Sebelum
Wapres Jusuf Kalla mencetuskan komitmen pemerintah pemerintah untuk
mengadakan 150 panser bagi TNI AD, semua orang hanya bisa berangan-angan
mengenai konsep Infanteri Mekanis.
Bayangkan, ketika menggelar operasi keamanan di Aceh, TNI hanya mengandalkan truk Reo alias gun truck yang dipasangi plat baja dan dipersenjatai.
Ranpur yang ada VAB dan V-150 tidak dapat di maksimalkan. Keputusan ini disambut baik TNI AD, yang sudah meminta Pindad melahirkan panser mandiri saat Panglima TNI Jenderal Endrianrtono Sutarto saat itu, berkunjung ke Pindad, 14 Juli 2003.
Dilihat dari bentuk dan penggerak, tampak sekali kesamaan dengan VAB Perancis. Namun kesamaan itu berhenti pada disain dan sistem penggerak. Sementara yang lain yang membanggakan adalah seluruh kandungan bahan baku, sistem senjata dan elektronik sudah hampir 100% made in Indonesia.
Sebut saja bodi monoque yang sudah dibuat sendiri oleh Pindad, dan sistem radio UHF/VHF yang di buat PT LEN. Beberapa kelebihan lainnya, Panser Pindad dilengkapi peralatan navigasi canggih GPS dan sejumlah layar tampilan multifungsi.
Kokpit dan Kabin juga dapat dengan mudah di ubah-ubah untuk disesuaikan dengan berbagai sistem senjata dan fungsi yang akan digunakan oleh panser APS Anoa, seperti kanon anti serangan udara, panser amfibi (pansam) dan lainnya tergantung keinginan dan kebutuhan pengguna kedepannya.
Sejauh ini, sistem persenjataan panser ditumpukan pada kubah (cupola) disebelah atas kiri, yang mengadopsi SMB 12,7 mm atau pelontar granat 40 mm buatan Pindad lisensi STK Singapura.
Satu hal yang disenangi pasukan, Panser Pindad dilengkapi tiga unit AC blower, yang kebanyakan tidak terdapat pada panser sejenis (Optional). Yang mungkin harus dipikirkan kedepannya adalah menaikan kandungan lokal sampai 100% dengan memproduksi sendiri mesin yang dibutuhkan.
Terakhir, kabar yang menyebutkan sekaligus dengan munculnya prototipe Panser Kanon yang dipersenjatai kubah (CSE 90) yang menjadi rumah dari kanon Cockerill 90 mm Mk III pada pameran 2008, memberi secercah harapan. Semoga Panser Anoa kelak bisa digdaya melapaui Panser sejenis di pasaran dunia.
Bayangkan, ketika menggelar operasi keamanan di Aceh, TNI hanya mengandalkan truk Reo alias gun truck yang dipasangi plat baja dan dipersenjatai.
Ranpur yang ada VAB dan V-150 tidak dapat di maksimalkan. Keputusan ini disambut baik TNI AD, yang sudah meminta Pindad melahirkan panser mandiri saat Panglima TNI Jenderal Endrianrtono Sutarto saat itu, berkunjung ke Pindad, 14 Juli 2003.
Dilihat dari bentuk dan penggerak, tampak sekali kesamaan dengan VAB Perancis. Namun kesamaan itu berhenti pada disain dan sistem penggerak. Sementara yang lain yang membanggakan adalah seluruh kandungan bahan baku, sistem senjata dan elektronik sudah hampir 100% made in Indonesia.
Sebut saja bodi monoque yang sudah dibuat sendiri oleh Pindad, dan sistem radio UHF/VHF yang di buat PT LEN. Beberapa kelebihan lainnya, Panser Pindad dilengkapi peralatan navigasi canggih GPS dan sejumlah layar tampilan multifungsi.
Kokpit dan Kabin juga dapat dengan mudah di ubah-ubah untuk disesuaikan dengan berbagai sistem senjata dan fungsi yang akan digunakan oleh panser APS Anoa, seperti kanon anti serangan udara, panser amfibi (pansam) dan lainnya tergantung keinginan dan kebutuhan pengguna kedepannya.
Sejauh ini, sistem persenjataan panser ditumpukan pada kubah (cupola) disebelah atas kiri, yang mengadopsi SMB 12,7 mm atau pelontar granat 40 mm buatan Pindad lisensi STK Singapura.
Satu hal yang disenangi pasukan, Panser Pindad dilengkapi tiga unit AC blower, yang kebanyakan tidak terdapat pada panser sejenis (Optional). Yang mungkin harus dipikirkan kedepannya adalah menaikan kandungan lokal sampai 100% dengan memproduksi sendiri mesin yang dibutuhkan.
Terakhir, kabar yang menyebutkan sekaligus dengan munculnya prototipe Panser Kanon yang dipersenjatai kubah (CSE 90) yang menjadi rumah dari kanon Cockerill 90 mm Mk III pada pameran 2008, memberi secercah harapan. Semoga Panser Anoa kelak bisa digdaya melapaui Panser sejenis di pasaran dunia.
Panser Anoa diperlihatkan secara resmi kepada publik pada Indo Defence
& Aerosace 2008 pada tanggal 19 November hingga 22 November, 2008
setelah diperlihatkan pada parade militer TNI pada 5 Oktober 2008. Pada
30 Agustus 2008, 10 panser telah diproduksi dan akan
diproduksi sebanyak 150 buah untuk TNI Angkatan Darat untuk penugasan
Anoa pada tahun 2009. 20 Panser ini diserahterimakan ke Pemerintah
Indonesia melalui Kementrian Pertahanan, bagian dari kesepakatan dari
150 ke 40 unit saja karena krisis ekonomi. 40 Panser tersebut akirnya
dikirim sebagai komitmen PT Pindad untuk memenuhi pesanan total sebanyak
154 Panser. 33 diserahkan kepada Kementrian Pertahanan pada 13 Januari 2010.
Pindad telah menerima suntikan dana pinjaman dari Bank Mandiri, Bank
BNI 46 dan Bank BRI sebagai bagian dari pembayaran untuk manufaktur
Panser-Panser tersebut
Anoa 4x4 |
Semenjak
9 April 2010 13 buah Anoa telah digunakan untuk mengawal misi
perdamaian PBB di Lebanon bersama Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen
Garuda XXIII-D/UNIFIL . Anoa 6x6 maupun 4x4 biasa digunakan untuk
pengawalan kegiatan-kegiatan penting negara. Pada 15 November 2011 Anoa
varian 6x6 yang menggunakan persenjataan Senapan Mesin Berat 7.62 mm
digunakan sebagai kendaraan tempur untuk patroli dan penjagaan ring pada
acara KTT ASEAN di Nusa Dua, Bali. ANOA juga dipakai oleh Paspampres
untuk pengawalan kunjungan-kunjungan Presiden. Selain kegiatan resmi,
ANOA juga dipakai untuk pengamanan car-free day di Bundaran HI.
Spesifikasi :
Pabrik : PT. Pindad, Indonesia
Berat Tempur : 14 ton
Panjang : 6 meter
Lebar : 2,5 meter
Tinggi : 2,9 meter
Kru : 3 + 10 personel
Mesin : Renault MIDR 062045 inline 6 cylinder turbo-charged diesel
Transmisi : Automatic, ZF S6HP502, 6 forward, 1 reverse
Suspensi : Independent suspension, torsion bar
Kapasitas BBM : 200 liter
Jarak Tempuh : 600 Km
Kecepatan Max : 90 Km/jam ; 2,2 meter / detik di air
Senjata : 7, 62 mm GPMG / 12, 7 mm M2HB / 40 mm Grenade launcher
Berat Tempur : 14 ton
Panjang : 6 meter
Lebar : 2,5 meter
Tinggi : 2,9 meter
Kru : 3 + 10 personel
Mesin : Renault MIDR 062045 inline 6 cylinder turbo-charged diesel
Transmisi : Automatic, ZF S6HP502, 6 forward, 1 reverse
Suspensi : Independent suspension, torsion bar
Kapasitas BBM : 200 liter
Jarak Tempuh : 600 Km
Kecepatan Max : 90 Km/jam ; 2,2 meter / detik di air
Senjata : 7, 62 mm GPMG / 12, 7 mm M2HB / 40 mm Grenade launcher
Berikut foto Anoa berserta variannya :
Perlindungan
yang diberikan oleh lapisan baja dan rangka Anoa memiliki tingkat
STANAG 3, yang berarti bisa menahan peluru kinetis hingga 7.62x51 mm Armor Piercing
standar NATO dari jarak 30 meter dengan kecepatan 930 m/s serta bisa
menahan ledakan ranjau hingga massa 8 kg di bagian roda gardan dan di
tengah-tengah badan.
★ Varian ekspor
Malaysia
berminat untuk membeli sejumlah ANOA dari PT Pindad dan diberi nama
Rimau yang berarti harimau dalam Bahasa Melayu. Tidak jelas apa
perbedaan dari varian ANOA 6x6 yang standar, kemungkinan besar perbedaan
ada pada mesin yang tidak lagi menggunakan mesin Renault tetapi
menggunakan mesin Mercedes yang kapasitasnya sama-sama 7000 cc dan 320
tenaga kuda. Diberitakan tahun 2011, Malaysia akan membeli 32 unit Anoa dengan sedikit modifikasi menurut keinginan pengguna.
Selain itu beredar berita bahwa Oman dan Brunei tertarik dengan panser ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar