Pernyataan keras ini adalah penegas bagi kecurigaan Iran terhadap Barat kendati baik Teheran maupun Washington kini sama-sama berpandangan kaum militan Sunni garis keras itu sebagai musuh bersama mereka.
"Amerika, Zionisme, dan khususnya veteran pakar penyebar perpecahan, yakni pemerintah durjana Inggris, telah dengan tajam meningkatkan upaya mereka menciptakan perpecahan antara Sunni dan Syiah," kata dia dalam lamannya pada pidato merayakan hari libur keagamaan Syiah.
ISIS yang oleh masyarakat Arab disebut dalam akronim Daish, telah menguasai bagian besar wilayah Suriah yang tercabik-cabik perang dan Irak dalam beberapa bulan terakhir.
Kendati bermusuhan sejak lama, Iran yang Syiah dan Amerika Serikat sama-sama menentang kaum militan ISIS dan memiliki kelompok-kelompok lokal bersenjata yang memerangi ISIS. Kendati demikian, para pejabat senior kedua negara membantah rencana menjalin kerjasama.
"Mereka (AS dan Inggris) menciptakan Alqaeda dan Da'ish dalam rangka menciptakan perpecahan dan untuk memerangi Republik Islam (Iran), tetapi kini mereka berbalik melawan mereka (ISIS)," kata Khamenei.
AS bersama dengan sejumlah monarki Arab Sunni melancarkan kampanye serangan udara terhadap ISIS di Suriah pada 23 September.
Negara-negara Barat lain, termasuk Inggris, juga ambil bagian dalam pemboman terhadap posisi-posisi ISIS di Irak.
Tuduhan Khamenei ini disampaikan dengan merujuk dukungan Barat terhadap pasukan pemberontak yang memerangki sekutu dekat Teheran, yakni Presiden Suriah Bashar-al Assad. Kelompok garis keras pemberontak Suriah telah menjadi unsur militer pemberontak yang paling kuat.
Iran juga meyakini Amerika Serikat dan Inggris telah menggunakan ancaman para militan Islam sebagai pembenar bagi kehadiran mereka di kawasan Timur Tengah.
"Pandangan cermat dan analitis belakangan mengungkapkan bahwa AS dan sekutu-sekutunya, dengan alasan yang dikaburkan untuk melawan Daesh, berusaha menciptakan perpecahan dan permusuhan di antara kaum muslim ketimbang menghancurkan akar penyebab teroris sekarang ini," kata Khamenei.
"Syiah dan Sunni mesti mengetahui bahwa setiap tindakan atau komentar, termasuk saling menghina, mengantarkan kepada sensitivitas yang makin menjadi dan menyulut api. Ini jelas musuh bersama semua muslim."
Kritik Khamenei ini menjadi titik balik dari pencairan hubungan Inggris-Iran yang belakangan terjadi ketika Presiden Hassan Rouhani bertemu dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron di New York September lalu yang dikecam kelompok garis keras di Iran.
Pertemuan terjadi setelah selama berdekade-dekade hubungan kedua negara memburuk ketika Inggris menutup kedutaan besarnya di Teheran setelah mahasiswa garis keras menyerbu kedubes Inggris itu pada November 2011.
Juni tahun ini Inggris telah memutuskan untuk membuka kembali fasilitas itu namun kedutaan besar belum membuka kembali pintu pelayanannya.
antaranews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar