WASHINTON-(IDB) : Awal tahun lalu, dihadapkan pada fakta
kekurangan pilot, Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) berusaha
mengatasi masalah ini dengan menawarkan bonus besar agar pilot pesawat
tempur mau tetap memakai seragamnya. Namun usaha ini tidak berhasil.
Target USAF ini adalah untuk mempertahankan 250 pilot pesawat tempur
yang sudah mengabdi selama 10 tahun dan semuanya telah memenuhi syarat
untuk berhenti dari USAF. Meskipun akhir-akhir ini tugas perang Amerika
Serikat di Timur Tengah dan Afghanistan tidak lagi banyak, namun
sebagian besar pilot tersebut menyatakan minatnya untuk keluar dari
kesatuan, yaitu untuk bekerja di sektor penerbangan komersial atau
meningkatkan karir dengan bekerja di belakang meja.
USAF telah melakukan perhitungan angka dan percaya bahwa dengan menawarkan bonus sebesar AS $ 225 ribu akan membuat para pilot pesawat tempur mau bertahan untuk 9 tahun lagi. Survei awal menunjukkan bahwa sekitar 60% dari mereka yang telah memenuhi syarat untuk melepas seragamnya mau mengambil bonus tersebut. Survei ini ternyata salah, ditambah lagi adanya tekanan politik yang memaksa AS memotong anggaran pertahanannya. Akibatnya banyak para pilot pesawat tempur menolak tawaran bonus dan lebih memilih menjadi pilot pesawat komersial. Sekarang USAF dihadapkan pada dua kenyataan yaitu meningkatkan uang bonus agar mereka tetap mau bertahan (yang belum tentu juga efektif) atau berurusan dengan masalah kekurangan pilot yang kenyataannya biaya untuk perekrutan dan pelatihan pilot baru jauh lebih mahal.
Sebenarnya bukan hanya USAF yang melakukan hitung-hitungan semacam ini. Angkatan lain juga menawarkan bonus serupa agar para personilnya mau tetap memakai seragam, atau membujuk pasukan lain untuk menjalani pelatihan dan beralih ke pekerjaan yang lebih sulit untuk diisi. Angkatan Darat AS sudah sejak lama memberikan bonus bagi personilnya, tetapi dengan perang yang sudah mereda, kini hanya ada sedikit uang yang tersisa. Misalnya bonus tertinggi yaitu AS$ 150 ribu telah diturunkan menjadi AS$ 90 ribu dan persyaratan untuk mendapatkannya pun semakin sulit.
Saat ini, militer AS menghabiskan sekitar setengah miliar dolar pertahun hanya untuk bonus (pada perang Irak jumlahnya dua kali lipat). Sebagian uang ini diberikan kepada spesialis tempur dan sebagian lainnya diberikan pada spesialis non-tempur. Tiga tahun lalu, militer AS menerapkan sistem bonus baru untuk spesialis teknis dan medis. Salah satunya adalah dengan membayar spesialis keamanan internet dan operasi otak sesuai harga pasar. Di masa lalu, uang program bonus tersebut masih lebih rendah dari harga pasar, akibatnya banyak yang tidak mau. Dalam banyak kasus, spesialis terkadang hanya diperlukan untuk waktu singkat, warga sipil kemudian dipekerjakan sebagai kontraktor sementara dan ini biayanya jauh lebih mahal. Sedangkan apabila dilakukan oleh militer sendiri walaupun dengan harga pasar maka akan menjadi aset.
Namun tidak semuanya mengalami pemotongan bonus. Dalam enam tahun terakhir, Departemen Pertahanan AS telah membayarkan bonus lebih dari AS$ 200 juta untuk lebih dari 2.000 operator berpengalaman untuk Operasi Khusus. Kebanyakan dari mereka yang mendapatkan bonus adalah personil Special Forces dan SEAL yang telah memenuhi syarat untuk pensiun dan mereka yang ditawarkan pekerjaan lain di keamanan sipil atau mereka yang hanya mau bersantai setelah pensiun. Akhirnya sebagian besar mereka bertahan.
USAF telah melakukan perhitungan angka dan percaya bahwa dengan menawarkan bonus sebesar AS $ 225 ribu akan membuat para pilot pesawat tempur mau bertahan untuk 9 tahun lagi. Survei awal menunjukkan bahwa sekitar 60% dari mereka yang telah memenuhi syarat untuk melepas seragamnya mau mengambil bonus tersebut. Survei ini ternyata salah, ditambah lagi adanya tekanan politik yang memaksa AS memotong anggaran pertahanannya. Akibatnya banyak para pilot pesawat tempur menolak tawaran bonus dan lebih memilih menjadi pilot pesawat komersial. Sekarang USAF dihadapkan pada dua kenyataan yaitu meningkatkan uang bonus agar mereka tetap mau bertahan (yang belum tentu juga efektif) atau berurusan dengan masalah kekurangan pilot yang kenyataannya biaya untuk perekrutan dan pelatihan pilot baru jauh lebih mahal.
Sebenarnya bukan hanya USAF yang melakukan hitung-hitungan semacam ini. Angkatan lain juga menawarkan bonus serupa agar para personilnya mau tetap memakai seragam, atau membujuk pasukan lain untuk menjalani pelatihan dan beralih ke pekerjaan yang lebih sulit untuk diisi. Angkatan Darat AS sudah sejak lama memberikan bonus bagi personilnya, tetapi dengan perang yang sudah mereda, kini hanya ada sedikit uang yang tersisa. Misalnya bonus tertinggi yaitu AS$ 150 ribu telah diturunkan menjadi AS$ 90 ribu dan persyaratan untuk mendapatkannya pun semakin sulit.
Saat ini, militer AS menghabiskan sekitar setengah miliar dolar pertahun hanya untuk bonus (pada perang Irak jumlahnya dua kali lipat). Sebagian uang ini diberikan kepada spesialis tempur dan sebagian lainnya diberikan pada spesialis non-tempur. Tiga tahun lalu, militer AS menerapkan sistem bonus baru untuk spesialis teknis dan medis. Salah satunya adalah dengan membayar spesialis keamanan internet dan operasi otak sesuai harga pasar. Di masa lalu, uang program bonus tersebut masih lebih rendah dari harga pasar, akibatnya banyak yang tidak mau. Dalam banyak kasus, spesialis terkadang hanya diperlukan untuk waktu singkat, warga sipil kemudian dipekerjakan sebagai kontraktor sementara dan ini biayanya jauh lebih mahal. Sedangkan apabila dilakukan oleh militer sendiri walaupun dengan harga pasar maka akan menjadi aset.
Namun tidak semuanya mengalami pemotongan bonus. Dalam enam tahun terakhir, Departemen Pertahanan AS telah membayarkan bonus lebih dari AS$ 200 juta untuk lebih dari 2.000 operator berpengalaman untuk Operasi Khusus. Kebanyakan dari mereka yang mendapatkan bonus adalah personil Special Forces dan SEAL yang telah memenuhi syarat untuk pensiun dan mereka yang ditawarkan pekerjaan lain di keamanan sipil atau mereka yang hanya mau bersantai setelah pensiun. Akhirnya sebagian besar mereka bertahan.
Program bonus untuk militer AS ini telah dilakukan berpuluh-puluh tahun
dan puncaknya terjadi dalam dekade terakhir karena ekonomi sipil yang
menggelegar dan semakin gencarnya perusahaan sipil menawarkan pekerjaan
kepada personil militer karena dianggap lebih terampil.
Sumber : Artileri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar