Selasa, 21 April 2015

Indonesia ajak negara Asia-Afrika dukung Palestina

Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi saat memberikan sambutan pada pembukaan Pertemuan Tingkat Menteri Asia-Afrika di Jakarta Convention Center, Senin (20/4). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi saat memberikan sambutan pada pembukaan Pertemuan Tingkat Menteri Asia-Afrika di Jakarta Convention Center, Senin (20/4). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta – Indonesia mengajak negara-negara di Asia dan Afrika mendukung Palestina lewat program-program peningkatan kapasitas.
Sangat penting bahwa negara-negara Asia-Afrika bersatu dalam memberikan dukungan kepada Palestina serta mengembangkan kerja sama mereka pada program-program peningkatan kapasitas,” kata Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi  dalam pidato pembukaan Pertemuan Tingkat Menteri Konferensi Asia Afrika 2015 di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan bahwa Indonesia tetap teguh mendukung Palestina meraih kemerdekaan.
Pemerintah Indonesia, ia melanjutkan, meyakini bahwa memastikan kesiapan kemampuan masyarakat dan pemerintah Palestina untuk mengatur sebuah negara merdeka sama pentingnya dengan upaya mencapai kemerdekaan itu sendiri.
Pertemuan Tingkat Menteri Asia-Afrika yang dijadwalkan berlangsung pukul 09.20 WIB – 18.00 WIB merupakan tindak lanjut dari pertemuan para pejabat tinggi pada Minggu (19/4).
Kedua pertemuan membahas tiga dokumen penting yang meliputi Bandung Message, Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika, dan Deklarasi Dukungan Kemerdekaan Palestina.
Dari ketiga dokumen tersebut, dokumen Deklarasi Dukungan Kemerdekaan Palestina merupakan dokumen pertama yang disepakati bersama dalam Pertemuan KAA Tingkat Pejabat Tinggi.
Pakar Timur Tengah dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Siti Mutiah Setiawati berpendapat Deklarasi Dukungan Kemerdekaan Palestina merupakan bentuk dukungan moral dari Indonesia.
“Dukungan moral sangat penting untuk Palestina. Penting untuk masih diakui sebagai bangsa yang bermasalah, bukan yang membuat masalah, dan perlu dukungan internasional untuk menyelesaikan masalahnya,” kata Siti.
Indonesia, menurut Wakil Ketua Kajian Timur Tengah Sekolah Pascasarjana UGM itu, sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno telah memberi dukungannya terhadap Palestina. (ANTARA News)

KAA momentum umumkan Poros Maritim Dunia

ilustrasi Bendera Peserta KAA Panitia merapihkan bendera negara peserta KAA yang akan diletakan di meja peserta di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (18/4/15). Konferensi Asia-Afrika ke-60 akan berlangsung pada 18-24 April 2015 di Jakarta dan Bandung. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
ilustrasi Bendera Peserta KAA Panitia merapihkan bendera negara peserta KAA yang akan diletakan di meja peserta di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (18/4/15). Konferensi Asia-Afrika ke-60 akan berlangsung pada 18-24 April 2015 di Jakarta dan Bandung. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta   – Peringatan Ke-60 Konferensi Asia Afrika (KAA) diharapkan menjadi momentum Indonesia mengumumkan Poros Maritim Indonesia, kata politisi muda.
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia, Grace Natalie mengingatkan, pemerintah harus mengumumkan pada dunia, tentang rencana Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Dan ini adalah “core national interest” yang harus dihormati bangsa-bangsa lain. Sebagaimana Soekarno dulu menjadikan KAA sebagai monentun untuk membangun poros ketiga dunia. “Tanpa itu KAA hanyalah reuni tanpa makna. Kembali ke laut adalah kembali ke pangkuan IBU,” Grace Natalie, lewat akun Twitternya, @grace_net, Senin.
Grace menjelaskan, di saat Soekarno menggagas Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955, dunia sedang terbelah dalam kekuatan bipolar: Blok Barat dan Blok Timur. Lewat KAA, Soekarno menggagas Aliansi Non-Blok. Meski Non-Blok, namun Soekarno sedang membangun kekuatan sendiri: poros ketiga dunia.
“Dengan cara itu Soekarno bebas mendayung diantara 2 blok. KAA adlh strategi diplomasi Indonesia paling cemerlang,” jelasnya.
Oleh karena itu, muncul pertanyaan apakah peringatan KAA ke-60 sekarang ini masih relevan. Dunia tidak sama lagi secara geopolitik. “Asia tidak lagi terjajah, bahkan Asia adalah raksasa ekonomi yang ditopang dengan bonus populasi,” ucapnya.
Grace menjelaskan, arus China dan India menghempas deras dari Utara. Dari Selatan, Australia telah merumuskan China adalah ancaman nasional dari utara. Di utara masih ada Korsel dan Taiwan. Juga Singapore dan Malayasia yang berbatasan langsung dengan Indonesia yang juga  sedang maju.
Sang Paman Sam meski sedang batuk dan berutang, namun msh punya kekuatan militer yang besar untuk menjaga (kepentingannya) di asia-pasifik,” katanya. (ANTARA News)/JKGR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar