ANKARA-(IDB) : Negara anggota NATO, Turki, memilih
sebuah perusahaan China yang telah terkena sanksi AS untuk membuat
sistem pertahanan rudal jarak jauh senilai US$ 4 miliar, menyingkirkan
tawaran dari Rusia, perusahaan-perusahaan Eropa lainya dan Amerika
Serikat sendiri, Reuters melaporkan.
Menteri Pertahanan Turki mengumumkan keputusan untuk memberikan kontrak
kepada China Precision Machinery Import and Export Corp (CPMIEC) pada
hari Kamis kemarin dalam sebuah pernyataannya. Namun tidak disebutkan
biaya sebesar US$ 4 miliar tersebut untuk berapa sistem pertahanan
rudal.
Pada bulan Februari lalu, Amerika Serikat memberikan sanksi kepada CPMIEC karena melanggar sanksi yang diberikan kepada negara-negara yang diberi sanksi seperti Iran, Korea Utara dan Suriah. Tidak jelas apa yang telah dilakukan oleh CPMIEC sehingga harus mendapatkan sanksi dari AS. Sebelumnya CPMIEC juga terkena sanksi AS. Pada tahun 2003, Washington mengatakan pihaknya memperpanjang sanksi pada CPMIEC untuk penjualan senjata kepada Iran. Menurut Reuters, pejabat dari CPMIEC sendiri tidak bisa dihubungi perihal sanksi Amerika Serikat ini.
Turki, yang memiliki kekuatan deployable (penyebaran) militer terbesar kedua dalam aliansi NATO, belum memiliki sistem pertahanan rudal jarak jauh sendiri, namun NATO sebelumnya telah mengerahkan sistem pertahanan rudal Patriot (buatan AS) pada tahun 2012.
Sistem pertahanan rudal yang dijual oleh CPMIEC adalah FD-2000 (versi ekspor dari HQ-9), sistem rudal ini mengalahkan penawaran sistem Patriot (AS), S-400 (Rusia) dan Eurosam Samp-T (Perancis-Italia).
Raytheon Co, yang membangun sistem rudal Patriot, mengatakan pihaknya telah diberitahu perihal keputusan Turki ini, dan berharap mendapatkan penjelasan segera dari Turki. Dikatakan ada sekitar 200 unit Patriot yang dikerahkan di 12 negara, termasuk Turki.
"NATO sejak lama menggunakan sistem itu (Patriot), menyebarkan Patriot di lima negara aliansi dan pada tahun 2012, juga menyebarkan Patriot (di Turki) atas permintaan Turki. Mengingat kerjasama yang kuat (selama) ini, kami berharap bisa menerima penjelasan mengenai keputusan (Turki) ini," Reuters mengutip pernyataan Mike Doble, juru bicara Raytheon.
Pada bulan Februari lalu, Amerika Serikat memberikan sanksi kepada CPMIEC karena melanggar sanksi yang diberikan kepada negara-negara yang diberi sanksi seperti Iran, Korea Utara dan Suriah. Tidak jelas apa yang telah dilakukan oleh CPMIEC sehingga harus mendapatkan sanksi dari AS. Sebelumnya CPMIEC juga terkena sanksi AS. Pada tahun 2003, Washington mengatakan pihaknya memperpanjang sanksi pada CPMIEC untuk penjualan senjata kepada Iran. Menurut Reuters, pejabat dari CPMIEC sendiri tidak bisa dihubungi perihal sanksi Amerika Serikat ini.
Turki, yang memiliki kekuatan deployable (penyebaran) militer terbesar kedua dalam aliansi NATO, belum memiliki sistem pertahanan rudal jarak jauh sendiri, namun NATO sebelumnya telah mengerahkan sistem pertahanan rudal Patriot (buatan AS) pada tahun 2012.
Sistem pertahanan rudal yang dijual oleh CPMIEC adalah FD-2000 (versi ekspor dari HQ-9), sistem rudal ini mengalahkan penawaran sistem Patriot (AS), S-400 (Rusia) dan Eurosam Samp-T (Perancis-Italia).
Raytheon Co, yang membangun sistem rudal Patriot, mengatakan pihaknya telah diberitahu perihal keputusan Turki ini, dan berharap mendapatkan penjelasan segera dari Turki. Dikatakan ada sekitar 200 unit Patriot yang dikerahkan di 12 negara, termasuk Turki.
"NATO sejak lama menggunakan sistem itu (Patriot), menyebarkan Patriot di lima negara aliansi dan pada tahun 2012, juga menyebarkan Patriot (di Turki) atas permintaan Turki. Mengingat kerjasama yang kuat (selama) ini, kami berharap bisa menerima penjelasan mengenai keputusan (Turki) ini," Reuters mengutip pernyataan Mike Doble, juru bicara Raytheon.
Made in China
CPMIEC pada dasarnya tidak membuat rudal sendiri. Yang membuatnya adalah
dua produsen besar China yaitu China Aerospace Science and Technology
Corp (CASC) dan China Aerospace Science and Industry Corp (CASIC). CASC
membuat rudal balistik antarbenua, sementara CASIC fokus pada
pengembangan rudal jarak pendek dan menengah.
Setelah mengalami kenaikan anggaran milter secara signifikan dalam 1 dekade ini, dan suntikan dana untuk kontraktor lokal (China), para analis mengatakan bahwa alutsista buatan China kini sudah sebanding dengan persenjataan Rusia atau Barat.
Pada tahun lalu, China menjadi pemasok senjata terbesar kelima di dunia yaitu untuk 5% pasar global, dan pembeli terbesarnya adalah Pakistan, hal ini dicatat oleh Stockholm International Peace Research Institute.
Pernyataan Menteri Pertahanan Turki Ismet Yilmaz juga menyebutkan pembatalan kontrak untuk memproduksi enam kapal korvet oleh Koc Holding (KCHOL.IS), konglomerat terbesar Turki. Namun ada kontrak baru untuk pembangunannya yaitu dua kapal akan diselesaikan oleh galangan kapal Angkatan Laut Turki dan pembangunan empat kapal sisanya akan ditenderkan segera.
Setelah mengalami kenaikan anggaran milter secara signifikan dalam 1 dekade ini, dan suntikan dana untuk kontraktor lokal (China), para analis mengatakan bahwa alutsista buatan China kini sudah sebanding dengan persenjataan Rusia atau Barat.
Pada tahun lalu, China menjadi pemasok senjata terbesar kelima di dunia yaitu untuk 5% pasar global, dan pembeli terbesarnya adalah Pakistan, hal ini dicatat oleh Stockholm International Peace Research Institute.
Pernyataan Menteri Pertahanan Turki Ismet Yilmaz juga menyebutkan pembatalan kontrak untuk memproduksi enam kapal korvet oleh Koc Holding (KCHOL.IS), konglomerat terbesar Turki. Namun ada kontrak baru untuk pembangunannya yaitu dua kapal akan diselesaikan oleh galangan kapal Angkatan Laut Turki dan pembangunan empat kapal sisanya akan ditenderkan segera.
Sumber : Artileri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar