Senin, 25 Agustus 2014

Jumlah Kapal Selam AS akan Menurun, Bagaimana Bisa Terus Mendominasi Pasifik?


Kapal selam Kelas Virginia AS

Armada kapal selam Angkatan Laut Amerika Serikat saat ini merupakan yang tercanggih di dunia, banyak disebarkan di kawasan Asia Pasifik.

Ketika beroperasi di wilayah konflik internasional, kapal-kapal selam AS akan bertugas mengumpulkan data intelijen, melindungi kapal permukaan dan menerjunkan tim NAVY SEAL dengan kemungkinan terdeteksi kecil.

Namun ada satu hal yang kini menjadi masalah armada kapal selam AS, yaitu usia dan dana. Di tahun-tahun mendatang, jumlah kapal selam serang Angkatan Laut AS akan terus menyusut dari saat ini 55 unit menjadi 41 unit pada tahun 2028, yang rencananya penurunan ini akan diimbangi dengan produksi kapal selam baru. Masalah tampaknya tuntas, namun ketika pada saatnya nanti AS berhasil mengakuisisi 22 kapal selam Kelas Virginia yang masing-masing senilai USD 2 miliar itu pada tahun 2028, ternyata sudah banyak pula kapal selam Kelas Los Angeles yang dibangun antara tahun 1970-1980 an yang sudah pensiun.

Pada tahun 2020, 14 kapal selam rudal balistik Angkatan Laut AS juga perlu diganti. Sampai pada masalah ini, belum seorang pun baik di Kongres AS atau Pentagon yang tahu darimana mereka bisa mendapatkan dana untuk membangun 12 kapal selam pengganti yang taksiran biayanya mencapai USD 95 miliar.

Apakah misi-misi kapal selam AS juga akan menurun seiring penurunan jumlahnya? Sukar untuk menebak efek dari kekurangan kapal selam terhadap misi rutin Angkatan Laut AS, karena kabar misi-misi mereka bukan untuk konsumsi publik. Namun ada juga yang diketahui soal penyebaran armada kapal selam AS selama beberapa tahun terakhir, salah satunya misi rutin ke Laut China Selatan, dimana transit perdagangan AS disini senilai USD 1,2 triliun. Selain itu, laut ini juga menjadi pusat ketegangan dan konflik antara China dengan beberapa sekutu dan mitra AS.

Realitas soal menurunnya kapal selam AS beberapa tahun ke depan tentu akan memicu skeptisisme negara-negara di kawasan Asia Pasifik mengenai apakah AS akan mampu mempertahankan Asia Pasifik sebagai prioritas jangka panjang mereka, sebagaimana yang telah diungkapkan para pemimpin Pentagon.

Keraguan juga muncul akibat anggaran pertahanan AS yang saat ini dalam kondisi sengsara. Kongres AS juga belum menemukan solusi bagaimana mengatasi pemotongan anggaran pertahanan yang secara otomatis sudah menyebabkan AS menurunkan jumlah misi-misi militer dan menurunkan belanja senjata dan peralatan pertahanan. Sekaligus juga berdampak pada pabrik-pabrik kapal AS.

AS berencana mengakuisisi hingga dua kapal selam baru Kelas Virginia baru setiap tahun dan mengganti kapal selam Kelas Ohio yang diasumsikan akan senilai USD 19 miliar. Dana ini tidak kecil, dan jumlah merupakan beberapa kali lipat dana pembuatan kapal AS dalam satu tahun yang rata-rata hanya USD 6 miliar pertahunnya. Seperti yang diungkapkan oleh seorang petinggi militer AS bahwa rencana pembuatan kapal selam masih di atas kertas, belum memiliki dana.
Petinggi-petingi Angkatan Laut AS juga telah menegaskan bahwa jumlah kapal selam mereka akan menurun selama tahun-tahun mendatang. Namun, mereka mengatakan bahwa ada langkah-langkah yang bisa diambil ketika armada kapal selam telah menyusut. Salah satunya adalah dengan memaksimalkan kapal selam yang ada, mereka akan berpatroli lebih lama lagi di laut. Seperti yang diketahui, saat ini sudah banyak kapal permukaan AS yang secara rutin melaut selama tujuh atau delapan bulan, sementara kapal selam serang masih dikisaran 6 bulan.

Juga ada kemungkinan jika pada saatnya terbentur pilihan, Angkatan Laut AS akan mengorbankan misi kapal selam di wilayah lain untuk mendukung Pasifik. Yang mana saat ini armada kapal selam AS yang berbasis di Pasifik adalah 60 persen dari total kapal selam AS.

Terus Mendominasi Pasifik dengan Bantuan Sekutu

Korea Selatan dan Jepang berencana meningkatkan jumlah armada kapal selam mereka secara signifikan. AS juga bekerjasama dengan awal kapal selam dari Australia dan Malaysia, dan juga telah berdialog dengan Thailand terkait keinginan negara ini untuk membangun program kapal selam. Hubungan militer AS dengan Vietnam juga semakin hangat, yang sebelumnya mendapatkan enam kapal selam Kelas Kilo dari Rusia.

AS menilai sebagian besar negara-negara di kawasan Asia Pasifik, mau bekerjasama dalam urusan menjaga kestabilan di wilayah Asia Pasifik, seperti kebebasan navigasi dan penerbangan karena ekonomi global sangat tergantung akan hal ini. Sementara China berbeda dalam pandangan AS, negara ini telah mengumumkan zona indentifikasi pertahanan udara atas Kepulauan Senkaku yang  disengketakan Jepang namun dikelola oleh Jepang, yang disebut China sebagai Kepulauan Diaoyu. Selain juga konflik kecil antara AL China dan AL Vietnam yang juga terkait sengketa wilayah.

Tentunya AS terus berusaha menempatkan aset militer yang besar di wilayah ini, termasuk armada kapal selam, untuk menunjukkan komitmen kepada sekutu dan mitra yang mana wilayah ini telah didominasi AS sejak Perang Dunia II. Selain juga untuk menghalau China yang tampaknya ingin mengambil alih dominasi AS atas Pasifik seiring pembangunan armada angkatan lautnya yang sangat pesat. Tapi pertanyaannya, bagaimana AS bisa meyakinkan sekutu dan mitranya di Pasifik tanpa harus meningkatkan ketegangan dengan China yang memiliki respon kontraproduktif? Sulit dijawab.
ARTILERI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar