Sabtu, 07 Februari 2015

Filipina Desak China Tunjukkan Rasa Hormat di LCS

 
Foto udara Pulau Pagasa (Harapan), yang merupakan salah satu pulau di gugusan Kepulauan Spratly yang menjadi perselisihan sejumlah negara di sekitar Laut China Selatan, di lepas pantai barat Filipina, Rabu (20/7). (REUTERS/Rolex Dela Pena)
Foto udara Pulau Pagasa (Harapan), yang merupakan salah satu pulau di gugusan Kepulauan Spratly yang menjadi perselisihan sejumlah negara di sekitar Laut China Selatan, di lepas pantai barat Filipina.
(REUTERS/Rolex Dela Pena)
tiga kapal berbendera Filipina sengaja ditabrak kapal dengan tanda Penjaga Pantai China
Manila – Filipina menuduh China menyerang kapal nelayan Filipina di lepas pantai kepulauan sengketa di Laut China Selatan, dan menuntut tetangga kuatnya itu menghormati kedaulatannya atas wilayah panas kaya tersebut.
Kementerian Luar Negeri Filipina menyatakan mengirim dua catatan keberatan atas kejadian pada 29 Januari di lepas pantai Scarborough itu serta pengambilan kerang raksasa, yang terancam punah, oleh nelayan China, di daerah itu sepekan sebelumnya.
“Filipina terus mendesak China menghormati hak berdaulat dan wilayah hukum Filipina atas Bajo de Masinloc,” kata Menteri Luar Negeri Filipina, Albert del Rosario, kepada AFP, Kamis, mengacu kepada beting itu dalam nama setempatnya.
“China harus menghentikan kegiatannya, yang tidak hanya membahayakan kehidupan, keamanan dan mata pencaharian nelayan Filipina, tapi juga merusak lingkungan laut rapuh di daerah itu,” tambah del Rosario.
Kementerian itu menduga tiga kapal berbendera Filipina sengaja ditabrak kapal dengan tanda Penjaga Pantai China, yang mengakibatkan kerusakan dan membahayakan nyawa awaknya.
Ia juga menuduh 24 kapal China memanen kerang raksasa, yang terancam punah, di daerah itu sepekan sebelumnya.
Kementerian Luar Negeri China di Beijing akan menanggapi keberatan Filipina itu dalam jumpa pers berkala pada Kamis, kata wanita juru bicara Kedutaan Besar China di Manila kepada AFP.
China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, jalur laut penting dan lahan nelayan, yang dipercaya mengandung sumber daya besar tambang.
Tapi, Filipina, Vietnam, Brunei dan Taiwan juga secara tumpang tindih mendaku perairan itu, yang membuat daerah itu mudah meledak.
China menguasai beting Scarborough, lumbung kaya ikan di Laut China Selatan, 220 kilometer barat pulau utama Filipina, Luzon, sejak 2012 menyusul kebuntuan tegang angkatan laut Filipina dengan kapal ronda laut Tiongkok.
Filipina juga menuduh China melakukan pengurukan besar-besaran di Kepulauan Spratly, kelompok terumbu karang dan kepulauan, yang juga terletak di Laut Cina Selatan, termasuk di atas terumbu dakuan Manila.
Manila meminta badan perwalian Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memutuskan perselisihan lautnya dengan Beijing.
“China bermaksud merebut sebanyak mungkin Laut China Selatan,” kata Michael Tkacik, pakar keamanan di universitas negeri Austin berpusat di Texas, kepada acara keamanan di Manila pada Rabu.
Perbantahan atas kepulauan dan beting dapat menyeret China ke sengketa dengan negara adidaya lain, Amerika Serikat, sekutu lama Filipina, katanya memperingatkan. (ANTARA News)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar