Menteri Pertahanan Israel Moshe Yaalon dan Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel dalam beberapa hari belakangan menuntaskan ketentuan bagi Israel untuk memiliki sejumlah pesawat, kata laporan itu.
Harian Israel tersebut menyatakan pemerintah terdahulu pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membuat keputusan untuk melengkapi Angkatan Udaranya dengan sebanyak tiga skadron F-35.
Kementerian Pertahanan di Tel Aviv tak bersedia memberi komentar, kata Xinhua, di Jakarta, Rabu pagi.
Pesawat F-35 Joint Strike Fighter, yang dikembangkan dan diproduksi oleh Lockheed Martin Corporation, merupakan pesawat generasi kelima dengan kemampuan "stealth" yang membuatnya nyaris tak terlihat di radar yang dioperasikan oleh militer modern. Spesifikasi itu dapat memudahkan Israel menyerang instalasi nuklir Iran.
Dengan mengutip kebutuhan untuk menjamin keunggulan kualitas militernya di wilayah tersebut, Israel memerintahkan pembelian pertama 19 jet F-35 dalam kesepakatan bernilai 2,75 miliar dolar AS yang ditandatangani pada 2012 dan meliputi persetujuan Pentagon untuk menjual sebanyak 55 lagi jet F-35.
Pengiriman skadron pertama, yang akan beroperasi dari Pangkalan Udara Nevatim di bagian selatan Israel, dijadwalkan dilakukan pada 2016-18, sedangkan skadron kedua dapat beroperasi pada 2019, kata laporan The Jerusalem Post.
Surat kabar tersebut juga mengutip beberapa sumber pertahanan Israel yang mengatakan dicapainya kontrak bagi pengiriman kedua pesawat itu memiliki syarat persetujuan satu komite menteri bagi pembelian alat pertahanan.
antaranews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar