Minggu, 05 April 2015

Rusia: kesepakatan Minsk satu-satunya cara selesaikan konflik Ukraina



Rusia: kesepakatan Minsk satu-satunya cara selesaikan konflik Ukraina
Menlu Rusia Sergei Lavrov (REUTERS/Enrique Castro-Mendivil)
Bratislava (ANTARA News) - Satu-satunya pilihan untuk mencapai penyelesaian damai bagi konflik di Ukraina ialah dengan melaksanakan Kesepakatan Minsk, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada satu taklimat di Ibu Kota Slowakia, Bratislava, Sabtu

"Kami memiliki pendapat bahwa krisis di Ukraina tak bisa diselesaikan dengan cara militer," kata Lavrov.



Ia menyatakan normalisasi hubungan bilateral antara Rusia dan Uni Eropa akan memungkinkan kedua pihak bekerja sama dalam urusan politik internasional, termasuk masalah Timur Tengah.

Menurut Lavrov, tak cukup untuk hanya membahas gencatan senjata di Ukraina Tenggara, sebab kesepakatan yang ditandatangani di Minsk pada Februari jauh lebih luas, demikian laporan Xinhua. Berkaitan dengan kesepakatan itu sendiri, Lavrov mengatakan kuncinya ialah untuk melaksanakan tahap individual yang ditetapkan dalam kesepakatan tersebut.

Lavrov juga mengatakan ada pembicaraan yang sedang berlangsung mengenai apa saja yang dapat dilakukan selain semua tindakan yang ditetapkan oleh Kesepakatan Minsk.

"Ada kemungkinan untuk menarik senjata di bawah kaliber 100 mm dari garis depan," kata Lavrov. Ia menambahkan itu dapat membantu mendorong peningkatan rasa saling percaya.

Lavrov mengunjungi Slowakia dalam kesempatan peringatan ke-70 pembebasan ibu kota negeri itu, Bratislava, pada akhir Perang Dunia II.

Selama kunjungannya, ia bertemu dengan Presiden Slowakia Andrej Kiska, Perdana Menteri Robert Fico, Ketua Parlemen Peter Pellegrini dan Menteri Urusan Luar Negeri Miroslav Lajcak. Dengan didampingi oleh Fico dan Pellgrini, Lavrov meletakkan karangan bunga di Monumen Slavin di Bratislava dan pemakaman militer.

Pada Jumat (3/4), Organisasi bagi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) mengatakan warga di Ukraina Timur menderita bencana serius kemanusiaan akibat dampak konflik antara pasukan pemerintah dan gerilyawan pro-kemerdekaan.

"Bencana kemanusiaan merebak di Ukraina Timur tepat di depan mata kita," kata Michael Bociurkiw, Juru Bicara bagi Misi Pemantau OSCE di Ukraina, kepada wartawan.

Banyak orang yang hidup di Wilayah Lugansk dan Donetsk menderita karena kekurangan obat dan tak memperoleh akses yang layak ke perawatan kesehatan akibat rusaknya prasarana medis gara-gara konflik, kata Bociurkiw.

Ia menambahkan beberapa kelompok orang yang rentan juga menghadapi masalah untuk memperoleh manfaat sosial, bantuan kemanusiaan dan bantuan mendasar lain dari pemerintah.

Ketika berbicara mengenai situasi di wilayah bergolak, Bociurkiw mengatakan kerusuhan telah mendorong banyak pemuda, terutama mereka yang tinggal di pedesaan, keluar dari sekolah.

Sebagian besar prasarana di Ukraina Timur, termasuk lembaga pendidikan dan kesehatan, telah hancur atau rusak parah akibat konflik mematikan, yang berkecamuk selama hampir satu tahun dan telah menewaskan lebih dari 6.000 orang.

Pertempuran telah memicu arus besar pengungsi. Pada Maret, badan pengungsi PBB melaporkan pengungsi di dalam negeri Ukraina mencapai 1,1 juta orang. Lembaga itu menyatakan lebih dari 670.000 orang Ukraina telah menyelamatkan diri ke negara tetangga, mencari perlindungan di negara tetangga, terutama di Rusia dan Belarusia.


antaranews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar