Kamis, 30 Oktober 2014

Pengawas PBB kutuk Israel



Pengawas PBB kutuk Israel
ilustrasi Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api setelah serangan udara Israel yang menghantam gedung Kementerian Dalam Negeri Hamas di Kota Gaza. (REUTERS/Mohammed Salem)
Jenewa (ANTARA News) - Pengawas hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Kamis mendesak Israel menghormati hak Palestina dan menuntut negara itu menyelidiki pelanggaran selama serangan berulang terhadap Gaza.


Dengan ketegangan melonjak di Yerusalem Timur, dan berbulan-bulan bentrokan hampir tiap hari, Panitia Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Kamis menerbitkan kesimpulan ulasannya pada awal bulan ini atas catatan hak asasi manusia Israel.

Panitia itu menyesalkan hukuman penghancuran terus-menerus rumah warga Palestina di Tepi Barat, kekerasan berlebihan oleh Pasukan Pertahanan Israel dan mencela penggunaan penyiksaan dan perlakuan buruk terhadap warga Palestina, termasuk anak-anak, di tahanan Israel.

Badan dunia itu juga mengutuk penyitaan dan perampasan terus-menerus tanah Palestina serta pembatasan warga Palestina di wilayah jajahan, termasuk Yerusalem Timur.

Badan itu, yang mengawasi aturan dunia tentang hak warga dan politik dan menyampaikan ulasan berkala kepada pemerintah, juga menyuarakan keprihatinan atas dugaan pelanggaran hak asasi selama tiga gerakan tentara Israel di Gaza sejak akhir 2008, termasuk perang hampir dua bulan pada musim panas ini, yang menewaskan hampir 2.200 terutama orang, terutama warga Palestina dan 73 di Israel, sebagian besar tentara.

Israel harus memastikan bahwa semua pelanggaran hak asasi manusia selama gerakan tentaranya di Jalur Gaza pada 2008-2009, 2012 dan 2014 diselidiki secara menyeluruh, efektif, mandiri dan tidak memihak, kata panitia berpusat di Jenewa itu dalam kesimpulannya.

Badan itu menuntut pelaku, terutama yang di komando, dituntut dan dihukum dan korban serta keluarga mereka dipulihkan.

Lembaga itu mengecam pengucilan berkelanjutan Israel atas Gaza, menyesalkan bahwa pengucilan itu berdampak buruk terhadap akses Palestina ke semua layanan dasar dan kehidupan, seperti, makanan, kesehatan, listrik, air dan kebersihan.

Tanggapan panitia itu muncul saat ketegangan meningkat sejak perang Gaza dimulai pada Juli sesudah polisi Israel pada Kamis menembak mati seorang Palestina, dicurigai berupaya membunuh pegiat garis keras untuk hak doa Yahudi di masjid Al-Aqsa, Yerusalem.

Dalam upaya menghindari ketegangan lebih lanjut, Israel memerintahkan penutupan gugus Al-Aqsa bagi semua pengunjung, yang memicu kemarahan Presiden Palestina Mahmud Abbas, yang menggambarkannya sebagai pernyataan perang.


antaranews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar