Rusia kembali menegaskan tawarannya ke Indonesia untuk memperluas 
kerja sama di bidang pertahanan. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk 
memperkuat posisi Rusia di pasar industri pertahanan dunia.
Kementerian Pertahanan Indonesia mengatakan, rencana yang ditawarkan 
berpusat pada rancangan pengembangan pertahanan dengan sistem ofset yang
 mencakup transfer teknologi (transfer of technology/TOT), produksi 
komponen dan infrastruktur bersama, dan pembentukan pusat layanan 
pemeliharaan dan perbaikan di Indonesia.
Saat ini, semakin banyak negara yang hanya mau menandatangani kontrak
 pembelian senjata dengan sistem transaksi ofset. Ofset adalah sistem 
pembelian barang yang mewajibkan pabrik penghasil sebagai penjual untuk 
memberikan lisensi pembuatan sebagian komponennya pada industri di 
negara pembeli.
Dengan sistem transaksi ofset, negara-negara berkembang, seperti di 
Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Afrika, yang mengimpor senjata dari 
Rusia tak hanya menerima ‘perangkat’ senjata, tapi juga mendapat hak 
untuk merakit, merancang, memodifikasi, serta memiliki lisensi untuk 
mengekspor kembali senjata hasil pengembangan mereka.
Kementerian Pertahanan mengatakan, Duta Besar Rusia untuk Indonesia 
Mikhail Galuzin telah menyampaikan tawaran ini kepada Menteri Pertahanan
 Indonesia Ryamizard Ryacudu pada 15 Januari 2015 lalu, demikian yang 
ditulis situs IHS Jane’s. Tawaran ini sekaligus menindaklanjuti usulan 
serupa yang diajukan Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Presiden RI 
Joko Widodo dalam pertemuan antara kedua pemimpin negara tersebut di KTT
 APEC di Beijing, Tiongkok, pada November 2014 lalu.
Kremlin telah menyadari tren jual-beli senjata yang tengah 
berkembang. Dalam pertemuan Komisi Kerja Sama Militer Teknis yang 
diselenggarakan pada April 2014 lalu, Presiden Putin pun membahas 
pentingnya mempelajari penggunaan metode keuangan dan pemasaran modern, 
termasuk penggunaan sistem transaksi ofset.
Dalam 20 tahun terakhir, Indonesia telah membeli beberapa pesawat 
tempur multifungsi dari Rusia, yakni Su-27 dan Su-30, sepuluh helikopter
 Mi-35, 14 helikopter Mi-17, 17 kendaraan tempur infanteri BMP-3F, 48 
kendaraan lapis baja BTR-80A, dan sembilan ribu senapan Kalashnikov 
AK-102. Pada Desember 2011, Rusia dan Indonesia telah menandatangani 
kontrak pengiriman enam pesawat tempur ke Indonesia seharga 500 juta 
dolar AS. Dapat dikatakan, kompleks industri pertahanan Rusia memiliki 
tempat yang kuat dalam perbendaharaan senjata Indonesia. (Indonesia.rbth.com).

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar