Minggu, 20 September 2015

Ayo Pindad, Jangan Mau Ketinggalan!

 

Ilustrasi : Anoa 8x8 (gambar hanya editan)
Ilustrasi : Anoa 8×8 (gambar hanya editan)
PINDAD (Perindustrian Angkatan Darat) sudah merupakan perusahaan pembuat senjata terkenal di Indonesia. Mulai dari senjata kecil hingga kendaraan tempur sudah mereka buat. Untuk kendaraan tempur, yang paling diunggulkan mereka adalah panser APS-3 Anoa yang merupakan panser 6×6 tipe APC (pengangkut personel) yang merupakan penyempurnaan panser APS-1 dan APS-2.

Anoa meniru desain VAB buatan Perancis, dan setidaknya sudah ada 300-an unit yang sudah dibuat. Panser ini pun menjadi panser andalan pasukan perdamaian Indonesia di berbagai dunia. Anoa berdimensi PxLxT = 6 x 2,5 x 2,1 meter, beratnya 14 ton full load, tidak memiliki kemampuan amfibi pada baselinenya, dan memiliki jarak tempuh 600 km.
Proteksinya setara STANAG 4569 level 3 (tahan 7,62 mm) dan senjatanya senjata mesin 12,7 mm atau 40 mm grenade launcher untuk pertahan diri. Namun, dibandingkan dengan negara tetangga sebenarnya panser ini sudah ketinggalan zaman, lebih inferior dalam hal desain, proteksi, mobilitas, dan daya gempur dibanding panser tetangga. Ingin tahu bagaimana spesifikasi panser negara tetangga, ayo lihat di bawah ini!
  1. Deftech AV8
Panser AV8 merupakan panser andalan Malaysia yang dibuat oleh DefTech, yaitu perusahaan pertahanan Malaysia dengan bantuan FNSS Turki dan mulai diproduksi pada tahun 2014. Panser berkonfigurasi 8×8 ini memiliki 12 versi, yang mana hampir semuanya full amphibious kecuali versi IFV 30 mm karena turret Denel LCT 30 yang digunakannya terlalu berat. Kecepatan di airnya mencapai 6 km/jam, lebih lambat dari panser FNSS Pars yang menjadi acuannya yang dapat mencapai 8 km/jam. Hal ini dikarenakan AV8 beratnya 28 ton, sedangkan Pars hanya 24 ton.
Yang lucunya, di Wikipedia tertulis kecepatan di airnya mencapai 30 km/jam. Sungguh kebohongan yang luar biasa! AV8 mampu mengangkut 14 orang didalamnya. Panser ini dapat berjalan 700 km dengan tangki penuh dan memiliki level proteksi STANAG 4569 level 3-4 (proteksi dari peluru 7,62mm AP di bagian samping dan 12,7mm di bagian depan), dimensi PxLxT = 8 x 2,7 x 2,17 meter. Panser ini juga dilengkapi V-hull (badan berbentuk V) untuk meminimalisir kerusakkan akibat ledakkan ranjau. Bisa dikatakan AV8 adalah panser paling canggih di ASEAN.
AV8 dengan Sharpshooter 25mm turret
AV8 dengan Sharpshooter 25mm turret
  1. Terrex ICV
Terrex Infantry Carrier Vehicle adalah panser 8×8 produksi ST Engineering, mulai diproduksi tahun 2006. Terrex ini merupakan panser impian PT.Pindad dan sempat dibawa ke Bandung tahun lalu. Terrex ini beratnya 25 ton dengan jarak tempuh 800 km dan proteksi armor STANAG level 3+ sampai 4. Versinya berjumlah 7 varian, antara lain APC dan IFV. Terrex diimpikan Pindad karena berkonfigurasi 8×8, full amphibious, juga desain dan level proteksi yang bagus. Terrex dapat menampung 13 orang dan kecepatan di airnya sekitar 10 km/jam.
Terrex ICV
Terrex ICV
  1. Terrex 2
Merupakan pengembangan dari Terrex, Terrex 2 lebih maju dari Terrex ICV pendahulunya. Desainnya lebih mengutamakan kemampuan amfibi di laut (bukan di sungai/danau) dan beratnya mencapai 30 ton, lebih berat dari Terrex yang hanya 25 ton. Survivabilitas melebihi AV8, karena adanya desain V over V-hull (badan berbentuk V di atas V), dimana hull V yang di bawah menampung sistem gerak dan hull V yang di atas untuk melindungi kru didalamnya dari ranjau.
Dimensinya juga lebih besar dari AV8, dengan lebar 3 sampai 4 meter dan panjang 8,5 meter (AV8 lebarnya 2,7 m dan panjangnya 8 meter). Terrex 2 dapat menampung 12 orang dan kecepatan di airnya mencapai 6 knot (11 km/jam). Persenjataannya yaitu meriam otomatis 30mm. Dengan kemampuan tersebut, Terrex akan lebih bagus dan canggih dari AV8 jika sudah diproduksi massal nanti.
Terrex 2
Terrex 2
  1. DTI 8×8 IFV
Merupakan panser IFV 8×8 buatan DTI (Defense Technology Institute) Thailand. Panser ini sedang melakukan beberapa tes uji kelayakan. Dari foto-fotonya dapat dilihat bahwa panser ini memiliki kemampuan amfibi (adanya propeller di belakang), dan nantinya akan dipasang meriam otomatis sesuai role-nya yaitu sebagai Infantry Fighting Vehicle. Belum ada keterangan lebih lanjut tentang panser ini, dan memang Thailand akhir-akhir ini mulai menggalakkan pembuatan alutsista dalam negeri, seperti UAV, IFV, dan peluncur roket (MLRS).
Panser 8x8 buatan DTI Thailand
Panser 8×8 buatan DTI Thailand

Bagaimana dengan panser Pindad?
Pindad telah mengembangkan panser Anoa 2 amfibi yang akan diluncurkan Oktober mendatang. Sebelumnya Pindad juga telah meluncurkan Anoa 2, Anoa RCWS, Anoa kanon 90 mm, dan panser Badak kanon 90 mm. Terlihat bahwa Pindad membuang-buang anggaran dengan mengembangkan produk yang tidak tepat sasaran. Anoa amfibi ditujukan untuk TNI AL yang membatalkan pembelian BTR-4 Ukraina. Namun, tidak ada jaminan TNI AL akan mengambil Anoa amfibi mengingat Anoa adalah APC bukan IFV seperti BTR-4.
BTR-4 berkonfigurasi 8×8, sedangkan Anoa 6×6. Proteksi dan persenjataan Anoa juga masih kurang dibandingkan panser negara tetangga. Akan tetapi Anoa 2 amfibi memiliki kelebihan dengan kecepatan di airnya yang mencapai  10 knot atau 18,52 km/jam, BTR-4 hanya 10 km/jam. Anoa amfibi juga dapat melakukan pivot (berputar ditempat) sewaktu berenang di air.
BTR-4 Ukraina
BTR-4 Ukraina
Sekarang, anda dapat melihat betapa inferiornya Anoa dibandingkan dengan panser negeri tetangga. Namun sisi baiknya, dirut Pindad Silmy Karim menyatakan, Pindad sedang mengembangkan panser yang fungsinya sebagai penyerang musuh (IFV).
Jadi Anoa tidak hanya melindungi diri sendiri dan kru-nya tetapi juga menyerang musuh dengan senjata yang ia miliki. Kita tunggu apakah Pindad bisa membuat panser yang berdesain revolusioner, dengan proteksi dan persenjataan yang bagus juga amfibi pada baselinenya (Anoa tidak amfibi pada baselinenya, baru 5 tahun setelah Anoa diproduksi muncullah versi Anoa 2 amfibi, sebelumnya juga pernah ada prototipe Anoa amfibi tetapi kurang diperhatikan).
Jika tidak bisa 8×8, maka 6×6 juga boleh, dengan catatan desainnya tidak ecek-ecek; Pindad dapat mencontoh (bukan meniru) VBTP-MR Guarani Brazil. Propellernya diusahakan tidak besar. Dan yang paling krusial adalah penghilangan kaca, karena setebal apapun kaca anti peluru, masih bisa ditembus sniper/anti material rifle sekaliber 12,7mm.
Oleh karena itu ganti kaca dengan periskop seperti pada panser negara tetangga (BTR-4 masih menggunakan kaca, oleh karena itu kaca tersebut menjadi kelemahannya jika bertemu IFV lain di pertempuran).
Guarani 6x6 Brazil dengan senjata 30mm. Itu bendera merah putih bukan berarti punya Indonesia ya
Guarani 6×6 Brazil dengan senjata 30mm. Itu bendera merah putih bukan berarti punya Indonesia ya
Video yang memuat pernyataan Silmy Karim tentang Anoa versi baru (IFV):
  Ditulis oleh : AutoVeron

1 komentar: