. Setidaknya, para peretas dari 25 negara memilih Inggris sebagai target utama mereka.
"Tahun lalu pertahanan siber kita memblokir sekitar 400.000 ancaman siber yang berbahaya terhadap internet dan pemerintah. Ancaman itu nyata," ujar Hammond seperti dikutip Reuters, Senin (30/9/2013).
Joint Cyber Reserve akan bekerja sama dengan beberapa lembaga Inggris, termasuk Departemen Pertahanan dan Markas Pusat Komunikasi Pemerintah Inggris. "Membangun pertahanan siber saja tidak cukup," tutur Hammond. "Inggris akan membangun kemampuan khusus untuk melakukan serangan balik di dunia maya, dan jika perlu melakukan serangan."
Ia tak mengatakan secara jelas serangan itu berasal dari mana. Namun, sumber-sumber dari Pemerintah Inggris mengindikasikan bahwa sejumlah besar serangan berasal dari China dan Rusia. Secara terpisah, Hammond mengatakan kepada surat kabar Mail bahwa serangan siber dari Inggris dapat menonaktifkan komunikasi musuh, senjata nuklir dan bahan kimia, pesawat, kapal, serta perangkat keras lainnya. "Pasukan kami dapat menggunakan senjata siber bersama senjata konvensional dalam konflik di masa mendatang," ujarnya.
Pada Juli lalu, sekelompok anggota parlemen Inggris mengatakan bahwa negara itu kalah dalam pertempuran serangan internet. Setidaknya, para peretas dari 25 negara memilih Inggris sebagai target utama mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar