Menteri Imigrasi dan Perbatasan Australia Peter Dutton merasa
tersindir dengan pernyataan Kementerian Luar Negeri Indonesia yang
mengkritik negara-negara penandatangan Konvensi Pengungsi tahun 1951
namun tak bersedia menampung sementara ribuan pengungsi Rohingya.
Sementara, pada Kamis kemarin, Perdana Menteri Australia, Tony Abbott
secara terang-terangan menolak menampung ribuan imigran ilegal itu
kendati termasuk negara yang ikut meneken konvensi tersebut.
Stasiun berita ABC Australia, Sabtu 23 Mei 2015 melansir, di sisi
yang lain, Indonesia dan Malaysia yang bukan penandatangan konvensi
tersebut malah menampung sekitar 7.000 imigran ilegal yang
terapung-apung di tengah Laut Andaman. Dutton menggaris bawahi kendati
Negeri Kanguru menolak, tetapi bukan berarti mereka tak membantu sama
sekali.
“Faktanya, kami menyediakan dengan berbagai cara dukungan bagi donor
dengan nilai uang yang sangat besar bagi Organisasi Internasional untuk
Migrasi dan Badan PBB yang mengurusi isu pengungsi, UNHCR di Indonesia,”
kata Dutton.
Dia menambahkan, Australia memberikan dukungan bagi negara-negara di
kawasan. Selain itu, mereka juga memberikan dukungan yang signifikan
kepada penempatan kembali para pengungsi dari negeri ini.
Bahkan, dia menyebut Australia jauh lebih bermurah hati dengan
menggelontorkan sedemikian banyak dana melalui dua organisasi
internasional tersebut.
“Saya pikir mereka harus menerima fakta itu dan ini lah fakta-faktanya,” Dutton menambahkan.
Uniknya, ketika dimintai komentar mengenai pernyataan juru bicara
Kemlu RI, Arrmanatha Nasir, Dutton terkesan sewot dan menyebut apa yang
dilontarkan jubir tersebut tidak menggambarkan kebijakan Pemerintah
Indonesia sepenuhnya. Melainkan komentar dari satu individu tertentu.
“Saya pikir jika orang tersebut dilengkapi dengan semua data yang
ada, mereka pun juga akan segera berubah dari poisis mereka saat ini
karena dukungan yang kami berikan jumlahnya paling signifikan dari donor
mana pun di dunia ini,” kata Dutton.
Pada Kamis kemarin, Arrmanatha dimintai komentarnya mengenai
penolakan keras Australia untuk menampung ribuan imigran ilegal asal
Myanmar dan Bangladesh. PM Abbott dalam sebuah wawancara tegas
mengatakan: “tidak, tidak, tidak” seandainya Negeri Kanguru ditawari
untuk menampung ribuan pengungsi tersebut sementara waktu.
“Maaf, jika Anda ingin memulai sebuah hidup yang baru, maka Anda
harus melalui pintu depan, dan bukan melalui pintu belakang,” kata
Abbott.
Sementara, Arrmanatha berkilah tidak secara spesifik menyebut pernyataan itu ditujukan bagi Australia.
“Inti dari kalimat saya yaitu negara-negara yang menjadi pihak
penanda tangan konvensi pengungsi memiliki sebuah tanggung jawab untuk
memastikan apa yang mereka yakini apa yang telah mereka tanda tangani,”
kata Arrmanatha pada Kamis kemarin.
Dia berharap, semua negara penandatangan konvensi itu bersedia mengatasi permasalahan tersebut.
“Jika Anda menyakininya ketika menandatanganinya, maka Anda juga
harus bertindak sesuai dengan kesepakatan tersebut,” kata Arrmanatha.
Viva.co.id / JKGR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar