Rabu, 18 Februari 2015

MENJAGA TERAS NKRI


image001
Keperkasaan Indonesia sering kali diidentikan dengan kebangkitan Macan Asia, namun penulis lebih suka memunculkan istilah Garuda Asia. Garuda adalah sebutan untuk burung elang/rajawali sakti dan jenis Burung inilah yang mampu mengalahkan Ular ataupun Naga.
Secara Geopolotik kebangkitan militer dan ekonomi China (identik dengan sebutan Naga/Dragon Asia) diperkirakan akan merongrong keamanan kawasan asia pasifik khususnya di wilayah Laut China Selatan. Saat ini China telah berhasil mengkloning/mengcopy peralatan militer baik itu yang berasal dari Barat (AS & Eropa barat) maupun dari Rusia & Eropa timur, dan saat ini diperkirakan sedang membuat dua kapal induk.

Sesungguhnya hanya Indonesia yang Non Block dan paling sulit untuk dipecah dari luar. Dengan pengalaman kepahitan dijajah Imperialis barat termasuk dari Belanda selama 350 tahun dan juga Jepang 3,5 tahun maka menyerang dan menguasai secara militer Indonesia jelas akan membuat Agressor dari manapun akan berhitung jangka panjang sekalipun memiliki peralatan perang yang canggih.
image003
Tidak ada cara lain selain “memelihara” Indonesia dalam platform kerjasama yang mutualisme, dalam kaitannya pengadaan Alutsista tentunya dengan iming-iming “TOT” terbatas bahkan negara adidaya AS juga pernah menawarkan penjualan F35 ke Indonesia. Terlepas dari aksi Intelijen apapun yang dilakukan pihak asing maka pada saat bersamaan Intelijen kita juga memainkan perannya yang seringkali tidak tampak seperti bermain catur.
Pada saat pemerintahan SBY hendak membeli Kapal Selam Kilo maka lewat Edward Snowden kemudian terkuak pihak Five Eyes atau sering disingkat FVEY (gabungan intelijen Australia, Canada, New Zealand, Inggris, Amerika) memata-matai Pemerintah RI, akhirnya pada masa pemerintahan SBY mengalihkan pembelian Kapal Selam (dengan iming-iming ToT) ke Changbogo dengan KORSEL (+Jerman) yang tentunya hal ini membuat Five Eyes & FPDA tersenyum dan bisa tidur nyenyak sejenak.
image005
Belum lama ini telah beredar berita bahwa KASAU Marsekal Agus Supriatna membatalkan Grand Design dari TNI AU yang akan menambah Skadron baru di kawasan timur Indonesia yang telah dicanangkan pada masa KASAU Marsekal Ida Bagus Putu Dunia. Namun setelah berakhirnya Rapim TNI AU pekan lalu diperoleh informasi bahwa dalam RENSTRA 2015-2019 TNI AU akan mewujudkan rencana besarnya yakni : Penambahan : 3 Skadron Tempur, 1 Skadron Angkut, 1 Skadron Helicopter, 1 Skadron Intai Strategis, 2 Skadron UAV.
Berita ini dalam dunia Intelijen merupakan suatu bentuk “Conditioning” dimana pihak lawan akan menyangka penambahan Air Force Base Baru seolah-olah dibatalkan namun disisi lain penambahan Skadron baru tetap dijalankan. Dalam Jangka waktu 5 tahun kedepan maka GARUDA ASIA jelas tampak akan semakin berotot namun hal ini juga perlu diseimbangkan dengan rencana besar AS dimana dalam 6 tahun ke depan akan ada penempatan 60% Militer AS di Australia Fokus ke Asia Pasifik.
Dengan 11 Skadron tempur yang dimiliki nantinya dan memperhatikan Geopolitik yang terjadi maka tidaklah mungkin dilakukan pengisian seluruh skadron tempur dengan hanya menggantungkan kepada satu blok saja. Dengan memperhatikan “Grand Design TNI AU” maka postur TNI AU :
Komando Tempur Udara (Air Combat Command) :
image007
Rencana Penempatan Militer AS
  1. Komando Pertahanan Udara (Kohanud) dipimpin Panglima berpangkat Marsekal muda (bintang 2):
    1. Wing 300 Tempur Sergap dipimpin Komandan berpangkat Kolonel:
      1. Skadron 301 Tempur Sergap Kosekhanudnas I / Komandan berpangkat Letkol
      2. Skadron 302 Tempur Sergap Kosekhanudnas II / Komandan berpangkat Letkol
      3. Skadron 303 Tempur Sergap Kosekhanudnas III / Komandan berpangkat Letkol
      4. Skadron 304 Tempur Sergap Kosekhanudnas IV / Komandan berpangkat Letkol
    2. Komando Serangan Udara (Koserud) dipimpin Panglima berpangkat Marsekal muda (bintang 2):
Divisi Serangan Udara dipimpin Panglima berpangkat Marsekal Pertama (bintang 1):
  1. Wing Tempur Strategis + Pembom dipimpin Komandan berpangkat Kolonel:
    1. Skadron Tempur Strategis 1 / Komandan berpangkat Letkol
    2. Skadron Tempur Strategis 2 / Komandan berpangkat Letkol
    3. Skadron Tempur Strategis 3 / Komandan berpangkat Letkol
    4. Skadron Tempur Strategis 4 / Komandan berpangkat Letkol
  2. Wing Tempur Taktis dipimpin Komandan berpangkat Kolonel:
    1. Skadron Tempur Taktis 1 / Komandan berpangkat Letkol
    2. Skadron Tempur Taktis 2 / Komandan berpangkat Letkol
    3. Skadron Tempur Taktis 3 / Komandan berpangkat Letkol
    4. Skadron Tempur Taktis 4 / Komandan berpangkat Letkol
Fighter Sukhoi Indonesia
Fighter Sukhoi Indonesia
Maka dalam jangka waktu lima tahun kedepan dengan memperhatikan rencana negeri Kangguru Australia yang akan mengakuisisi + 72 F 35, serta usia terbang pesawat tempur eksisting maupun hibah terbaru maka prediksi pengisian Pesawat Tempur TNI AU akan terisi sebagai berikut :
No. Lanud Lokasi Skadron Pesawat Pesawat Pengganti Wing
1 Iswahjudi Madiun 3 F 16 A/B Fighting Falcon F 16 Blok 60/61 Sergap/Intercept
2 Iswahjudi Madiun 14 F 5E Tiger II Gripen NG Taktis
3 Iswahjudi Madiun 15 T50 Golden Eagle - Taktis
4 Roesmin Noerjadin Pekanbaru 12 Hawk 100/200 Eurofighter Typhoon Sergap/Intercept
5 Roesmin Noerjadin Pekanbaru 16 F 16 C/D Block 52ID F 16 Blok 60/61 Sergap/Intercept
6 Supadio Pontianak 1 Hawk 100/200 Eurofighter Typhoon Taktis
7 Abdurrahman Saleh Malang 21 EMB 314 Super Tucano - Taktis
8 Sultan Hasanuddin Makassar 11 Sukhoi 27 MKM /30 MK 2 - Strategis
9 …. …. …. Gripen NG - Sergap/Intercept
10 …. …. …. Fighter Sukhoi 35 - Strategis
11 …. …. …. Fighter Sukhoi 35 / 50 PAKFA - Strategis
12 …. …. …. Bomber Sukhoi 34 - Strategis
Aksi Akrobatik Sukhoi 35 di Paris Air Show 2013
Aksi Akrobatik Sukhoi 35 di Paris Air Show 2013
Memperhatikan eskalasi Geopolitik dan Strategi Pertahanan kedepan maka dapat saja terjadi pergeseran fungsi/type Wing dari Lanud yang telah ada dan juga dimungkinkan bukan hanya penggantian pesawat tempur eksisting namun juga penambahan Skadron baru yang diisi dengan pesawat IFX setelah sukses memasuki fase produksi.


Fighter KFX/IFX
Fighter KFX/IFX
Kemandirian dan kemampuan Bangsa Indonesia untuk menjadi produsen pesawat semakin diperhitungkan bangsa lain karena sekarang sudah mencoba untuk menjadi produsen pesawat tempur. Namun kita semua harus sadar diri bahwa kemampuan membuat pesawat terbang tidak 100% made in Indonesia. Kemampuan PT. Dirgantara Indonesia yang dulu bernama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) dengan BJ Habibie selaku Presiden Direktur pertama membuat pesawat N250 menggunakan mesin mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan Allison. Kemampuan Industri pesawat dalam negeri juga terbilang terbatas karena lebih banyak mengandalkan pesanan pemerintah dan anggaran APBN, hal ini berbeda dengan produsen pesawat luar negeri seperti Lockheed Martin dan Airbus Military.
Eurofighter Typhoon
Eurofighter Typhoon
Geopolitik dunia saat ini sudah berubah, pembuatan pesawat tempur saat ini lebih cenderung dikerjakan rame-rame secara kolektif gabungan dari berbagai perusahaan dunia. Eurofighter Typhoon dikembangkan dan diproduksi oleh konsorsium perusahaan eropa dengan bagian pendanaan terdiri dari Deutsche Aerospace (Jerman) 33%, Bae (Inggris) 33%, CASA (Spanyol) 13% dan Alenia (Italia) 21%. Demikian juga dengan pengembangan dan pembuatan Joint Strike Fighter (JSF) F35 merupakan gabungan dari perusahaan dan negara dari Primary Customer: Amerika, Level 1 partner: United Kingdom,  Level 2 partners: Italy dan Belanda, Level 3 partners: Australia, Canada, Denmark, Norwegia, dan Turki, Security Cooperative Participants: Israel dan Singapura.
Konsorsium Perusahaan pembuat JSF F35
Konsorsium Perusahaan pembuat JSF F35
Perkembangan program KFX/IFX dengan pendanaan Indonesia 20% dan Korea 80% hingga saat ini masih terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan penundaan. Kasus yang ada kaitannya dengan KFX/IFX bermula saat 50 delegasi utusan Presiden SBY yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa tiba di Seoul untuk kunjungan 3 hari. Mereka juga melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak dan berdiskusi tentang perluasan kerjasama ekonomi dan militer bilateral, termasuk rencana Korea Selatan untuk menjual pesawat latih tempur T-50 Golden Eagle. Pencurian terjadi disela-sela acara. Pencurian Laptop Staf Menperin ini ada yang mengkaitkan dengan penjualan T-50 Golden Eagle, namun ada pula yang mengkaitkannya dengan rencana bilateral kerjasama KFX/IFX. Pelaku pencurianpun ada yang menyangka dilakukan intelijen Korea Utara namun Jakarta telah mengetahui adanya keterlibatan NIS (Badan Intelijen Korsel).
image007
Salah satu faktor penghambat kelanjutan proyek KFX/IFX berikutnya adalah adanya alasan pergantian pemerintahan di Korsel. Saat ini seharusnya sudah memasuki Fase EMD (Enginering Manufacturing Design) Project KFX/IFX, namun tertunda sejak awal tahun 2013, hal ini dikarenakan pergantian pemerintah baru di Korea Selatan dan adanya pemotongan anggaran proyek yang masih menunggu persetujuan parlemen Korea Selatan. Sementara Fase Technical Development (TD Fase) telah diselesaikan tim gabungan Indonesia dan Korea Selatan pada akhir tahun 2012. Tantangan kendala berikutnya adalah anggaran untuk Full Scale Development Project jet tempur KFX/IFX sebenarnya sudah disetujui oleh Departemen Keuangan Korea Selatan senilai 8.6991 trillion won ($7.9171 billion).
Meski sudah mendapatkan persetujuan dari departemen Keuangan Korea Selatan, anggaran tersebut baru bisa digunakan setelah mendapat persetujuan dari parlemen Korea Selatan. Sayangnya rumor yang beredar parlement Korea Selatan belum memberikan persetujuan dan baru bisa memberikan persetujuan pada bulan Desember 2015 nanti, artinya harus menunggu sekitar 12 bulan lagi.
Saab Gripen
Saab Gripen
Belum juga selesai masalah terkait pencairan anggaran dimaksud baru-baru ini muncul lagi permasalahan peserta tender yang menurut Peraturan UU di KORSEL dalam satu tender pengadaan wajib diikuti minimal 2 peserta. Penentuan pemenang Tender ini diharapkan dapat selesai pada akhir bulan Juni 2015. Pemenang tender ini akan menjadi kontraktor utama pengembangan project KFX/IFX dan akan menanggung 20% biaya pengembangan dimana sisanya akan ditanggung 60% oleh pemerintah Korea Selatan dan 20% oleh pemerintah Indonesia. Pada akhirnya peserta tender diharapkan berasal dari Airbus Military dan Korean Airlines bersatu untuk bersaing dengan Lockheed Martin yang menggandeng Korea Airspace Industries (KAI) sebagai partner lokalnya.
Airbus Military dan Korean Airlines dikabarkan sempat akan menggandeng Boeing dan mengajukan Advanced Super Hornet sebagai basis project jet tempur KFX/IFX, sementara Lockheed Martin – KAI yang mengusung design KFX model C-103. Pesawat ini direncanakan akan menggunakan mesin ganda dimana kandidatnya adalah mesin General Electric F-414 yang dipakai Super Hornet dan Eurojet EJ-200 yang dipakai Eurofighter Typhoon. Sesuai kesepakatan Project KFX/IFX ini sendiri akan dikembangkan dalam 3 block. Indonesia dan Korea Selatan akan bekerjasama untuk memproduksi KFX/IFX Block 1, dan untuk selanjutnya pengembangan KFX/IFX Block 2 dan 3 direncanakan akan dikembangkan oleh masing-masing negara.
Mesin EJ200 Eurofighter Typhoon Fighter Jet
Mesin EJ200 Eurofighter Typhoon Fighter Jet
Informasi terakhir bahwa kandidat pengganti pesawat tempur F5 hanya tersisa Sukhoi 35 karena faktor deterrence, dan Gripen atau Eurofighter Typhoon karena dengan pembelian minim bersedia berbagi ToT sesuai kemampuan Industri pesawat terbang di negara pembeli dan terkait kelanjutan Proyek IFX block 2 dan 3 sementara Rafale tidak masuk karena faktor pemberian ToT. Pesawat Jet Tempur Turki (TFX) juga direncanakan menggunakan mesin EJ200. Kemandirian Bangsa Indonesia dalam bidang kedirgantaraan pernah mati suri bahkan hampir dimusnahkan.
Di tahun 1992 IMF menginstruksikan kepada Presiden Soeharto agar menghentikan pemberian dana operasional kepada IPTN, sehingga pada saat itu IPTN mulai memasuki kondisi kritis. Langkah IMF ini sebenarnya terkait rencana BJ Habibie yang akan membuat satelit sendiri, pesawat sendiri, serta peralatan militer sendiri. Rencana ini didukung dengan 40 orang tenaga ahli Indonesia yang memiliki pengalaman kerja di perusahaan pembuat satelit Hughes Amerika akan ditarik pulang ke Indonesia untuk mengembangkan industri teknologi tinggi di Indonesia.
Jika hal ini terwujud, maka akan mengancam industri teknologi Amerika dan Eropa, mengurangi pangsa pasar, sekaligus kekhawatiran kemampuan teknologi tinggi dan militer Indonesia. Maskapai Garuda Indonesia dan Lion Air adalah diantara pelanggan Airbus dan Boeing, Negara kepulauan Indonesia dengan jumlah + 17.508 pulau membutuhkan pengawal angkasa yang mumpuni. Akhir kata jargon “Zero Enemy Thousand Friends” boleh saja dipakai namun masalah Kedaulatan dan Kesetaraan lebih utama.


Upacara Penyerahan Hercules Hibah dari Australia - Indonesia
Upacara Penyerahan Hercules Hibah dari Australia – Indonesia
Belum lama berlalu kasus penyadapan Presiden SBY dan isterinya dan sejumlah pejabat Negara beserta keluarganya, kini Australia berulah kembali akan menarik Duta Besarnya dan melarang Turis Australia untuk mengunjungi Indonesia. Ulah Australia ini terkait protes ditolaknya eksekusi mati tahanan narkoba Andrew Chan and Myuran Sukumaran (anggota kelompok Bali Nine). Persoalan penyadapan oleh Australia terhadap Indonesia masih menyisakan kemarahan dan ketidakpercayaan akan ketulusan Australia untuk menjadi tetangga yang baik. Untuk menebus kesalahannya, kala itu Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop terbang ke Jakarta untuk menemui Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa guna membahas tentang kode etik (code of conduct) penanganan dan dampak dari kebocoran aksi mata-mata Intelijen Australia. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari komitmen PM Australia Tony Abbott untuk bersedia menata kembali kerja sama bilateral, termasuk pertukaran intelijen dengan menyusun protokol dan kode etik yang adil dan dipatuhi.
Presiden SBY dan Perdana Menteri Australia Tonny Abbott
Presiden SBY dan Perdana Menteri Australia Tonny Abbott
Sebenarnya hubungan diplomatik Australia memang selalu naik turun dan negeri Kangguru itu memang bukanlah kawan yang setia bahkan boleh dibilang akan selalu berusaha memecah bangsa Indonesia. Code of Conduct yang telah ditandatangani oleh kedua pemerintah pada saat pemerintahan Presiden SBY terbukti telah dianggap angin lalu. Kasus eksekusi mati warga negara asing yang terlibat penyelundupan Narkoba rupanya mempengaruhi hubungan diplomatik luar negeri seperti Australia, Belanda dan Brazil. Bahkan sampai-sampai Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Ban Ki-moon mendesak Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk menghentikan eksekusi hukuman mati. Sebelum menjadi Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon adalah seorang diplomat di Korea Selatan di Departemen Luar Negeri dan berkarier di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan adanya intervensi dari seorang Sekjen PBB terhadap kasus eksekusi mati pengedar narkoba ini menurut penulis jelas terdapat kaitan dengan Operasi Intelijen dimana terdapat upaya terstruktur untuk menghancurkan NKRI melalui narkoba sama halnya upaya menghancurkan China melalui candu oleh bangsa Barat pada waktu itu. Kondisi ini apabila dibiarkan berlarut pada akhirnya akan mempengaruhi kejelasan kelanjutan bukan saja Proyek KFX/IFX namun juga Alutsista lainnya yang terdapat komponen dari negara-negara anggota NATO akan menjadi rawan embargo.
Presiden Jokowi dan Sekjen PBB Ban Ki Moon
Presiden Jokowi dan Sekjen PBB Ban Ki Moon
Terdapat aturan hukum di negara Arab yang memungkinkan seorang terpidana hukuman mati dapat dibebaskan dari hukuman mati sepanjang pihak keluarga korban berkenan memaafkan dan pihak keluarga dan atau pemerintah dari keluarga pelaku membayar uang Diyat/uang tebusan. Para penjahat narkoba ini memang secara langsung tidak melakukan pembunuhan namun dengan pengedaran narkoba jelas bukan saja dapat melumpuhkan generasi muda bahkan dapat mengakibatkan ketagihan yang pada akhirnya akan membunuh pengguna secara perlahan.
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop
Untuk penyelesaian masalah penyadapan rupanya Presiden SBY selain mensyaratkan adanya Code of Conduct, pemerintahan SBY juga mensyaratkan adanya pengiriman segera hibah pesawat Hercules ex-RAAF. Diplomasi tukar guling ini bukan kali pertama ini terjadi, pada masa pemerintahan Presiden Soekarno malahan lebih tegas lagi. Kala itu Allen Lawrence Pope alias Allen Pope, pilot asal Amerika Serikat yang pesawatnya, B-26 Invader, ditembak jatuh TNI di Maluku pada 1958. Pada saat itu Pope tengah menjalani misi pengeboman CIA mendukung PERMESTA, dia awalnya mengaku pensiunan militer Amerika, bertindak selaku tentara bayaran. Saat dibekuk, dia membawa dokumen yang mengindikasikan dia memang bekerja buat CIA lewat Civil Air Transport. Pope setidaknya 12 kali membombardir lapangan udara TNI dan pelabuhan sipil di Maluku dan Sulawesi. Awalnya pilot asal Miami itu hanya mengakui dua misi penerbangan saja, belakangan diketahui bahwa keandalan AUREV (AU Revolusi) dalam menggelar sejumlah serangan udara, adalah berkat kehadiran sejumlah pilot asing yang menjadi “tentara bayaran” PERMESTA. Pesawat pengebom medium B-26 Invader AUREV telah dimodifikasi laras mitraliurnya dari semula enam laras menjadi delapan laras. Konon, pilot yang terdaftar sebagai anggota maskapai penerbangan Civil Air Transport (CAT) tersebut dibayar 10.000 dolar AS sebulan oleh Permesta. CAT adalah perusahaan kamuflase CIA dalam menjalakan berbagai misinya di belahan dunia.
Presiden Soekarno dan Presiden John F. Kennedy
Presiden Soekarno dan Presiden John F. Kennedy
Pope bukanlah sekedar penyelundup senjata ke PERMESTA saja namun ia juga seorang pembunuh karena melakukan pemboman ke sejumlah target. Ia dengan B-26-nya berhasil menenggelamkan korvet ALRI eks AL Belanda RI Hang Toeah di perairan Balikpapan pada tanggal 28 April 1958. Ketika Diserang, RI Hang Toeah sempat memberikan perlawanan. Namun bom seberat 250 pon jatuh telak mengenai cerobong asap dan meledak di dek ketiga kamar mesin. Akibatnya, setelah terbakar hebat, RI Hang Toeah tenggelam, dengan korban 14 pelaut hilang, empat gugur dan puluhan terluka. Pada saat pesawat B-26 yang dikemudikan Pope hendak memborbardir kapal RI Sawega secara beruntun pesawatnya ditembaki kapal kapal APRI dan juga dikejar pesawat P-51 Mustang yang dikemudikan Letnan Penerbang lgn. Dewanto. Setelah tertangkap terjadilan rangkaian diplomasi rahasia untuk membebaskannya sejak Presiden Presiden D. Dwight Eissenhower hingga beralih ke pemerintahan Presiden John F. Kennedy.
Presiden Soekarno dan Presiden Nikita Khrushchev
Presiden Soekarno dan Presiden Nikita Khrushchev
Setelah ditekan dengan ancaman embargo malahan Bung Karno berteriak dengan lantang “Go to hell with your aid”. Amerika berusaha mati-matian meminta Pope dibebaskan, negosiasi alot yang memakan waktu 4 tahun berakhir setelah JFK yang lebih humanis memahami Bung Karno dengan mengirim adiknya Robert Kennedy ke Jakarta (konon juga datang isteri Pope dan saudara-saudaranya). Amerika tidak mau kehilangan Indonesia yang saat itu juga didekati Nikita Khrushchev, maka sebagai hasil negosiasi JFK memberikan Hercules C130B termasuk persenjataan perang untuk merebut Irian Barat, suntikan dana, beras 37.000 ton, termasuk konon by-pass Cawang-Tanjung Priok dan Hotel Indonesia lama di bundaran HI Thamrin. Alhasil diplomasi Bung Karno berbuah Amerika mendukung PEPERA dimana Irian Barat masuk Indonesia dan Amerika mendapat konsesi pertambangan di Irian.
Hercules C130B milik AURI
Hercules C130B milik AURI
Intervensi negara asing khususnya berasal dari operasi dinas intelijen Australia juga dilakukan melalui dukungan persenjataan militer kepada pihak OPM. Kala itu Pos Pasukan TNI di Muaratami, Jayapura, diserang dadakan pada 2 Oktober 1984 sekitar pukul 16.30 waktu setempat oleh gerombolan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang berkekuatan 14 orang. Di pos itu ada 16 tentara dari Batalyon Infanteri 712 Kodam Merdeka. Dalam pertempuran itu, seorang anggota OPM tewas. Mayatnya ditinggal lari teman-temannya. Pada mayat yang mengenakan kaus bergambar peta PNG ini ditemukan sebuah bom tangan dan sepucuk senapan AKS-74 buatan Uni Soviet. Senapan dan bom itu semuanya baru. Panglima Kodam Cenderawasih, Brigjen Raja Kami Sembiring Meliala, mendapatkan laporan intelijen bahwa beberapa kali ada helikopter yang datang dengan pintu terbuka di dekat kamp pelintas batas di Blackwater, dekat Vanimo, PNG. Helikopter tersebut membuang peti panjang yang diduga beris senjata, termasuk penumpang helikopter yang berkulit putih. Panglima TNI (ABRI) Jenderal LB Moerdani memutuskan untuk mengambil langkah untuk mengidentifikasi siapa dan negara mana yang terlibat melakukan hal itu. Dengan menyusupkan pasukan komando masuk ke wilayah PNG secara senyap dipercayakan kepada Detasemen 81 Kopassus yang saat itu dipimpin oleh Mayor Infanteri Prabowo Subianto. Pasukan ini berangkat dari Jayapura naik helikopter, kemudian sampai di suatu tempat dan melanjutkan misi dengan perahu karet agar tidak terdeteksi pasukan PNG. Akhirnya kedua agen Australia tertangkap dan kemudian dibawa secara rahasia ke wilayah Irian, Indonesia. Pemerintah Indonesia memberitahukan kepada Pemerintah Australia soal keterlibatan agen Intelijen Negeri Kangguru itu dalam memasok senjata untuk OPM di wilayah PNG.
Seruan Bung Karno “Go to Hell with Your Aid” (by djiribogh)
Seruan Bung Karno “Go to Hell with Your Aid” (by djiribogh)
Intervensi asing yang bertujuan untuk melemahkan kedaulatan NKRI bukan sekali ini saja dilakukan dan akan selalu muncul. Kejadian ini tentu pada akhirnya ada relevansinya dengan kelanjutan pengadaan Alutsista. Cepat atau lambat harus dilakukan penegasan aturan main secara tertulis atas upaya pembebasan/penebusan penjahat seperti penjahat narkoba yang dilakukan warga negara asing atas kegiatan kejahatan di wilayah NKRI. Salah satu ganti atau tebusan bagi pembebasan warga negara asing yang akan dieksekusi mati di Indonesia bisa jadi mencontoh diplomasi yang pernah dilakukan Presiden Soekarno dengan misal menetapkan 1 nyawa warga negara asing ditebus dengan 1 buah Hercules versi terbaru atau alutsista dengan jenis tertentu. Hal ini pasti akan membuat pemerintahan negara asing yang akan usil mengganggu kedaulatan NKRI berpikir ulang.

Diposkan : Ayoeng – Biro Jambi /JKGR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar