Rabu, 01 April 2015

Korea Selatan Bentuk Gugus Tugas KFX

image
Desain artistik dari KFX ( Yonhap)
Seoul – Korea Selatan berencana membentuk tim antar-lembaga untuk menangani proyek terbesar yang pernah diakuisisi negara, yang bertujuan mengembangkan jet tempur nasional, ujar pejabat Korea Selatan, Rabu (1-4-2015) yang telah melalui tantangan menakutkan tentang anggaran dan transfer teknologi pesawat.
Lembaga pengadaan senjata Seoul mencoba mempercepat proyek 8,67 triliun Won (US $ 7,84 miliar) ini, 10 tahun lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Pada hari Selasa, pemerintah Korea Selatan memilih Korea Aerospace Industries (KAI), pembuat pesawat satu-satunya negara itu, sebagai pemenang lelang.

Dengan nama kode KF-X (Korean Fighter Experimental), proyek pengembangan jet tempur nasional sekelas F-16 ini, akan menggantikan armada F-4 dan F-5 yang menua.
Sebagian dari 120 jet, akan masuk dalam layanan mulai tahun 2025, dengan biaya produksi tambahan diperkirakan mencapai 9,3 triliun won, menurut Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA).
“Saat ini sangat diperlukan untuk membentuk sebuah gugus tugas dengan anggota sekitar 70-an, yang melibatkan pejabat dari Dapa, departemen terkait, pejabat angkatan udara, dan ahli dari dalam dan luar negeri,” kata seorang pejabat senior Dapa. Dia menekankan perlunya anggaran besar dan transfer teknologi mutakhir. Tim ini rencananya akan bernama “Boramae (elang) Task Force.”
“Kami berharap satuan tugas diluncurkan pada bulan Juni, setelah menandatangani kesepakatan final dengan kontraktor yang akan mengawasi seluruh proses pembangunan dan mengamankan kerja sama internasional,” tambahnya.
Dapa bertujuan menyelesaikan negosiasi dengan KAI, atas harga dan isu-isu terkait teknologi pada bulan Mei, untuk keputusan akhir dalam semester pertama tahun ini. KAI mengambil proyek ini bermitra dengan perusahaan pertahanan AS Lockheed Martin, sebagai ketentuan DAPA, pemenang kontrak harus memiliki bantuan teknis asing.
Lembaga pengadaan jet tempur ini optimis tentang “sebagian besar teknologi kunci,” yang telah mereka miliki, namun kekhawatiran muncul, apakah AS akan memberikan teknologi sensitif dan canggih kepada Korea Selatan, karena sebagian pesawat akan dikembangkan bersama dengan Indonesia.
Pada bulan September tahun lalu, Korea Selatan menandatangani perjanjian dengan AS untuk menerima teknologi utama pesawat tempur di 17 sektor, dengan imbalan Korea Selatan membeli 40 jet tempur f-35 Lockheed Martin. Proses persetujuan oleh pemerintah AS sedang berlangsung.
Korea Selatan sedang mencari teknologi kunci termasuk bagaimana mengintegrasikan sistem pesawat dengan peralatan seperti radar dan frekuensi radio jammers, menurut para pejabat.
“Akan sulit bagi AS untuk membuat keputusan tentang masalah ini, karena teknologi juga akan ditransfer ke negara Islam,” kata seorang sumber dari industri penerbangan. Jakarta setuju dengan Seoul untuk menutupi 20 persen dari biaya pembangunan.
Jika AS menolak berbagi bagian teknologi kunci yang kita inginkan, kita akan meninjau alternatif lain, termasuk mencari kontrak terpisah dengan perusahaan bantuan asing selain Lockheed dari negara ketiga,” kata pejabat Dapa lainnya. “Seoul dan Washington telah mengkonsultasikan masalah ini secara intens di tingkat pemerintahan.” (Oh Seok-min / yonhapnews.co.kr).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar