Mengikuti jejak TNI AL, TNI AU juga melirik Ukraina
sebagai salah satu negara pemasok untuk alutsista. Sayangnya akibat konflik
yang berkecamuk, TNI AL lewat Kementerian Pertahanan kemudian membatalkan
pesanan panser amfibi BTR-4. Tapi mungkin karena situasi kian kondusif, kini
TNI AU tengah melirik berbagai produk militer dari Ukraina.
Kabar ini datang dari Ukroboronprom, perusahaan plat merah di Ukraina yang bergerak di bidang pertahanan.
Kabar ini datang dari Ukroboronprom, perusahaan plat merah di Ukraina yang bergerak di bidang pertahanan.
Beberapa waktu lalu, delegasi perwakilan dari Staf
Umum TNI mengunjungi Ukroboronprom untuk melihat industri pertahanan Ukraina di
sektor aviasi, roket dan artileri. Dikutip dari Janes.com (28/12/2014), kedua
belah pihak telah melakukan pembicaraan pada awal Desember 2014 dan mengangkat
peluang perdagangan bidang pertahanan antar kedua negara diikuti dengan
pembentukan fasilitas produksi bersama di Indonesia. Ukroboronprom mengatakan
mereka ingin berpartisipasi dalam tender pasokan logistik persenjataan untuk
TNI AU.
Platform sistem senjata menjadi perhatian utama
TNI-AU, dalam hal ini termasuk air-to-air missile dan sistem ESM. Pihak TNI
sendiri nampaknya sangat tertarik dengan Kolchuga, sistem radar mobile
pendeteksi ancaman dari udara dengan platform truk.
Kolchuga berupa sensor radar pasif yang
dikembangkan dari sistem ESM (Electronic Support Measures) asal Rusia yang
kemudian di produksi oleh Ukraina. Walau sering disebut Kolchuga Radar, namun
sebenarnya sistem ESM yang terdiri dari tiga atau empat receiver ini
ditempatkan puluhan kilometer secara terpisah untukmendeteksi dan melacak
pesawat dengan triangulasi dan multi lateration emisi frekuensi radio. Dalam
moda deteksi line of sight plus dukungan power transmisi, jangkauan deteksi
radar ini bisa mencapai 800 km.
Sistem yang ditawarkan menyediakan identifikasi,
peringatan dini dan lokasi dari semua emisi frekuensi radio yang ada di darat,
laut maupun udara, dan hebatnya Kolchuga mampu mendeteksi pesawat tempur
berteknologi siluman (stealth). Bila nantinya TNI AU jadi mengakuisisi jenis
radar ini, maka secara langsung akan memperkuat etalase jejaring radar taktis
tempur Kohanudnas. TNI AU saat ini mengoperasikan radar mobile Smart Hunter
untuk mendukung operasional rudal SAM MANPADS QW-3. Sementara Arhanud TNI AD
punya radar mobile Giraffe untuk mendukung operasi rudal RBS-70. Ada lagi radar
SR74 yang dipadukan dengan peluncur rudal QW-3 berplatform truk.
R-27 milik AU Cina dalam proses loading |
Selain Kolchuga, kabarnya delegasi TNI juga tertarik untuk mengakuisisi rudal Vympel R-27, sebuah rudal jenis medium-to-long-range air-to-air missile yang telah dikembangkan sejak era Uni Soviet pada tahun 80-an. Seperti biasa, rudal ini juga diproduksi Ukraina atas dasar lisensi dari Rusia. (Deni Adi|Indomiliter)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar