Mock up N219 |
Menteri Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir meminta PT Dirgantara
Indonesia untuk segera menghitung kebutuhan dana untuk memproduksi
pesawat N219, sehingga pada saatnya pemerintah dapat mengalokasikan
anggaran untuk penyertaan modal negara (PMN).
Hal itu menunjukan
komitmen pemerintah yang sejak awal berjanji akan mengawal produksi
pesawat tersebut dari hulu hingga hilir. Nasir menegaskan, sebelumnya
pemerintah sudah menggelontorkan dana sekitar Rp 110 miliar untuk riset
pengembangan purwarupa N219 yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN).
"Rencananya kami
akan mengucurkan dana tambahan sekitar Rp 89 miliar lagi untuk
menyelesaikan seluruh riset purwarupa N219," katanya seusai rapat
koordinasi di Gedung Pusat Manajemen PT DI, Jln Pajajaran Kota Bandung,
Selasa (20/1/2015) petang.
Menurut Nasir,
Presiden Joko Widodo mengharapkan seluruh kegiatan pengembangan N219
rampung semua pada 2017. Namun pihaknya tengah melakukan percepatan agar
pesawat tersebut sudah bisa masuk di pasaran pada 2016. Targetnya, pada
Agustus 2015 pesawat N219 yang sudah dirakit penuh sudah bisa
dikeluarkan dari hanggar (roll out) untuk diuji sebelum terbang dan pada
akhir 2015 uji terbang akan dilakukan untuk sertifikasi oleh
Kementerian Perhubungan.
Nasir optimistis
pesawat N219 bisa menjadi awal bangkitnya kedirgantaraan Indonesia.
Soalnya selain dikawal pemerintah dari hulu hingga hilir, pesawat kecil
berkapasitas 19 penumpang itu menjadi incaran banyak maskapai yang
melayani rute penerbangan antar kota di daerah terpencil Indonesia
seperti Aceh, Papua dan beberapa daerah lain.
"Di seperti itu
perjalanan darat bisa 12 jam, kalau dengan pesawat kecil bisa 45 menit.
Ini menjadi peluang bagi maskapai yang melayani rute jarak dekat dan itu
menjadi pangsa pasar bagi N219," ujarnya.
Optimisme serupa
disampaikan Direktur PT DI Budi Santoso. Ia mengatakan bahwa saat ini
sudah ada pesanan sektiar 200 unit N219 dari berbagai maskapai lokal dan
mancanegara. Beberapa diantaranya adalah Nuansa Buana Airlines dan Lion
air.
"Kami juga mendapat pesanan dari TNI angkatan laut dan maskapai asal Thailand," ucapnya.
Dari jumlah itu,
kata Budi, setidaknya ada 24 unit yang sudah pasti membeli. Sementara
sisanya masih belum terikat kontrak. Ia mengaku PT DI sendiri tak mau
buru-buru mengambil kontrak sebelum pesawatnya sudah tersertifikasi dan
bisa terbang sesuai purwarupa yang dibuat. Jika sudah, PT DI menargetkan
bisa memproduksi paling sedikit 24 unit N219 setiap tahunnya. Sementara
itu Chief Engineer N219 Palmana Banandi mengatakan, pihaknya banyak
belajar dari kegagalan proyek N250 yang tak diproduksi massal dan masuk
pasar setelah purwarupa sukses diterbangkan.
"Dulu N250 masih
melibatkan orang asing, jadi ketika mereka pergi kami kewalahan.
Sekarang N219 dari awal sepenuhnya dibuat oleh anak bangsa. Kami yakin
bisa membuat pesawat ini masuk pasaran," katanya.
Menurut Palmana,
N219 sendiri dirancang dengan teknologi yang jauh lebih canggih dari
N250. Selain itu perhitungan beratnya pun sudah sangat matang. Ia
mengakui bahwa N250 dulu sempat kelebihan berat karena beberapa
materilnya. Akibatnya, berat pesawat total dengan penumpang melebihi
berat yang ditetapkan agar pesawat itu bisa terbang dengan baik.
Selain itu, N210
dirancang dengan menggunakan glass cockpit yang seluruh panelnya sudah
berbasis LCD. Begitu juga dengan radar cuaca sudah menggunakan G1000
yang banyak digunakan pada pesawat komersil kecil dan besar saat ini.
Radar tersebut mampu mendeteksi keberadaan awan Cumulonimbus (Cb) yang
menyebabkan kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 beberapa waktu lalu.
"Meskipun pesawat
ini dirancang untuk penerbangan komersil pada ketinggian jelajah 10.000
kaki, namun bisa menjelajah sampai 24.000 kaki jika dibutuhkan untuk
kegiatan SAR. Oleh karena itu, radar cuaca G1000 akan sangat membantu
mendeteksi awan Cb. Jika awannya tipis, maka pesawat diperbolehkan
menembus, namun jika tebal radar akan menginstruksikan secara dini untuk
menghindari awan tersebut," tutur Palmana.(Handri Handriansyah/A-89)***
Sumber: Pikiran Rakyat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar